Razan Sang Mujahidah, Tewas Ditembak Meski Sudah Menyerah

Sabtu, 9 Juni 2018 | 04:45 WIB
0
867
Razan Sang Mujahidah, Tewas Ditembak Meski Sudah Menyerah

Subhanallah...

Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kesedihan menyaksikan kisah tertembaknya Razan al-Najjar oleh tentara Israel laknatullah.

Kebiadaban yang mereka pertontonkan, yang katanya demi membela diri (dari paramedis yang sudah mengangkat tangan mereka?). Alasan yang dibenarkan oleh Justin Trudeau dalam tweet-nya. Dia yang awal Ramadhan lalu memberi sambutan dan mendapat simpati kaum muslimin di seluruh dunia. Sekarang terlihat di mana dia berdiri dalam masalah perjuangan rakyat Palestina. Ia berdiri bersama para pemimpin Inggris, Amerika, dan mereka yang diam saja menghadapi kejahatan perang yang sangat brutal ini.

Tak perlu paham politik untuk ikut merasakan ketakutan, rasa sakit, panik, kesedihan akan kehilangan, sekaligus keberanian rakyat Palestina di antara desingan peluru dan hujan bom yang seolah tiada henti.

Tak perlu banyak teori, atau kilah bahwa Palestina bukan Indonesia. Pikirkan dulu negeri sendiri, bla bla bla...

Kita cukup jadi manusia yang punya hati. Itu saja sudah memadai.

Fatih sering bertanya, bagaimana sikap para pemimpin dunia terhadap Palestina? Apakah mereka membela dan mengakui status Palestina sebagai negara? Atau setidaknya mendukung perjuangan mereka meraih kemerdekaan?

Donald Trump? PM Inggris? Kim Jong-Un? Pemimpin Iran? Erdogan? Norwegia? Swedia? Indonesia?

Syukurlah Indonesia melalui pemerintahnya secara tegas mendukung Palestina. Ini langkah minimal sebagai balasan atas dukungan dan pengakuan Palestina atas kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Langkah pemerintah Indonesia mengusir warga Israel tempo hari terbilang cukup berani. Langkah yang langsung dibalas kontan oleh Israel dengan melarang pemegang paspor Indonesia untuk berkunjung ke Palestina.

Alhamdulillah masyarakat Indonesiapun banyak yang bersatu-padu menyuarakan dukungan dengan lantang.

Kematian al-Najjar sang syahidah patut kita tangisi. Keluarga dan rekan sesama paramedisnya juga pasti menangis, meski tak bisa terlalu lama, karena mereka harus sigap membantu para pejuang Palestina yang juga tak bisa terlalu lama bersedih.

Kematian memilukan sekaligus indah di tengah bulan Ramadhan Karim.

Satu yang membuat tenang, insyaa Allah dia husnul khotimah. Perjuangannya tak akan sia-sia. Akan selalu ada generasi baru Palestina yang siap berjuang sampai titik darah penghabisan. Allah sudah berjanji akan melindungi mereka semua.

Kita yang berada di negeri makmur, hidup sejahtera, jauh dari perang dan rasa takut. Semoga kita tidak tinggal diam. Bantu secara finansial semampu kita. Suarakan terus kebejatan Israel. Sertakan selalu saudara-saudara kita di Palestina dalam setiap doa kita. That's the least we can do.

***