Kediktatoran dan Kebodohan Musuh Umat Manusia, Apapun Agamanya

Rabu, 6 Juni 2018 | 16:08 WIB
0
712
Kediktatoran dan Kebodohan Musuh Umat Manusia, Apapun Agamanya

Kediktatoran adalah musuh segala zaman, tidak ada istilah "L'etat C'est Moi" dalam politik Islam.

Karena kebodohan adalah musuh setiap manusia dan semua generasi, bahkan apapun agamanya.

Umat Islam tidak kekurangan majelis taklim, mereka tidak kekurangan ustadz, tidak kekurangan muballigh, mereka juga tidak kekurangan partai politik.

Tapi mereka kekurangan narasi, mereka miskin himmah, mereka terjebak dalam misi sempit, mereka misorientasi, sehingga mereka belum berdaulat dalam politik.

Mereka tidak kekurangan ormas, mereka tidak kekurangan massa, mereka tidak kekurangan dana, tapi mereka gak punya peta jalan, mereka kekurangan ilmu dan jaringan, mereka minim perencanaan.

Dan yang paling buruk yang menimpa umat ini saat ini adalah, kesalahpahaman mereka tentang konsep takdir politik dan takdir sejarah.

Sehingga musuh mereka berkuasa atas mereka, kedholiman dan kebodohan dipertontonkan di depan mereka, dan musuh mereka berhasil menguasai mereka.

Tidak ada kebodohan yang abadi, sama seperti tidak ada kediktatoran yang akan langgeng, maka umat islam wajib bangun mempersiapkan bekal.

Kita wajib melawan kedikatoran, kebodohan, pelemahan dan bahkan pembunuhan pelan pelan terhadap ideologi Islam langsung ataupun tidak, siapapun pelakunya, termasuk yang berasal dari rumah kita sendiri.

Baik saja tidak cukup, soleh saja tidak mempan, ini bukan zamannya lagi dimana pola pikir konvensional -tradisonal-komunal laku di pasaran.

Ini bukan zaman nya lagi gaya politik eklektisisme utopian menjangkiti umat Islam, sejarah mencatat, satu Erdogan di Turki mampu membuat kaki musuh Islam bergoncang hebat dibandingkan 1.000 mejelis taklim yang tanpa arah yang jelas.

Kedaulatan politik umat Islam adalah fardhu ain, gak bisa ditawar tawar, bahkan harga mahal itu gak bisa ditukar dengan peluru bahkan dengan jiwa jiwa kita.

Kedaulatan politik hanya bisa diraih dengan adaptasi yang maksimal, ilmu yang cukup, cara kerja yang rapi, narasi yang kaya, juga oleh pengikut setia ideologi baru yang lebih relevan sesuai DNA zaman nya.

Kedaulatan Politik umat islam bisa dicapai dengan ideologi yang kuat, tokoh yang kharismatis juga teladan dalam pemikiran dan pengikut, ibarat ideologi musa mengalahkan oligarki raksasa firun.

Ideologi Musa dan loyalitas pengikutnya, mampu menumbangkan berhala besar dalam politik (Firun), berhala besar dalam ekonomi (qorun) dan berhala besar dalam agama kala itu (Haman).

[irp posts="2729" name="Jokowi Dikatakan Diktator, Mengapa Megawati Pasang Badan?"]

Kita akan terus melawan segala bentuk kebodohan, oligarki hitam, dan berhala berhala baru yang akan menghambat langkah langkah kedaulatan politik umat islam, karena masalah politik umat Islam yang bertambah saat ini adalah bukti kebodohan kita yang meningkat, kebodohan multidimensi.

Sejarah bisa terulang, kejayaan masa sahabat rasul, dilanjutkan dengan kejayaan narasi Umar bin Abdul Aziz, kejayaan Umar bin Khatthab ditularkan ke era kejayaan Harun Al Rasyid.

Kejayaan Al Fatih ditransfer ke masa kejayaan At Tsaqafi, success story nya dinasti Utsmani bisa diulang dalam teritori NKRI.

Syaratnya: Narasi, Tokoh, Loyalis, Ideologi baru, mindset baru, cara cara baru, dan peta jalan baru.

Semua bentuk eklektisisme Islam politik masa lalu sudah saatnya ganti baju dan haluan baru, ini adalah keniscayaan sejarah dan tugas berat untuk mempersiapkan diri guna menghadapi berhala berhala baru dalam belantara politik Indonesia dimasa yang akan datang.

***

Tengku Zulkifli Usman.