Mendadak cium tangan. Mendadak Santri.
Apa makna dan tafsir cium tangan mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo kepada mantan Presiden SBY yang juga sebagai ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono?
Dalam acara buka bersama di rumah Chairul Tanjung yang dihadiri para mantan penjabat era SBY, mantan Gatot terlihat mencium tangan penuh khidmat kepada SBY.
Sebenarnya dalam dunia militer salam kepada senior biasanya memberi hormat, bukan salaman dengan cium tangan. Budaya cium tangan hanya di dunia pesantren awal mulanya, sebagaimana terlihat dari kebiasaan Nahdliyin.
Karena sekarang tahun politik tentu cium tangan Gatot kepada SBY mempunyai makna arti tersediri. Apalagi mantan panglima TNI ini lagi mencari kendaraan politik untuk menjadi calon presiden.
Dengan mudah orang awam mengatakan, oh... Gatot sedang carmuk alias cari muka di depan SBY yang jelas-jelas punya kendaraan politik. Partai Demokrat namanya. Terlebih lagi, sampai sekarang belum ada partai yang mencalonkan dirinya, yang terlihat adalah sowan atau wira-wiri kepada tokoh-tokoh partai dan ketua umum partai.
Kalau dalam dunia pesantren ketika seorang santri mencium tangan kyai-nya selain sebagai rasa hormat juga ingin mendapat "berkah" atau dalam bahasa Jawa "Ngalap Berkah". Biar doa atau keinginannya terkabul. Lalu "ngalap" apa yang diharapkan Gatot dengan mencium tangan SBY?
Bisa jadi cium tangan Gatot sebagai "ngalap berkah" supaya doa dan keinginannya menjadi calon presiden direstui atau terkabul. Makna atau tafsirnya mantan panglima ini minta doa restu supaya SBY memberi jalan atau pinjaman kendaraan partai politik untuk mengusung dirinya dengan Sang Pangeran Cikeas, yaitu Agus Harymukti Yudhoyono.
Apakah setelah mencium tangan SBY yang keturunan atau trah Raden Wijaya (Majapahit) -katanya- jalan Gatot Nurmantyo akan terbuka lebar dan mulus menjadi calon presiden?
Dalam situasi politik sekarang segala sesuatunya serba mungkin, yang bisanya tidak cium tangan kalau bertemu dan hanya memberi hormat, sekarang bisa cium tangan, bisa-bisa demi ambisi kekuasaan disuruh sujud cium kaki pun mungkin akan dilakukan. Tapi tidak sedrastis itulah, kecuali "sujud politik" mencium bumi seperti yang dilakukan politikus dan pengikutnya beberapa tahun lalu.
Untuk menjadi calon presiden Gatot Nurmantyo harus bisa meyakinkan kepada partai-partai atau ketua umum partai bahwa dirinya layak dan bisa menjadi lawan yang sebanding melawan calon presiden Joko Widodo. Apalagi yang bersangkutan bukan kader partai dan partai-partai juga sudah mencalonkan kadernya sendiri-sendiri.
Selamat berjuang mantan panglima TNI, jalanm masih panjang dan berliku, jangan sampai kalah dengan orang yang tubuhnya kecil dan seorang mantan tukang kayu!
Tapi lain kali ga perlu cium-cium tangan segala, apalagi cium tangan kepada Muhaimin Iskandar atau Romahurmuziy yang meski masih "ABG" dalam politik tapi mereka punya kendaraan politik masing-masing.
Apa kata dunia!?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews