Tafsir Cium Tangannya Gatot Nurmantyo kepada SBY

Selasa, 5 Juni 2018 | 05:13 WIB
0
416
Tafsir Cium Tangannya Gatot Nurmantyo kepada SBY

Mendadak cium tangan. Mendadak Santri.

Apa makna dan tafsir cium tangan mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo kepada mantan Presiden SBY yang juga sebagai ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono?

Dalam acara buka bersama di rumah Chairul Tanjung yang dihadiri para mantan penjabat era SBY, mantan Gatot terlihat mencium tangan penuh khidmat kepada SBY.

Sebenarnya dalam dunia militer salam kepada senior biasanya memberi hormat, bukan salaman dengan cium tangan. Budaya cium tangan hanya di dunia pesantren awal mulanya, sebagaimana terlihat dari kebiasaan Nahdliyin.

Karena sekarang tahun politik tentu cium tangan Gatot kepada SBY mempunyai makna arti tersediri. Apalagi mantan panglima TNI ini lagi mencari kendaraan politik untuk menjadi calon presiden.

Dengan mudah orang awam mengatakan, oh... Gatot sedang carmuk alias cari muka di depan SBY yang jelas-jelas punya kendaraan politik. Partai Demokrat namanya. Terlebih lagi, sampai sekarang belum ada partai yang mencalonkan dirinya, yang terlihat adalah sowan atau wira-wiri kepada tokoh-tokoh partai dan ketua umum partai.

Kalau dalam dunia pesantren ketika seorang santri mencium tangan kyai-nya selain sebagai rasa hormat juga ingin mendapat "berkah" atau dalam bahasa Jawa "Ngalap Berkah". Biar doa atau keinginannya terkabul. Lalu "ngalap" apa yang diharapkan Gatot dengan mencium tangan SBY?

Bisa jadi cium tangan Gatot sebagai "ngalap berkah" supaya doa dan keinginannya menjadi calon presiden direstui atau terkabul. Makna atau tafsirnya mantan panglima ini minta doa restu supaya SBY memberi jalan atau pinjaman kendaraan partai politik untuk mengusung dirinya dengan Sang Pangeran Cikeas, yaitu Agus Harymukti Yudhoyono.

Apakah setelah mencium tangan SBY yang keturunan atau trah Raden Wijaya (Majapahit) -katanya- jalan Gatot Nurmantyo akan terbuka lebar dan mulus menjadi calon presiden?

Dalam situasi politik sekarang segala sesuatunya serba mungkin, yang bisanya tidak cium tangan kalau bertemu dan hanya memberi hormat, sekarang bisa cium tangan, bisa-bisa demi ambisi kekuasaan disuruh sujud cium kaki pun mungkin akan dilakukan. Tapi tidak sedrastis itulah, kecuali "sujud politik" mencium bumi seperti yang dilakukan politikus dan pengikutnya beberapa tahun lalu.

Untuk menjadi calon presiden Gatot Nurmantyo harus bisa meyakinkan kepada partai-partai atau ketua umum partai bahwa dirinya layak dan bisa menjadi lawan yang sebanding melawan calon presiden Joko Widodo. Apalagi yang bersangkutan bukan kader partai dan partai-partai juga sudah mencalonkan kadernya sendiri-sendiri.

Selamat berjuang mantan panglima TNI, jalanm masih panjang dan berliku, jangan sampai kalah dengan orang yang tubuhnya kecil dan seorang mantan tukang kayu!

Tapi lain kali ga perlu cium-cium tangan segala, apalagi cium tangan kepada Muhaimin Iskandar atau Romahurmuziy yang meski masih "ABG" dalam politik tapi mereka punya kendaraan politik masing-masing.

Apa kata dunia!?

***