Anies-Sandiaga, Pasangan yang Masih Suka Kagetan

Selasa, 5 Juni 2018 | 13:52 WIB
0
701
Anies-Sandiaga, Pasangan yang Masih Suka Kagetan

Jadi pejabat atau pemimpin itu "ojo kagetan dan gumunan" kalau mendengar atau melihat sesuatu. Sekali-duakali mungkin tidak masalah ketika mendengar atau melihat sesuatu menjadi kaget dan terheran-heran. Tapi kalau "keseringan" akan menjadi olok-olok masyarakat atau rakyatnya.

Beberapa hari kemarin prenprov DKI Jakarta dikritik oleh masyarakat karena memasang pohon plastik di lajur trotoar. Karena menjadi berita di media sosial, akhirnya pohon plastik itu dicabut dan dipindah ke balaikota dan halaman DPRD. Nanam-namam sendiri-cabut-cabut sendiri! Kayak lagu Caca Handika.

Anies Baswesdan sebagai gubernur berkomentar bahwa pemasangan pohon plastik oleh dinas DKI tidak ada ijin atau koordinasi dengan dirinya. Dan ia juga kaget dan heran, tidak ada ijin kok berani memasang pohon plastik tanpa koordinasi. Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur juga berkomentar bahwa ia tidak tahu soal pemasangan pohon plastik tersebut. Dan nanti akan mengecek dulu, kata Sandiaga.

Setelah ramai pohon plastik, muncul tong sampah buatan Jerman, masyarakat ramai memperbincangkan anggaran pembelian tong sampah Jerman yang mencapai Rp9 milyar. Gubernur Anies juga tidak mau menjelaskan hanya nanti mencari waktu yang tepat dan akan ada kejutan, katanya. Kejutan apa? Mbuh...

Dan, Anies juga berkomentar,"Beritakan saja biar ramai." Lha kok kayak film ada apa dengan cinta dengan mengubah varian percakapannya dikit, "Pecahkan saja gelasnya biar ramai! Biar mengaduh sampai gaduh."

[irp posts="16430" name="Tragedi Kota Jakarta, 2019 Ganti Pohon"]

Respon wakil gubernur Sandiaga Uno juga kurang lebih sama, ia terkaget-kaget dengan gestur seakan tidak tahu menahu. Lalu membuat alibi lagi, bahwa pembelian tong sampah Jerman sudah dianggarkan tahun 2017 pada era Basuki Tjahaja Purnama.

Heboh lagi surat edaran di mana tiap Lurah dan RT/RW disuruh mengumpulan zakat untuk diserahkan ke Baziz DKI Jakarta. Dan lagi-lagi sang gubernur membantah menerbitkan surat edaran pengumpulan zakat oleh lurah dan RT/RW. Bahwa surat edaran tersebut tidak bersifat memaksa tapi hanya sekedar sukarela, kilahnya.

Gubernur Anies Baswesdan dan wakil Sandiaga Uno bukanlah "pejabat magang" tetapi pejabat beneran yang dipilih secara langsung. Kalau seorang pejabat jawabannya hanya "tidak tahu," terus mereka tahunya soal apa?

Menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI memang tidak mudah karena sebagai ibukota segala permasalahan menumpuk. Dan jutaan mata memelototi kinerja pejabat dan anggarannya. Tidak seperti daerah-daerah lain yang tidak menjadi sorotan.

Masyarakat Jakarta sangat kritis dan gampang protes kalau melihat sesuatu yang dianggap ganjil. Seperti pemenang pengadaan pohon plastik, yang rumahnya langsung di foto dan diunggah di media sosial.

Gubernur Anies dan wakilnya Sandiaga Uno sepertinya kurang fokus untuk membenahi Jakarta, mereka disibukan juga dengan tugas sebagai kader partai untuk pilpres 2019. Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur juga mempunyai tugas dari partai untuk melakukan lobi-lobi politik untuk Prabowo. Sedangkan Anies juga digadang-gadang menjadi calon wakil presiden.

[irp posts="15498" name="Anies Baswedan Presiden RI, Maju Negaranya Bahagia Rakyatnya""]

Dan sebagai pejabat gubernur dan wakil gubenur juga harus cepat belajar anggaran mengenai prenprov DKI supaya tidak dibohongi oleh pejabat di bawahnya atau terima beres. Kalau ditanya juga harus bisa menjawab, jangan menjawab dengan kalimat "tidak tahu". Harus tahu, karena itu terkait dengan uang yang tidak sedikit.

Jangan dikit-dikit itu sudah dianggarkan gubernur sebelumnya atau era Ahok. Seakan ingin menyalahkan gubernur sebelumnya.

Jangan kalau yang baik diakui sebagai kinerjanya, seperti memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian yang dianggap sebagai kinerjanya. Padahal itu laporan keuangan tahun 2017. Sedangkan kalau kebijakan yang menimbulkan kontroversi di masyarakat, terus ditimpakan kepada gubernur yang lalu. Ini sama saja mau enaknya saja. Yang bagus diakui sebagai kinerjanya, kalau yang tidak baik, itu bukan kinerjanya alias kinerja Ahok.

Selamat berbenah untuk DKI Jakarta menjadi lebih baik!

Eh... ojo gumunan ya, Bapak-bapak!

***