TV One yang Jadi Media Oposisi dan Karni Ilyas yang "Buas"

Selasa, 29 Mei 2018 | 05:37 WIB
0
1497
TV One yang Jadi Media Oposisi dan Karni Ilyas yang "Buas"

Sudah hampir 4 tahun saya tidak lagi memasukkan channel TVOne dalam ingatan saya. Sejak kemenangan Jokowi, dan TV One langsung berseberangan, mengambil posisi sebagai oposisi padahal mereka adalah sebuah institusi media yang punya ruh netralitas dan harus dijaga. Acara ILC sebagai acara unggulan TV One untuk mendulang rating makin hari makin "jorok" isinya dan nyaris tak beradab.

Tamu-tamu yang diundang bak bintang keburukan yang dikontrak Karni, Fadli Zon, Ridwan Saidi, dan sejenisnya yang sinis terhadap pemerintah menjadi corong meletupkan rasa tidak suka terhadap apa saja yang menyangkut kebijakan pemerintah.

Ironis, sebuah media yang seharusnya bisa dijadikan saluran berita apa saja, malah dijadikan corong yang mendorong dan menyuburkan mind set kebencian bagi orang-orangyang punya bibit benci makin menjadi-jadi, makin jauh dari sembuh. Ibarat orang munafik naik kelas jadi fasik.

Adalah acara ILC yang membahas tentang sertifikasi ustadz menjadi amunisi menyerang kebijakan pemerintah cq menteri agama. Kebijakan ini seolah menjadi dosa tak terampuni, minta dibatalkan, memecah belah umat, dan cemooh seolah kebijakan ini jadi teroris untuk para ustadz.

Orang-orang ini dengan kadar intelektual di atas rata-rata, tapi karena hatinya dipenuhi kebencian maka yang keluar jadi "picisan" bukan pencerahan, malah mengarah kepenghasutan yang bisa membuat perpecahan.

Kebayang zaman orba, jangankan menghujat pemerintah "ngerasanin " saja bisa tak berbekas kita. Ingat saja para aktivis yang masih hilang 13 orang, semua jelas mengarah kepada satu sosok, tapi 'kan sampai sekarang tidak satupun yang bisa menyelesaikan. Ini sejarah kelam, sebuah perjuangan para martir untuk menegakkan demokrasi.

Sekarang kita telah memasuki era demokrasi yang luar biasa bebasnya sampai kita lupa membedakan mana kebebasan, mana makian yang dilontarkan. Saya tidak faham apakah memang seperti ini sebuah perubahan peradaban, seperti orang bangun tidur kesiangan, silau melihat cahaya, asik "mengucek" matanya.

Tidak terbayang endingnya apabila media merajalela tanpa ruh kebenaran dan netralitas. Penghasutan dan cemooh atas sertifikat ustadz ini bisa dijadikan alat pemecah belah yang luar biasa. Negeri yang indah ini kenapa tidak diinginkan untuk bertahan dalam kedamaian. Jokowi kerja dicerca, PS yang gak jelas mau ke mana malah dipuja-puja.

[irp posts="7059" name="Ustad Abdul Somad di TV One"]

Bayangkanlah, program sertifikasi ustadz sebuah usaha menangkal radikalisme yang bisa menjadi bibit teroris, kenapa malah dihadang. Ini sama kasusnya dengan Pembubaran HTI yang jg dihadang. Pancasila pondasi bangsa dan idiologi negara mau diganti kok malah sumbernya dibela-belai. PKS yang terang-teranganan menolak azas tunggal dibiarkan dan malah dikasih ruang.

Negara katanya disayang sekaligus sedang dipanggang, dibuat barbeque, dikeringkan sampai mencapai titik gurih untuk disantap rame-rame mejadi tinggal tulang. Kaum pemalak negeri ini harus dihentikan kalau tidak kita yang waras bisa mereka kerdilkan. Kita harus melawan, agar mereka tidak sembarangan.

Ini semua gara-gara Jokowi sedang membasmi keburukan, maka dia dijadikan musuh beneran. Ribut mau ganti presiden, calonnya saja sampai sekarang tak ada. Kalaupun ada cuma barang baru stok lama. Semoga saja media dan TV One khususnya bisa cepat disembuhkan menjadi media membangun Indonesia, bukan sebaliknya.

***