Elektabilitas Khofifah Tinggalkan Gus Ipul, Menjanjikan Kemenangan!

Sabtu, 19 Mei 2018 | 20:44 WIB
0
789
Elektabilitas Khofifah Tinggalkan Gus Ipul, Menjanjikan Kemenangan!

Serangan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo serta penangkapan beberapa terduga teroris di Jawa Timur telah membetot perhatian pada tahapan Pilkada Jatim 2018. Dalam sepekan ini, hiruk-pikuk aktivitas kedua paslon pilkada nyaris luput dari perhatian.

Padahal, beberapa pekan sebelumnya diberitakan, elektabilitas paslon Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto memiliki kenaikan cukup signifikan hingga 6,2 persen, mampu berada di atas rivalnya Saifullah Yusuf (Gus Ipul) – Puti Guntur Soekarno.

Menurut Mochtar Oetomo, elektabilitas Khofifah – Emil memiliki kenaikan cukup signifikan, mampu berada di atas pasangan pesaingnya hingga mencapai sebesar 6,2 persen. “Sedangkan Gus Ipul – Puti Guntur hanya 3 persen,” ujar dosen Universitas Trunojoyo ini.

Rilis survei Surabaya Survey Center (SSC) yang mengambil tema “Palagan Setanding dan Sebanding Dinamika Perilaku Pemilih Jelang Pilgub Jatim 2018” tersebut menunjukkan, elektabilitas Khofifah – Emil sebesar 41,1 persen.

Sementara paslon Gus Ipul – Puti Guntur hanya 39,2 persen dengan undecided voters atau yang belum menentukan pilihan sebesar 19,7 persen. “Selisihnya cukup tipis hanya 1,9 persen,” kata Direktur Peneliti SSC Edy Marzuki dalam paparannya.

Dijelaskan Mochtar, elektabilitas dua pasangan calon ini mengalami kenaikan. Sebab, pada hasil survei SSC periode Desember 2017 lalu elektabilitas Khofifah – Emi hanya 33,9 persen. Saat Gus Ipul waktu itu masih berpasangan dengan Abdullah Azwar Anas hanya 36,2 persen.

“Khofifah – Emil naiknya cukup signifikan, yakni sebesar 6,2 persen. Sedangkan Gus Ipul saat ini naiknya hanya 3 persen,” tambahnya. Tidak hanya unggul dalam elektabilitas, paslon ini  juga berhasil mengungguli rivalnya dalam aspek popularitas dan akseptabilitas calon.

Diketahui, popularitas Khofifah saat ini sebesar 96,9 persen. Sementara Gus Ipul hanya 94,8 persen. Sedangkan popularitas cawagub Emil juga masih unggul dengan popularitas sebesar 68,2 persen. Sedangkan cawagub Puti Guntur hanya 56,3 persen.

“Akseptabilitas paslon Khofifah – Emil juga unggul. Khofifah sendiri elektabilitasnya 84,4 persen. Gus Ipul 81,1 persen. Kalau elektabilitas Emil juga unggul dibanding Puti Guntur. Hasilnya, Emil 58,2 persen dan Puti Guntur 43,5 persen,” lanjutnya.

Survei ini dilakukan 11-19 April 2018 di 38 kabupaten/kota di Jatim. Populasi yaitu seluruh calon pemilih pada Pilkada Jatim 2018 atau seluruh penduduk Jatim minimal telah berusia 17 tahun dan/atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah, dan bukan TNI/Polri aktif.

Jumlah sampelnya 1.220 responden, diperoleh melalui teknik pencuplikan secara rambang berjenjang (Stratified multistage random sampling). Margin of Error survei ini sebesar +/- 2,81 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.

Sedangkan pegumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara tatap muka (face to face) dengan pedoman kuisioner dengan penentuan responden dalam setiap KK dilakukan dengan bantuan kish grid.

Paslon Khofifah – Emil juga masih akan tebih tinggi lagi meninggalkan pesaingnya. Mochtar kemudian menyebut kalau di lembaga surveinya juga menyertakan sejumlah parameter lain. Top of mide yang juga hasil dari pilihan responden obyek survei.

Responden juga menyebut Khofifah – Emil paling kompeten dan memahami apa yang harus mendapat penanganan, misal kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan dan pengendalian harga barang kebutuhan.

Sedangkan Gus Ipul – Puti Guntur dinilai responden, kompeten melaksanakan pembangunan infrastruktur, pesantren serta Madrasah Diniyah. Imam Sofyan, peneliti senior dari Surabaya Survey Center (SSC) membandingkan kampanye kedua paslon.

Ia menyebut, dari kerja keras berupa kampanye yang dilakukan kedua paslon, dalam hal ini Gus Ipul lebih dulu mengambil start dan telah keliling Jatim, hasilnya mampu mendongkrak minat dan partisipasi masyarakat untuk ikut pada Pilgub Jatim 27 Juni 2018.

Meski start kampanye belakangan dibanding Gus Ipul, Khofifah ternyata tak kalah tangguh, usaha dan kerja nyatanya, termasuk gethol sosialisasi program dan visi-misi “Nawa Bhakti Satya” terbukti ampuh untuk melambungkan namanya.

Dan, diharapkan menjadi paslon yang terpilih. Imam menyebut, enam bulan terakhir usaha yang dilakukan Khofifah cukup efektif menggerek namanya dan mendapat tempat di hati para calon pemilih pada Pilgub Jatim 2018 mendatang.

Masih mengacu hasil survei yang dilakukan SSC, oleh responden yang tersebar di Jatim itu, paslon Khofifah – Emil juga disebut mendapat posisi lebih baik dalam gelaran hasil ‘Debat Terbuka’ beberapa saat lalu, seperti dilansir JawaPos.com.

Responden menyebut paslon nomor urut satu dinilai lebih baik dari paslon nomor urut dua. Yakni dengan perolehan angka 31,3 persen. Sementara untuk paslon Gus Ipul – Puti Guntur 29,3 persen, itu mengacu penilaian responden saat berlangsung debat terbuka kedua.

Sekretaris Tim Pemenangan Khofifah-Emil, Renville Antonio menyambut gembira hasil survei SSC. Menurutnya, itu adalah gambaran positif dan akan terus meningkat diperoleh Khofifah – Emil. “Ini sudah baik. Dengan waktu tersisa, kita akan lebih memaksinalkan,” ujar Renville.

Meski unggul, Partai Demokrat tidak lengah, akan terus melakukan penguatan perolehan dukungan. Termasuk, lanjutnya, partai pengusung akan fokus untuk melakukan pengawalan pengamanan suara.

“Kami sudah banyak jaringan membentuk sendiri para relawan pasukan pengawal suara. Pasukan pengamanan tempat pemungutan suara. Itu karena mereka merasa semakin hari dukungan ke Khofifah – Emil semakin tinggi. Tapi mereka khawatir nanti pada hari H ada hal yang kurang baik. Kami akan fokus di situ (pengawalan),” tegasnya.

Mewakili Partai Amanat Nasional (PAN) Jatim, Bendahara DPW PAN Jatim, Agus Maimun setelah menyimak paparan SSC, dia mengaku lega dengan trend kenaikan paslon Khofifah – Emil hingga 7 persen.

Dalam Debat Terbuka II Pilkada Jatim Khofifah – Emil kembali tampil memukau. Paslon ini tampak menguasai masalah yang harus dibenahi dan dengan sejumlah data yang akurat. Hal ini disampaikan Pemerhati Ekonomi Rakyat DR. Agung Sujatmiko.

Menurutnya, program yang ditawarkan Khofifah – Emil dinilai tampil dengan program yang konkrit. “Program ekonomi yang dipaparkan Bu KIP sangat kongkrit dan solutif,” lanjutnya seperti dilansir Tribunnews.com.

“Data yang ada tidak bisa dibantah memang di Jatim banyak keberhasilan tetapi harus diakui masih ada ketimpangan dan belum optimalnya keberpihakan pemerintah terhadap pelaku usaha UKM dan Koperasi,” ungkap Agung.

“Data pertumbuhan ekonomi dan aspek pendukungnya yang ditampilkan cukup manarik dan gamblang yang memudahkan pasangan Bu KIP untuk mengambil kebijakan program dan kegiatan implementatif membangun ekonomi Jatim,” tambahnya.

Menurut Agung bahwa yang perlu diperhatikan adalah tentang pemerataan pembanguan dan kesejahteraan antara kota-desa. Pembangunan infrastruktur disebut penting disebabkan demi menjalankan mobilitas ekonomi ke sejumlah daerah di wilayah Jatim.

“Satu isu yang harus dituntaskan pembangunan di Jatim yaitu pemerataan kue pembangunan wilayah Jatim di bagian selatan,” lanjut Ketua Harian Dekopin itu. Selain itu, Khofifah ingin mendorong kesejahteraan melalui sektor pertanian dan UMKM. Dengan begitu, penyerapan tenaga kerja lebih konkrit dan solutif.

“Keberpihakan kepada petani yang ditawarkan Bu KIP dan Mas Emil realistik mulai dari melakukan perlindungan, fasilitasi produksi, memperkuat kelembagaan di tingkat petani dalam wadah koperasi serta stabilisasi saat panen akan memberikan efek luar biasa ekonomi desa,” lanjut Agung.

“Ini yang akan meningkatkan produktivitas hasil pertanian, nilai tambah besar bagi petani, mencegah urbanisasi dan memperkuat kedaulatan pangan serta kesejahteraan petani. Begitu juga dengan membangun kesatuan ekonomi antara UKM, koperasi dan usaha besar juga realistis,” ungkapnya.

Gagasan Khofifah ini disebut-sebut bisa menjadi peguatan peran pemerintah yang hadir memberdayakan usaha kerakyatan. Hal ini juga bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Jatim. “Itulah fungsi pemerintah yang harus hadir dalam dinamika ekonomi untuk mengatur tata niaga, penguasaan sumber daya ekonomi dan pemerataan ekonomi,” ujarnya.

“Pemerintah hadir di bidang ekonomi untuk dengan regulasi yang adil, berpihak pada yang kecil dan mendorong usaha besar untuk memperluas pasar di nasional dan eksport bersama dengan UKM,” tegas Agung.

***