Kejadian bom bunuh diri terhadap tiga gereja dan Mapolrestabes Surabaya dan bom yang meledak di rusun Wonocolo, Sidorharjo, adalah fenomena baru kasus bom bunuh diri. Tiga keluarga ini mengajak satu keluarga, suami-istri dan anak, bersama-sama melakukan bom bunuh diri. Ini belum pernah ada sebelumnya dalam kasus-kasus terorisme.
Bahkan di dunia belum pernah ada kasus terorisme yang melibatkan satu keluarga dan baru terjadi di Indonesia, negeri kita tercinta ini. Selama ini yang terjadi di Timur Tengah adalah bom bunuh diri bukan satu keluarga, sebagai contoh bom bunuh diri seorang wanita sering terjadi di Timur Tengah sebagai pembalasan karena suami di bunuh. Atau seorang anak melakukan bom bunuh diri karena dipaksa atau didoktrin dan biasanya dikendalikan dari jarak jauh, bukan si anak itu yang meledakkan.
Nah,yang terjadi bom bunuh diri di Surabaya adalah fenomena baru. Karena biasanya dalam dunia teroris yang menjadi "pengantin" atau pelaku bom bunuh diri adalah laki-laki yang usianya relatif muda.
Ini seperti dalam dunia militer, yang maju dalam garis pertempuran adalah tentara atau prajurit yang usianya masih muda. Usia muda bisanya jiwa patriotik dan semangatnya masih menyala-nyala dan tidak takut akan kematian.
Dan dalam kasus-kasus terorisme sebelumnya pelaku bom bunuh diri juga anak-anak muda, bahkan pernah ada bom bunuh diri di hotel Jakarta, pelakunya dulu juga anak yang baru lulus SMU.
Apakah sekarang kelompok teroris merasa kesulitan merekrut anak-anak muda atau menjadi "pengantin" bom bunuh diri hingga bapak-bapak dan ibu-ibu serta anaknya sekarang menjadi pelaku bom bunuh diri?
Pelaku bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, kalau dilihat dari usia termasuk sudah tua dan tidak layak menjadi pelaku bom bunuh diri. Pelaku bom gereja Surabaya usianya 47 tahun dan yang di Malporestabes usianya 50 tahun, terus yang di rusun 47 tahun. Artinya usianya sudah tua.
Semakin bertambah usia biasanya orang takut akan kematian, apalagi kalau kaya dan jadi pejabat, kecuali orang yang usianya sudah tua yang sakit-sakitan biasanya pengin cepet mati karena sudah tidak tahan akan penyakitnya.
Di usia yang hampir setengah abad dengan anak-anak yang sebagian sudah masuk jenjang kuliah atau kerja, biasanya orang tua semangat dan merasa bahagia karena anak-anaknya sudah besar atau dewasa.
Tetapi yang terjadi dalam kasus bom bunuh diri satu keluarga di Surabaya ini, di luar kewajaran atau suatu anomali dalam dunia terorisme.
Para pengamat dan intelejen dibuat bingung dan susah untuk menganalisa kasus bom bunuh diri Surabaya.
Tentu yang pinter adalah otak di balik kasus bom bunuh diri Surabaya. Karena ia bisa mendoktrin atau meyakinkan kepada para tiga keluarga untuk melakukan bom bunuh diri.
Doktrin atau untuk meyakinkan supaya orang melakukan bom bunuh diri tentu bukan dilakukan dalam hitungan hari atau minggu, bisa jadi bulanan. Karena pelakunya bukan sendiri atau tunggal. Tetapi melibatkan banyak orang atau satu keluarga. Karena kalau salah satu anggota keluarga tidak mau dan membocorkan rencana bom bunuh diri, bisa berakibat fatal bagi pelakunya.
Dan otak dari pelaku bom bunuh diri Surabaya sudah ditangkap di Malang. Namanya Syamsul Arifin atau Abu Umar. Menurut Kapolri, Abu Umar adalah otak bom Surabaya.
Abu Umar ditangkap di rumah istri keduanya. Bahkan istri tuanya malah tidak tahu kalau suaminya menikah lagi. Ia baru tahu setelah Kapolsek mendatangi rumahnya dan memberi tahu bahwa suaminya terlibat kasus bom bunuh diri Surabaya dan ditangkap di istri keduanya. Mendengar cerita itu, istrinya langsung terkulai lemas atau ndeprok (Jawa).
Inilah hebatnya atau pinternya orang yang mendoktrin atau menyuruh melakukan bom bunuh diri, ia menjanjikan akan mendapat Jannah atau surga atau kehidupan yang abadi dan bisa berkumpul kelak di akherat kalau mau melakukan bom bunuh diri. Doktrin inilah yang menjadikan para pelaku dengan sukarela mau melakukannya.
Tetapi anehnya orang yang menyuruh malah tidak berani melakukannya dan malah tidur di istri keduanya, menikmati surga dunia. Yang mati malah belum tentu mendapat surga yang telah dijanjikan.
Kalau memang emas permata atau surga itu di depan matamu, kenapa engkau menyuruh orang lain untuk mengambilnya, kenapa tidak engkau sendiri yang mengambilnya? Kenapa orang lain engkau suruh melakukan bom bunuh diri,kenapa tidak engkau sendiri?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews