Aksi teror yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur sungguh tidak berprikemanusian, mengutuknya adalah kewajiban atas segala tindak pelaku teror yang begitu teganya menghilangkan beberapa nyawa manusia. Medsos ramai dengan segala statusnya bahkan saling menyalahkan, menghasut serta keberpihakan antarpendukung calon presiden jelang pilpres 2019 seakan sudah tradisi yang sulit dihilangkan.
Lebih parah lagi, bahkan ada yang mendukung tindakan teroris atas nama pengalihan isu. Ada pula yang menuduh salah satu partai yang mendukung teroris, sungguh miris perilaku bangsa ini.
Sikap negarawan sangat diperlukan untuk saat ini bukan mencari sensasi dan simpati dengan menunjukan sikap peduli antarkomponen bangsa ini. Intelijen kita sesungguhnya bukan saja kecolongan bahkan bisa jadi kerampokan atas tindak teror, bahkan sangat-sangat lemah dalam menanggulangi aksi teror yang dilakukan teroris.
Jika dibutuhkan mantan teroris yang sudah insyaf bisa dijadikan spionase untuk mencegah aksi teror dengan segala fasilitas serta pendidikan intelijen yang memadai dan dibiayai negara, jadi aksi teror minimal bisa diminimalir.
Kepanikan kita sesungguhnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pelaku aksi teror apalagi sekelas Presiden langsung datang meninjau lokasi kejadian, ini membuat pelaku aksi teror semakin bersemangat melakukan lagi dan lagi.
Apalagi pakai acara aksi lilin segala setelah kejadian aksi teror ini akan menambah syahwat terornya untuk melakukan aksinya kembali.
Kepolisian dan BIN seharusnya bertanggung jawab atas kejadian aksi teror yang terjadi di Jawa Timur yang tak mampu mengantisipasinya dalam waktu 1X24 jam terjadi beberapa kali aksi teror di Jawa Timur semua.
Mengambil pengalaman yang dimulai dari kejadian mako Brimob, Depok, yang menempatkan napi teroris dalam satu tempat sesungguhnya memberikan peluang kepada mereka untuk merencanakan segala sesuatunya untuk melakukan tindakan teror, kejahatan yang bersatu akan mengalahkan kebaikan yang bercerai berai.
Satu kali kesalahan bisa dimaafkan namun jika berkali-kali itu sungguh menyakitkan, jika di negara sana bisa jadi akan mengundurkan diri jika merasa tak mampu, itu di sana kalau di Indonesia 'kan lain daripada yang lainnya...
Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, tetap satu kata lawan terorisme dan radikalisme.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews