Berdagang dengan Prabowo Siapa Untung, Buruh atau Said Iqbal?

Rabu, 9 Mei 2018 | 20:33 WIB
0
650
Berdagang dengan Prabowo Siapa Untung, Buruh atau Said Iqbal?

Hari Buruh Internasional atau May Day di Indonesia, sebaiknya dicermati dengan sesuatu lain. Kalaulah bisa, buruh sepatutnya menikmati tanggal 1 Mei itu sebagai hari berlibur bersama keluarga, tidak melulu kerja atau bahkan demonstrasi. Apalagi menggadaikan suaranya dengan sesuatu yang belum pasti.

Buruh, bukankah Pilkada DKI bisa dijadikan pelajaran, di mana 400 ribuan suara buruh (bisa satu jutaan bila dengan keluarga) ikut mengantarkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno ke Balai Kota DKI Jakarta?

Namun, setelah kursi didapat, kontrak politik penetapan Upah Minimum Propinsi (UMP) 3,9 juta yang disepakati Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal telah diingkari Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih. Sia-sia sudah suara buruh yang telah digadaikan itu.

Suara Buruh untuk Prabowo?

Di Pilpres 2014 lalu, Said Iqbal juga melakukan kontrak politik dengan mendukung Prabowo-Hatta, berapa suara buruh yang bisa digerakkan untuk memilih pasangan Capres dan Cawapres yang terbukti kalah itu. Meski jatah menteri tak didapat, tapi kan suara buruh sudah terbuang percuma.

Menjelang Pilpres 2019 ini, buruh kembali diajak ke ranah politik. di acara May Day 1 Mei 2018, Said Iqbal atas nama KSPI melakukan kontrak politik mendukung Prabowo Subianto sebagai Presiden 2019, dengan imbalan kursi menteri.

Bagaimana jika Prabowo kembali kalah? Bukanah artinya suara buruh kembali terbuang sia-sia. Lalu buruh dapat apa? Buruh tak dapat apa-apa! Bagaimana dengan Said Iqbal sendiri? Dia dapat apa?

Kontrak politik buruh dengan politisi, terkadang gagal, terkadang juga diingkari. Kalau selalu gagal dan diingkari mengapa terus mendukung orang atau kubu yang sama? mengapa tidak mendukung pasangan lainnya?

Buruh, jangan lagi mau diajak terperosok ke lubang sama!

***