Ini terjadi waktu saya di Singapura di sekitar tahun 1980-an. Di sebelah rumah saya, mengontrak TKA Korea. Badannya tegap-tegap, jarang senyum, pasti seperti tentara.
Mereka bekerja pada pembangunan sebuah hotel mewah. Kelihatan mereka pekerja kasar, namun susah membedakan mana yang pekerja kasar mana yang skill worker. Dari pengalaman saya di luar negeri, setiap pekerja skill harus bisa juga kerja kasar, unskill tidak bisa kerja skill. Umpama kalau sopir truk tidak masuk, maka otomatis seorang supervisor jadi sopir, bahkan kalau perlu manager turun tangan.
Kembali ke tenaga Korea tadi, 8 orang satu rumah. Oh , lupa saya sebenarnya juga TKA di sana, tapi tentu badan dan penampilan tidak setegap mereka. Kalau saya bisa bertahan sekian lama, bukan kerajinan yang semula jadi, tapi kerajinan terpaksa, takut dipulangkan. Alhamdulillah, sebagai superintendan, saya bisa bertahan hampir 30 tahun.
Kembali ke tenaga Korea tadi, mereka masuk tiap hari. Lho kapan istirahatnya?
Mereka ber-8 orang, setiap hari satu orang istirahat, 7 orang masuk kerja. Jam 7 berangkat, mereka pulang kira-kira jam 8-9 malam. Istirahat bergantian.
Yang tinggal dirumah bukan berleha-leha, tidur-tiduran ngopi sepuasnya. Tidak mereka juga kerja. Yang tinggal, bersihkan rumah, nyuci , jemur, strika baju teman-teman. Dan yang penting dia masak menyediakan makanan untuk temannya yang pulang kerja.
Sungguh irama team work yang menarik.
Bagaimana dengan TKI, apakah bisa disiplin seperti itu? Jangan buru-buru menghakimi tanaga atau buruh-buruh kita. Terbukti TKI kita sangat disenangi, berjuta tenaga kita berada di luar negeri, termasuk tenaga skill. Hampir diseluruh maskapai penerbangan di Asia, di Korea Airline, Singapore Airline ada pilot Indonesia, tekhnisi yang punya qualification tinggi. Begitu cabin attendant, di Cathay, SQ, Emmirat. Konon juga dunia perminyakan dan perkapalan adalah tempat numpuknya tanaga kerja kita.
Jadi kita jangan kelewat rendah diri dengan masuknya TKA kasar tersebut, tidak usah kebakaran jenggot.
Dari pengalaman saya lagi, TKA di suatu negara memang digaji lebih tinggi dari tenaga lokal. Mungkin hanya di Saudi tenaga lokalnya bergaji lebih tinggi dari TKA.
Jadi lumrah saja, TKA di sini gaji lebih tinggi dari tenaga lokal. Beberapa allowance untuk TKA, termasuk saya waktu di Singapore. Ada Housing Allowance, ada hardship allowance, kalau kerja di daerah terpencil.
Satu lagi yang perlu diingat, tenaga kerja itu akan lebih rajin di negeri orang dari pada negeri sendiri. Umpama tenaga kerja Phillipina, terkenal rajin di luar negeri. Tapi tidak di negerinya sendiri. Saya setahun mimpin satu proyek di Phillipine, sangat susah untuk mehdapatkan mereka bekerja gesit seperti saya temui di Singopore.
Mungkin pula tenaga kerja kita, kalau sudah pulang tidak segesit di luar negeri.
Saya sekarang di Australia, ikut anak-anak yang jadi TKI. Dan banyak orang Indonesia, jadi TKA di sini dari segala level pekerjaan. Australia tidak sewot, walau ada beberapa aturan diperketat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews