Cerita Di Balik Nama "Kalajengking" yang Tengah Heboh

Sabtu, 5 Mei 2018 | 09:31 WIB
0
2090
Cerita Di Balik Nama "Kalajengking" yang Tengah Heboh

Syahdan, dari Kahyangan Bathara Guru tengah gundah melihat konflik berkepanjangan antara Kurawa dan Pandawa yang semakin mengkhawatirkan. Berulangkali serangan-serangan isu masif di media massa setempat. Ia muak melihat warga bumi mayapada tidak lagi mengindahkan tata krama dalam mengelola kerajaan. Apalagi melihat kelakuan Kurawa yang selalu menyebarkan fitnah keji kepada Prabu Puntadewa.

Padahal, Prabu Puntadewa yang jujur, sederhana, tulus dalam membantu rakyatnya lepas dari kemiskinan selalu diserang dengan isu-isu tidak sedap. Apalagi Duryudana yang sangat berambisi menyingkirkan Puntadewa dari Kursi kekuasaan. Duryudana pun menggandeng Sengkuni untuk menyebarkan berita berita hoax tentang Puntadewa dan saudara-saudaranya.

Berbagai trik jahat terus dilakukan agar Para Pandawa tergelincir dan terusir dari kerajaan. Tetapi berbagai isu itu tidak mempan sampai kemudian Pandawa tergoda untuk mengikuti tawaran Kurawa menerima pesta persahabatan dan penyambutan di sebuah tempat bernama Bale Sigala-Gala.

Sengkuni merencanakan trik licik agar Pandawa musnah saat pesta penyambutan Pandawa sebagai pimpinan Astina yang baru saja babad alas Wana Marta (Amarta) yang penuh Jin. Kurawa tidak rela astina jatuh ke tangan Pandawa maka dengan sok akrab ia menawarkan sebuah pesta penyambutan (padahal rencana jahat sudah terancang dengan rapi).

Sebetulnya Bima sudah mencium gelagat buruk rencana Kurawa, tetapi karena sifat kesatria mereka tetap menghormati rencana mereka. Pandawa diminta  tetap waspada.

**

Bathara Guru memanggil Bathara Nagathatmala

“Nagathatmala, Kau kupanggil ke sini untuk mengemban misi rahasia.”

“Sendika Dhawuh (siap laksanakan), Bathara Guru, Apa tugas sebenarnya untuk saya?"

“Turunlah ke bumi datanglah ke bale sigala-gala. Ubahlah dirimu menjadi garangan putih. Buat terowongan  itu tembus sampai ke Kahyangan sini (Kahyangan saptapratala). Jaga misi rahasia ini supaya tidak diketahu manusia licik lainnya di bumi, apalagi bocor di media massa orang orang licik tersebut. Aku tidak ingin peristiwa Mahabaratha hancur gara-gara ulah Kurawa yang mendahuui takdir.”

“Baiklah Bathara Guru, Titah Anda akan saya laksanakan.”

Maka turunlah Nagathatmala ke bumi. Ia bekerja keras membuat gorong-gorong yang menghubungkan Rumah Kayu Bale sigala-gala dengan Kahyangan Saptapratala. Ia menggunakan kekuatan saktinya untuk bisa menembus bumi. Dengan cepat gorong-gorong itu jadi dan setelah dekat dengan Bale sigala- gala ia mengubah dirinya menjadi garangan putih

Pesta sedang berlangsung di Bale Sigala gala. Semua menikmati pesta itu , makan kenyang, minum tuak hingga mabuk kecuali Bima yang memang sudah mencium gelagat tidak baik dari persekongkolan jahat tersebut. Ia hanya duduk  di pojok Bale sambil waspada jika sesuatu terjadi.

Benar-tiba-tiba api muncul dari atas atap. Dengan cepat api itu melalap jerami atap, semakin cepat hingga menyambar kayu-kayu penyangganya. Ternyata lokasi bale sigala-gala sudah dirancang sedemikian rupa hingga Pandawa susah keluar dari tempat tersebut. Untungnya muncul garangan putih jilmaan Bathara Nagathatmala. Ia muncul dari bawah lantai pesta.

Ketika suasana panik melanda Pandawa apalagi mereka tengah mabuk minuman maka Bima menggandeng mereka Arjuna, Puntadewa, Nakula dan Sadewa dan Kunthi. Ke tengah Bale. sampai muncul Grangan putih yang bisa bicara.

“Bima, kau ikuti aku, bawa ibumu dan saudaramu ikuti aku ya…”

“Kau siapa?”

“Tidak usah tanya ini itu, ikuti saja aku jika kalian ingin selamat.”

“Baiklah.”

Ketika, melewati lorong-lorong itu Bima beberapa kali bertemu binantang aneh yang hidupnya di bawah tanah. Ada cacing, tikus, semut, jangkrik dan ada satu binatang berwarna hijau, dengan dua capit seperti capit kepiting.

Mereka bisa bicara dengan Nagathatmala dan Bima.

“Siapa namamu hai binatang aneh”

“Namaku Kalajengking”

“Apa, Kalah Njengking (Kalah terjerembab)”

“Bukan Ka – la – jeng- king namaku.”

“Ya maaf aku dengar sekilas begitu. Tadi aku lagi mikir suatu saat akan kubalas perbuatan licik Kurawa. Biarlah mereka mengira kami sudah mati, tapi suatu saat aku bertekat akan kukalahkan mereka. Maka ketika ingat namamu jadi ingat semboyanku Kalah Njengking nantinya.

Begitulah cerita tentang Kalajengking yang sedang ramai dijadikan polemik hari - hari ini.  Bahkan sekelas Profesor dan pimpinan partai bicara ngalor ngidul tentang kalajengking.

Bermula dari Presiden Jokowi bicara tentang peluang bisnis racun kalajengking yang terkenal amat mahal karena racunnya bisa digunakan untuk terapi kesehatan. Kadang-kadang lucu juga jika orang pintar sudah tersandera dalam dunia politik. Yang logis menjadi tidak logis lagi, yang sederhana menjadi tambah ruwet. Yang seharusnya bisa ditanggapi santai malah menjadi polemik berkepanjangan.

Harusnya hadapi dengan santai malah serius. Dan yang dianggap serius malah ditanggapi main main. Aneh. Daripada mikir pusing soal kalajengking. Mending siap siap nonton El Clasico antara Madrid dan Barcelona. Lebih seru khan. Salam Damai Bro.

“Awas lho bila kalah pemilu bisa njengking Lho”.

Awwww....

 

***