Siapa yang tak kenal Rohut Sitompul yang pernah beken dengan julukan Si Poltak Raja Minyak? Ia adalah polikus senior yang sangat vokal dan kritis di DPR, apalagi kalau rapat konsultasi dengan pihak kementerian terkait. Suaranya yang lantang dan menggelegar kadang bikin ciut nyali lawan bicaranya atau lawan debatnya.
Bahkan seringkali berbeda pendapat dan mengkritik kawan satu partainya, yang kadang-kadang bikin gerah dan kalang kabut jajaran DPP Partai Demokrat. Nurhayati Assegaf yang tak lain duduk dalam DPP partai dikritiknya dan disebut seperti “nenek lampir”. Ia juga sering berbeda pendapat dengan Syarief Hasan dan Amir Syamsudin yang sangat dekat dengan SBY. Tapi bagi Ruhut mereka bukan siapa-siapa, bahkan dilawannya.
Luhut Sitompul juga seringkali memposisikan seperti bodyguard-nya SBY waktu menjadi presiden, ia siap mengonggong atau menyalak dan melawan siapa saja, kalau ada pihak-pihak yang mengkritik mantan presiden SBY, sewaktu berkuasa. Loyalitasnya tidak usah diragukan dalam membela majikannya.
Ia juga termasuk wakil rakyat yang rajin atau absensi dalam kehadiran di DPR, tidak seperti kebanyakan wakil rakyak lainnya, yang malas untuk menghadiri rapat atau sidang di DPR. Ia bukan tipe wakil rakyat yang gemar titip absen.
Dan sisi positif Luhut Sitompul adalah namanya tidak pernah disebut atau terlibat dalam korupsi seperti wakil rakyat lainnya yang namanya sering disebut dalam sidang Tipikor. Nyaris nama Luhut Sitompul bersih dari hal-hal korupsi atau terkait bagi-bagi proyek atau fee.
Dan Luhut Sitompul bisa dikatakan satu-satunya wakil rakyat yang membela mati-matian lembaga KPK dari serangan pihak-pihak lain, bahkan ketika ada sebagian kalangan DPR yang ingin membubarkan KPK atau mempreteli kewenangan KPK, ia tampil di depan tidak setuju terhadap pihak-pihak yang ingin melemahkan KPK.
Tetapi kemarin ada kabar mengejutkan, yaitu Ruhut Sitompul masuk kandang banteng, menjadi kader PDIP. Ia mengenakan baju seragam merah PDIP. Rupanya ia menjadi jurkan untuk pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus di Sumatera Utara.
Dan mengenai masuknya Ruhut Sitompul ke PDIP juga dibenarkan oleh Junimart Girsang. Menurut Junimart, Ruhut membantu kampanye pasangan Djarot-Sihar.
Sewaktu dikonfirmasi, Ruhut membenarkan kalau sudah masuk PDIP. ”Iya benar, aku sudah masuk PDIP. Apa salahnya aku berkabung dengan PDIP,” kata Si Raja Minyak.
Ruhut juga siap menirima konsekuensi dari pandangan atau pendapat dari masyarakat atau para politisi mengenai kepindahan ke PDIP.
Kenapa ini mengejutkan? Karena Ruhut pernah mengatakan berkali-kali bahwa Partai Demokrat adalah partainya yang terakhir dan tidak akan pindah ke partai lain. Bahkan ia juga mengatakan sudah banyak partai-partai lain yang mengajaknya untuk bergabung, tapi semuanya ditolak.
Bagi politisi, pagi ngomong tempe sore ngomong tahu, bukanlah hal yang aneh. Dan itu juga hak setiap orang, mau pindah partai atau tidak, yang terpenting harus punya rekam jejak yang bagus. Jangan sampai pindah partai karena menghindari dari jeratan hukum atau ingin dekat kekusasaan supaya bisa menjadi pejabat.
Bukan hal yang aneh bagi politisi pindah partai dan kembali lagi ke partai semula.
Sekedar informasi, Ruhut adalah dulunya dari partai Golkar dan kemana-mana dulu mendampingi Akbar Tanjung. Setelah itu ia masuk Partai Demokrat dan sekarang ke PDIP.
Soal rekam jejak Rohut Sitompul tidak usah diragukan, soal kepindahan partai, ya suka-sukalah; tersembunyi di bawah Pohon beringin, dibiarkan merana di ilalang Hambalang, dan kini siapa tahu bisa berjaya kembali di atas punggung Banteng.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews