Ada strategi pinter para wartawan untuk bisa menemui pejabat tinggi. Salah satunya hari Jumat. Dia kejar dimana pejabat itu sholat Jumat. Nah, sehabis sholat, mereka akan mendekati pejabat untuk wawancara door stop. Langsung mengajukan pertanyaan saat itu juga.
Cara ini biasanya efektif. Para pejabat publik juga tahu, kalau hari Jumat mereka sering ditodong pertanyaan jurnalis. Bagi jurnalis kondisi ini menguntungkan. Mereka gak perlu repot-repot mengajukan permohonan wawancara. Melewati birokrasi yang ruwet, yang belum tentu juga direspon.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan rupanya punya kebiasaan serupa. Setiap Jumat, dia sholat di masjid yang sama. Nah, rakyat dan orang yang mau bertemu, bisa memanfaatkan momen itu. Setidaknya bisa salaman atau syukur-syukur ngomong beberapa detik.
Kalau harus lewat jalur protokoler, mungkin bisa menunggu sampai bulanan belum tentu juga diterima. Wajar saja. Jadwal Presiden pasti padat. Kalau bukan penting-penting banget, jangan ngarep deh. Jadi orang lebih suka berdesakan di depan masjid, menunggu Erdogan turun dari kendaraan, lalu mendekat.
Rakyat Turki yang hanya sekadar mau bersamalaman juga bisa lakukan hal itu.
Sama seperti rakyat Indonesia yang berebut bersalaman dengan Presiden Jokowi. Malah di Indonesia rakyat bisa meminta selfie-selfie.
Nah, saat berkunjung ke Turki, Anies Baswedan juga ingin bertemu Erdogan. Karena gak mungkin lewat jalur birokrasi (level Gubernur beda sama Presiden), makanya dia memilih strategi mencegat menjelang sholat Jumat itu.
Dia berjajar bersama ribuan rakyat Turki lainnya. Menunggu di area yang disiapkan. Berdiri berdesakan.
Lalu mobil kepresidenan datang. Erdogan turun menyapa rakyatnya. Nah, inilah kesempatan bagi Anies untuk mendekat. Dia menghampiri Erdogan, mengajak bicara beberapa detik sambil bersalaman. Setelah itu, sudah.
Erdogan bergerak lagi menghampiri orang lainnya. Bersalaman. Saling lempar senyum basa-basi. Lalu, selesai. Begitu saja. Gak ada yang istimewa.
Tapi yang seru, kelompok hore-hore menyebar berita Anies diterima Erdogan di Turki. Disambut secara khusus. Padahal video yang beredar terlihat, Anies cuma memanfaatkan momen menjelang sholat Jumat.
Sama seperti wartawan yang memanfaatkan momen sholat Jumat pejabat untuk wawancara doorstop. Tapi, jika kemudian ngakunya wawancara khusus, wartawan itu akan jadi bahan tertawaan.
Kalau kamu mau memanfaatkan ketemu Erdogan, bisa saja lakukan hal yang sama. Tunggu saat sholat Jumat di masjid di mana Erdogan biasa ke sana. Berdesakan dengan ratusan orang lainnya. Jangan lupa membawa seorang fotografer. Setelah dapat momennya, manfaatkan itu dengan nenyebar berita bahwa kamu adalah undangan khusus Presiden Turki. Buktinya, ada foto bersalaman dengan Erdogan.
Kelakuan ini mirip pajangan foto di Warteg-warteg. Dulu warteg sering dipalak preman. Nah, salah satu cara menghindarnya, mereka memasang foto seorang berpakaian militer dengan pakaian dinas lengkap bersama sang pemilik di dinding wartegnya.
Maksudnya, agar preman yang suka pemeras jadi takut. "Yang punya warteg bersaudara dengan anggota TNI, lho."
Nah, kayaknya ini juga dilakukan pendukung Anies. Dia memajang foto Anies dan Erdogan di dinding warteg. Buat bilang ke semua orang. "Woii, Anies Baswedan diterima khusus sebagai tamu Presiden Turki. Hebat, kan tuh?"
Caelah. Kalau kayak gitu, Banbang Kusnadi dan Abu Kumkum yang cuma jualan bubur dan minyak telon, juga bisa. Sayang mereka berdua gak punya ongkos ke Turki.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews