Tak Usah Rebutan Presiden, Ganti Ketua Partai dengan Presiden Partai!

Jumat, 27 April 2018 | 12:51 WIB
0
412
Tak Usah Rebutan Presiden, Ganti Ketua Partai dengan Presiden Partai!

Manusia kadang kadang mencari susah bukan mencari gampang. Jabatan Presiden saja diperebutkan  dengan berdarah-darah, menghabiskan uang bermilyar-milyar, menghabiskan dana untuk iklan di jalan, televisi, radio dan media online, membayar orang untuk memproduksi berita bohong, walau ujung-ujungnya gagal  maning-gagal maning.

Coba berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk modal politik untuk bertarung memperebutkan jabatan yang rawan mendapat serangan kata- kata nyinyir, jabatan panas yang setiap saat digoyang, diserang dan dikritik dengan keji!

Kadang–kadang tidak habis  pikir, kenapa sih orang repot-repot membuat partai demi sebuah jabatan yang akan membuat kalian tidak bisa tidur nyenyak selama 5 tahun. Presiden sepanjang hari terus mendapat cibiran, baik tingkahlakunya, kebiasaannya, gaya berpakaiannya dan terutama adalah apakah ada upaya untuk melanggengkan jabatan dengan menggandeng seluruh keluarganya mengisi jabatan-jabatan strategis.

Orang polos saja semacam Jokowi yang tidak. Sudah berusaha keras membangun dan target sebagaian terlampaui tetapi masih dicari kesalahan entah dengan menggugat masalah ekonomi, menuduh sebagai keturunan PKI, Diragukan  agamanya, dan dicibir masalah wajahnya yang terlalu ndeso atau malah terlalu ndesit.

Apakah para pengeritik itu tidak pernah melihat mukanya sendiri. Coba saja lihat teliti apakah bentuk bibirnya sempurna, jiwanya sedang tidak terganggu, atau hanya sirik karena tidak mampu menunjukkan keistimewaan diri.

Apakah dengan hanya bertelanjang dada rakyat menjadi terkesima sama seperti ketika penggemar bola terpana melihat tubuh Atletis Cristiano Ronaldo dan James Rodrigues yang sixpack? Maaf, maaf bagi saya kalian yang sedang antusias memburu keberuntungan menjadi pimpinan tertinggi negara ini mesti berkaca!

Tidak perlu menunjuk hidung bahwa kalian lebih sempurna, tapi rakyat melihat jika kalian terlalu sering ribut terhadap kriteria –kriteria yang berasal dari rasa dengki dan iri akibat kalah mending masuk ke kamar, masuk ke tempat ibadah. Berdoa dan berefleksi. Jabatan itu amanah, tanggungjawab, pekerjaan, salib (bagi orang Kristiani), ibadah (bagi muslim). Bukan main-main.

Rasanya banyak orang pintar, benar-benar pintar cerdas dan mempunyai semangat bekerja tinggi, tetapi  banyak dari mereka yang akhirnya terjerembab ketika masuk dalam arena politik. Banyak aktivis yang garang di jalanan dan mampu mengantar tumbangnya orde baru, terlalu antusias untuk berdebat kusir dan mengamini tingkah laku menyimpang wakil rakyat.

Ternyata uang memang ampuh, kekuasaan ampuh untuk mengubah idealisme demonstran yang melempeng dan hilang taringnya saat terbuai sejuknya gedung wakil rakyat yang katanya telah didoakan agar ambruk sehingga renovasi tidak terhalang dan berarti sebuah proyek besar di depan mata.

Apakah para pengritik tidak melihat bibirnya sendiri tetapi lebih terpesona dengan muka ndeso, kurus  ceking, sehingga menjadi sasaran empuk kritikan. Mulut memang tercipta untuk berbicara tapi jika melihat mulut-mulut yang sering nyinyir mengritik tanpa solusi ingin rasanya mencipoknya (eh salah mencubitnya, hahahaha ).

Sudah tahu kan siapa bibir seksi yang seiring bernyanyi asal bunyi untuk mengritik dan mentertawakan apapun kebijakan pemerintah. Tapi  menurut pengakuan si bibir seksi tersebut  dia memang diciptakan untuk menjadi terompet (kadang juga kampret) pengingat bagi siapa saja yang memimpin  negeri.

Meskipun ia tidak punya partai ia tetap akan bernyanyi, mau sumbang mau merdu tidak peduli wong bibirnya tidak pernah mendengarkan apapun masukan rakyatnya, matanya hanya melihat kotoran yang menempel di wajah musuh politiknya.

Mungkin beda jika dia adalah pemerintah tentu ia akan bermanis-manis memuji, menunduk dengan takzim dan mendongak terhadap rakyat bahwa jabatannya adalah ibadah. Setan adalah musuhnya dan Tuhan sobatnya.

Ah bibir memang luwes dan lidah apalagi karena ia tidak mempunyai tulang  maka apa yang sudah diucapkan kadang-kadang dilupakan berganti- ganti seperti lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Bob Tutupoly: Memang Lidah tak bertulang, tak berbekas kata-kata, tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati…

Saran saya kalau tidak bisa merengkuh jabatan Presiden ganti saja ketua partai dengan Presiden Partai.

Toh ia tetap akan disebut Presiden kan. Nanti rakyat menjadi tenang karena pesohor partai tidak terlalu mempermasalahkan Presiden dengan trik-trik politik yang mengadu domba pemeluk agama, menebarkan isu bahwa ada partai Allah dan partai Syetan, meramal bahwa akan ada gubernur yang bisa mendamaikan negeri ini setelah melihat garis tangannya. Atau ada yang menggulirkan wacana Presiden yang terpilih dengan jangka waktu lama seperti Presiden Rusia Vladimir Putin.

Oh Memang lidah tidak bertulang, terserah lidahnya mau ke kiri atau kanannya, selama masih bisa bergerak mau ngomong apa terserah kecuali kalau sudah terkena struk yang mengunci lidahnya, atau lidahnya tumbuh tulang hingga menjadi kaku… ah pusing juga mikir tentang politik… mending menanti leg kedua Semifinal Champion League antara Munchen dan Madrid serta Liverpool dan AS Roma yang pasti seru…

Salam Damai.

***

Editor: Pepih Nugraha