Partai Tirik Yaluk adalah Partai Medsos yang lahir untuk meluruskan berlogika rakyat.
Sebagai Ketua Umum Partai Tirik Yaluk, saya berkonsentrasi menulis tema-tema yang mengajak semua masyarakat untuk kembali menggunakan logika khususnya dalam memilih pemimpin.
Salah memilih Nakhoda Negeri ini, bukan cuma merugikan kita semua tapi juga bisa mengakibatkan Kapal Indonesia tenggelam dan tinggal sejarah.
Oleh karena itu, pendidikan politik yang baik diperlukan agar tidak terpilih lagi politikus-politikus campuran Pool dari itik dan tikus.
Kwek... kwek... para Itik bersuara ramai di rapat Sidang Dewan seakan-akan perduli kepentingan rakyat tapi di belakang diam-diam bermetamorfosis menjadi tikus dan ketika malam menjelang menyikat habis uang rakyat.
Maaf kawan-kawan saya sudah sangat muak.
Apa kabar Puan, Ganjar, dan kawan-kawan dipusaran kasus e-KTP, wahai Kepeka?
Khusus untuk Pilpres di 2019 nanti, melihat perkembangan politik sekarang, kemungkinan besar Pak Prabowo dan Pak Jokowi akan bertarung kembali.
Suasana mulai panas antara #2019LanjutDuaPeriode dengan Tagar #2019GantiPresiden.
Kefanatikan dua kubu kadangkala sudah di luar logika.
Padahal untuk menilai siapa Capres yang terbaik dan paling tepat kita berikan amanat menurut saya rumusnya sangat sederhana.
Karena pilihan kita hanya antara Calon Presiden Gagal atau Presiden Gagal, mari kita kupas tuntas kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pertama Pak Prabowo si Capres Gagal adalah Calon Presiden yang gagal terpilih karena kalah. Kelemahannya tentu saja kita masih bargaining, beliau bisa berhasil dan bisa saja kalah. Kelebihannya yang jelas masih ada secercah harapan di antara kemungkinan bisa berhasil dan bisa gagal.
Sedangkan Pak Jokowi si Presiden Gagal adalah Presiden terpilih yang sudah memerintah mulai tahun 2014 yang lalu.
Kelemahannya adalah beliau menurut saya sudah nyata gagal, indikasinya adalah tidak ada janji-janji yang terealisasi. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang berputar-putar diangka 5 persen, nilai Rupiah yang tidak kunjung membaik, Hukum dan keadilan yang terkesan tebang pilih, nilai-nilai sosial yang makin memburuk misalnya maraknya masuk narkoba dengan jumlah besar, Indeks Korupsi yang tidak berkurang serta problem sosial, ekonomi dan hukum lainnya.
Kedua dari sisi Personality, Pak Prabowo adalah seorang Ketua Partai yang sudah jelas lebih independen dan tidak bisa dikendalikan oleh orang lain.
Masalah dana? Beliau pengusaha yang punya modal tanpa perlu meminjam dengan bayaran kebijakan yang akan menguntungkan sekelompok orang.
Berbicara keperdulian kepada rakyat, Pak Prabowo sangat dibenci oleh baik aseng maupun asing karena lebih mengutamakan kepentingan rakyat sendiri. Dari sisi kecakapan dan pergaulan dunia internasionalnya juga diakui semua orang. Bahasa Inggris lancar mengalir seperti air dan memiliki IQ setara Habibie.
Sedangkan Pak Jokowi adalah antitesanya, beliau cuma Petugas Partai yang berulangkali ditegaskan posisinya oleh Bu Mega. Sebagai Petugas Partai tentu saja harus patuh dan taat kepada Ketua Partai dan itu sudah bukan rahasia umum lagi, toh?
Keberpihakan Pak Jokowi kepada asing dan aseng masih bisa diperdebatkan, tapi melihat maraknya tenaga asing asal China dan pembiayaan-pembiayaan Infrastruktur kita misalnya Proyek Kereta Api Cepat yang tendernya dimenangkan China sampai huruf kanji menjadi hal biasa di beberapa Proyek Pemerintah, kecurigaan ini saya pikir cukup beralasan.
Kalau membandingkan kecakapan, saya menyerah, saya takut terlalu jujur dan nanti banyak yang marah.
[irp posts="5797" name="Prabowo Subianto Semakin Meneguhkan Dirinya sebagai Kingmaker""]
Tinggal tonton aja di Youtube dan lumayan lo buat modal tertawa pelipur lara, khususnya bagi yang baru putus cinta.
Nganu...anu...anu.. "I want to test my hamster".
Bai de wei, saya selalu keteladanan dan keberhasilan Pak Jokowi sebagai kepala keluarga. Andai di 2019 nanti Pak Prabowo terpilih, saya berharap beliau masuk kabinet jadi menteri. Menteri yang mengurus BKKBN atau malah lebih bagus lagi menggantikan posisi Mbak Puan Maharani.
Eh, apa ada yang tahu apa jabatan dan job description-nya beliau?
Kesimpulannya, Apakah kita mau pilih Capres Gagal dengan kemungkinan bisa berhasil dan bisa saja gagal? Atau apakah lebih baik kita menyerah dan memilih Presiden Gagal?
Kalau itu pilihannya, hayuk mempersiapkan penderitaan anak cucu kita karena bisa saja Hutang Negara akan tembus 10.000 Triliun?
Perketat ikat pinggang karena bisa saja kenaikan TDL, LPG, BBM akan berlanjut sampai rakyat sekarat. Persiapkan juga mental karena mungkin saja kebebasan berbicara akan dibungkam, Fesbuk wajib pakai KTP dan Twitter wajib daftar di Kelurahan. Kita kembali main surat-suratan dan jadi sahabat pena. Mau?
Saya sih pilih Capres Gagal aja, karena d isana masih ada harapan asal kita semua mau bergandengan tangan sama-sama untuk berjuang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews