Saya sudah hidup sejak dari Pemerintahan Soekarno sampai pada Pemerintahan Jokowi sekarang ini, hanya saja ada fenomena aneh yang terjadi sejak Pilpres 2014 berakhir, dengan kemenangan Jokowi dan kalahnya Prabowo dalam Kontestasi Pilpres, yaitu fenomena munculnya "Golongan Manusia Over Sensitif".
Golongan ini selalu memainkan isu agama, mempolitisir agama untuk kepentingan golongannya, bahkan isu tersebut dijadikan komoditi bagi kelompoknya, Isu penistaan agama dan penistaan ulama menjadi isu yang laku dijual di media online dan sosial media.
Ini adalah sebuah gejala hadirnya masyarakat yang sakit, yang rusak mindset-nya, bahkan mungkin seperti sebuah golongan masyarakat yang sudah dicuci otaknya lewat doktrin agama, sehingga beragama tidak lagi mengandalkan akalnya, tapi lebih kepada menggunakan nafsunya.
Kebenaran dalam pandangan mereka hanya berdasarkan kepentingannya, bukanlah menggunakan standar kebenaran yang universal, yang salah pun dalam pandangan kita belum tentu salah dalam pandangan mereka.
Selama argumentasinya mereka bisa diterima banyak kalangan mereka, maka yang salah pun menjadi sebuah kebenaran, sebaliknya juga begitu.
Golongan ini sangatlah sensitif, terlebih terhadap hal-hal yang menyangkut apa yang mereka anggap menista agama atau pun ulama. Mereka mempunyai standar penilaian sendiri, apa yang kita anggap sudah menista agama yang dilakukan seseorang yang merupakan bagian dari mereka, bisa dianggap tidaklah bagian dari penghinaan itu sendiri.
Tetapi sebaliknya, apa yang menurut kita sudah merupakan penistaan agama, bisa jadi tidak mereka respon berdasarkan standar penistaan yang umum di masyarakat.
[irp posts="14108" name="Pesan Rocky Gerung: Kita Mesti Sinis terhadap Kekuasaan"]
Yang masih hangat menjadi perdebatan sekarang ini tentang pernyataan Rocky Gerung, salah satu dosen Filsafat UI yang mengeluarkan pernyataan bahwa, "Kitab Suci itu adalah Fiksi" yang disampaikannya di acara Indonesian Lawyer Club (ILC) yang baru lalu.
Pernyataan tersebut mengundang kontroversi, dengan argumentasinya yang mampu meyakini banyak kalangan, maka pernyataan tersebut menjadi sebuah kebenaran, meskipun pihak yang berseberangan menganggap itu sebuah penistaan agama.
Di sinilah keberuntungan Rocky Gerung, karena dia ada dipihak yang biasa meneriakkan penistaan agama dan ulama, maka dengan pernyataan tersebut dia tetap ada diposisi yang aman, karena tidak mungkin dia akan dianggap menistakan agama. Argumentasinya tiba-tiba bisa diterima akal sehat golongannya, meskipun pernyataannya tersebut dianggap penistaan agama bagi golongan yang berseberangan dengan mereka.
Hal-hal seperti ini harus pandai disikapi oleh semua pihak, kalau tidak ingin ini menjadi bara api yang membakar kita bersama-sama. Pemerintah harus hadir untuk menengahi dan menyikapi, kalau hal ini tidak disikapi sejak dini akan menjadi jurang pemisah antargolongan, padahal kita sudah dipersatukan dalam kebhinekaan dan tidak ada lagi ruang untuk perpecahan.
Jangan ada ruang bagi organisasinya atau parpol memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungan sesaat dan mengabaikan persatuan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews