Teka teki siapa yang bakal mendampingi Jokowi kini memang menjadi perbincangan hangat di media sosial sampai dengan media elektronik. Bahkan beberapa ketua umum partai blak-blakan merasa pantas mendampingi Jokowi dalam pertarungan kursi Presiden tahun 2019.
Sayangnya hingga saat ini, belum ada tanda-tanda Jokowi siap berdampingan dengan salah satu ketua umum partai koalisi. Posisi cawapres Jokowi kini memang menjadi rebutan. Partai baru seperti Perindo saja sudah curi start merapat ke ketek Jokowi. Karena HT tahu bahwa posisi Jokowi sepertinya masih cukup kuat dengan personanya yang memikat.
Jika melongok kisah SBY pada pencalonan periode ke dua lalu, SBY tidak memilih cawapres dari partai koalisi. Justru SBY memilih "orang luar". Karena saat itu SBY punya posisi tawar yang tinggi.
Kini, kondisinya pun demikian dengan Jokowi. Meskipun dihantam dengan berbagai isu mulai dari isu komunisme, sampai utang luar negeri, hasil kerja Jokowi yang membungkamnya.
Beberapa proyek strategis nasional yang mangkrak diselesaikan Jokowi. Pun meski harus menanggung cemooh dan serangan dari oposisi.
Tapi, melihat Jokowi dengan motor chopper dan kunjungannya ke Papua baru baru ini langsung meredam semua serangan pada Jokowi. Bahkan tak bisa dimungkiri, Jokowi termasuk Presiden yang dianggap "ngemongke" masyarakat Papua. Salah satu modal positif untuk Jokowi menuju periode kedua.
Sepertinya Jokowi tak mau ambil pusing juga dengan letupan letupan kecil yang mengganggu konsentrasinya membangun infrastuktur di Indonesia. Jokowi tetap bergeming dari berbagai serangan.
Jika Jokowi terpancing, bisa saja keputusan Jokowi menjadi backfire dan berdampak pada elektabilitasnya di masa pemilihan tahun depan. Itulah sebabnya apa yang dilakukan Jokowi saat ini merupakan langkah cerdas. Meredam isu dan serangan dengan "blusukan".
Balik lagi ke soal cawapres, Jokowi sebetulnya punya kans berdampingan dengan sosok non partisan di tahun kedua pemerintahan dengan modal popularitasnya saat ini. Sudah saatnya Jokowi meminang beberapa srikandi potensial yang bisa menjadi pemimpin masa depan. Rakyat butuh alternatif pemimpin masa depan yang progresif dan tidak tersandera dengan "kejahatan" masa lalu.
Dua sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Sri Mulyani dan Susi Pudjiastuti. Dua sosok srikandi tersebut cukup piawai dan punya kharisma di mata rakyat berkat kinerja dan prestasinya. Keduanya juga cukup menonjol dibandigkan dengan beberapa menteri Jokowi lainnya.
Namun, Jokowi juga perlu berpikir strategis. Pasalnya saat ini Sri Mulyani pun sepertinya bakal diseret lagi dalam kasus Bank Century dengan munculnya rekomendasi Pengadilan yang meminta KPK menetapkan Boediono menjadi tersangka.
Nah, apakah Jokowi akan memilih sosok srikandi seperi Sri atau Susi? Ataukan masih melanjutkan bahtera rumah tangga dengan JK yang selama ini hampir tak pernah diterpa gosip?
Kita tunggu saja kelanjutan dramanya nanti. Bakal lebih seru dibandingkan dengan Drakor berepisode episode itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews