Analisa Parpol setelah 2019, Gerindra Juara, PKS "Runner-up"

Senin, 9 April 2018 | 04:30 WIB
0
1355
Analisa Parpol setelah 2019, Gerindra Juara, PKS "Runner-up"

Sebagai Pengamat Politik sekaligus Ketua Partai yang gagal lolos verifikasi, dapat dipastikan setiap analisa politik saya tidak parsial dan berat sebelah.

Berdasarkan pengamatan dan hasil kalkulasi kalkulator Ketua Partai Tirik Yaluk, di tahun politik 2019 peta perubahan kekuatan parpol akan banyak berubah.

Bila selama ini Golkar dan PDIP bergantian menjadi partai pemenang Pemilu pertama dan kedua (sekaligus bergantian juga jadi Partai paling korup pertama dan kedua), maka di 2019 nanti kemungkinan besar posisi nomor satu akan dipegang oleh Gerindra.

Faktor ketokohan Prabowo Subianto dan kemuakan mayoritas rakyat terhadap rezim acakadut menjadi alasan utama bertambahnya suara pemilih Gerindra secara signifikan.

Selain itu karena suara Golkar dan PDIP akan menurun secara drastis karena digembosi oleh Parpol-parpol baru yang ideologi politiknya sama.

Suara Golkar misalnya akan digembosi oleh Partai Berkarya yang platform Kekaryaannya justru lebih murni.

Demikian juga dengan suara PDIP akan banyak menyeberang ke PSI, terutama anak-anak muda (generasi milineal-nya).

Jangan lupa para pemilih dan simpatisan PSI adalah Ahoker (sudah pasti Jokower juga) yang kecewa karena merasa Ahok tidak dilindungi oleh rezim berkuasa dan selama ini mereka pemilih PDIP.

Tahun 2019 analisa saya akan menjadi tahun paling kelam bagi Partai P-3, prediksi saya Partai berlambang Kabah ini akan tenggelam.

Akibat pertikaian yang tidak pernah selesai, Partai P-3 Gerbong Djan Faridz sudah menyatakan akan menyeberang ke PBB.

Ditambah beberapa kali akar rumput yang kecewa karena seringkali elit pusat mengeluarkan kebijakan demi kepentingan sesaat, misalnya di kasus Pilgub DKI dan sekarang di Pilgub Sumut.

Di sisi lain akan menjadi berkah bagi PBB yang saya prediksi bisa menjadi Partai kelas menengah karena mendapat limpahan suara dari P-3 dan dukungan Anggota Hizbut Tahrir. Selamat ya, Prof. Yusril!

Demokrat kemungkinan akan turun turun tahta sedikit.

Banyak yang bersimpati terhadap kegantengan Putra Mahkota, tapi banyak juga yang kecewa akibat sikap abu-abu dan perlakuan tidak adil kepada Tuan Guru Bajang (TGB), yang harus mengalah demi peran Putra Mahkota.

PKS menurut saya akan menjadi Parpol suara terbanyak kedua setelah Gerindra, kekonsistenan mereka menjadi oposisi bersama Gerindra membuat simpati rakyat mulai mereka terima.

Ditambah kesolidan kader dan simpatisan mereka yang terkenal paling setia diantara semua Partai yang ada.

Hanya saja masalah Fahri Hamzah akan sedikit mengguncang PKS kalau tidak dikelola dengan bijaksana. Tapi dalam segala hal, semua tahu PKS akan baik-baik saja dengan maupun tanpa Fahri Hamzah.

Nasdem dan Hanura menurut analisa saya akan saling tarik-menarik simpati pemilih loyalitas di antara mereka.

Salah satu di antara kedua Partai ini akan ada yang terjerambab menjadi Partai Gurem.

Selain adanya saling memakan basis pemilih, juga karena kehadiran Perindo yang akan melahap siapa di antara keduanya yang paling lemah.

Basis Pemilih Nasdem, Hanura, Perindo, PDIP dan PSI pada dasarnya ada pada ideologi yang sama, Nasionalis Sekuler.

Paling menarik adalah posisi PAN dan PKB, Analisa saya kedua Partai ini akan stagnan bermain di posisi Partai kelas menengah.

Posisi mereka terselamatkan, bukan karena kekuatan elit partai apalagi kekuatan pesona Ketua yang bermimpi jadi Capres atau malah Cawapres seperti Cak Imin.

Ideologi partai yang didirikan dengan sentuhan ke-Muhammadiyah-an atau Ke-NU-an yang menyelamatkan kedua partai ini dari kejatuhan yang tertimpa tangga.

Kesimpulannya, kita bisa mengucapkan selamat kepada Gerindra, PKS dan khususnya PBB yang menjadi "the rising star".

Walaupun masih terlalu pagi, kita juga bisa mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto dan siapapun wakilnya yang disetujui oleh PKS dan PBB, untuk menjadi Presiden RI kedelapan.

Saya yakin analisa saya ini 99,99 persen akan terbukti.

Hanya saja saya harap Pak Prabowo dan elit-elit Gerindra serta PKS dan PBB jangan salah langkah. Terlepas dari cemoohan dan suara-suara syirik bercampur kedengkian dari warga Kolam, Selokan dan Comberan, suara Habib Rizieq, Ustadz Somad, Arifin Ilham, Ustadz Nasir dan para ulama yang identik dengan 212 akan menjadi penentu.

Tidak usah berdebat panjang, sejarah adalah fakta dan sepanjang berdiri negara ini hanya Gerakan 212 yang mampu mengumpulkan massa sebanyak 7 juta tanpa iming-iming nasi bungkus dan sepeda.

***

Editor: Pepih Nugraha