Mendekati Pilpres 2019 seantero Indonesia diramaikan oleh bermacam gaya. Ada yang jualan diri, pasang iklan, ngancam, fitnah buta, sampai Indonesia di ramal bubar. Statement itu sekaligus ditertawakan karena selain fiksi, dirinya akan nyapres yang ketiga kali di dalam negeri yang dia katakan akan bubar.
Terbatasnya SDM yang mengerti Indonesia dan Pancasila adalah bukti nyata bahwa partai gagal mengkader manusia untuk memimpin Indonesia. Jokowi sendiri awalnya bukan orang politik yang punya partai, beliau adalah putra Indonesia yang miris melihat bangsanya atas semua yang menimpanya.
Merdeka boleh sudah lama, tapi kalau sakit Puskesmas saja bisa menolak. Makanya Jokowi selalu bicara keadilan sosial, tidak mengatakan bahwa uang RI mau dirampok untuk rakyat. Mau jadi Robin Hood zaman now, dia pikir rakyat ini idiot akhlak.
Jujur memang saat ini kita minim pilihan untuk menyiapkan kelanjutan dari pondasi yang dibangun Jokowi, kalau salah pilih kita bisa set back 40 tahun lagi, kelas Capres atau Cawapres yang seperti bintang iklan sangat membahayakan. Ngurus negara model dagelan, kita diajak cengengesan.
Lihat saja 5 tahun berjalan kita nonton badut yang manggung di Senayan, uang triliunan untuk kita suapi dari mulai isi perut sampai beli celana dalam.
Ini bukan saja salah pilih tapi kita telah meletakkan sampah bau di tempat yang megah, akhirnya biayanya mahal. Alih-alih bisa membantu rakyat yang memilih, malah kebalikannya manusia-manusia yang mengaku mulia ini akan memenjarakan rakyatnya bila melakukan kritikan, absurd sekaligus zholim.
Mereka semua produk partai yang kurang bermutu. Ada partai kerajaan, ada yang pakai simbol agama, ada yang mengaku Indonesia tapi tidak menunjukkan keindonesiaan.
Beroposisi dengan niat menggembosi segala langkah Jokowi, berteriak Indonesia, tapi didepan mata mengganggu Jokowi yang sedang bekerja.
Menyaksikan dagelan yang dipertontonkan kita tidak mendapat pelajaran, yang kita rasakan hanya keonaran karena syahwat politiknya tak kesampaian, ya siapa suruh "sujud duluan", makanya jangan percaya walau kelihatan kawan, sejatinya mereka adalah lawan yang akan membumihanguskan negeri ini sekaligus mengganti ideologi.
Dari setiap proses kita inginkan pelajaran, bukan mulut cerewet dipinggir jalan. Memang tidak selalu yang murah tidak bermutu, namun yang kita hadapi adalah orang berakhlak murah yang setiap saat bisa menjarah.
Siapkan energi, walau lelah kita tidak boleh menyerah!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews