Sudah larut malam, saya ngantuk dan saya mau istirahat di rumahku. Sementara itu tetanggaku Si Anu punya radio dan mendengarkan dangdut koplo kesukaannya, saking sukanya ia memutar volumenya sampai penuh.
Kami berdua punya hak untuk melakukan kegiatan yang kami sukai di rumah masing-masing, akan tetapi apakah hak-hak pribadi yang sejenis itu sifatnya mutlak di lingkungan sosial?
Nah, demikian juga soal kebebasan berpendapat, apapun media penyampaian pendapat itu. Ada batasan hak untuk menyampaikan pendapat di depan rakyat umum, terutama yang sifatnya menyinggung langsung persoalan SARA.
Saya pikir contoh tersebut tidak perlu dijabarkan lebih luas lagi, kecuali mungkin sama anak-anak atau remaja. Ilmu yang saya peroleh saat mengikuti mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) beberapa dekade yang silam.
Begitulah yang terjadi pada kasus puisi kontroversial Sukmawati Soekarnoputri ini. Puisi yang dibacakannya dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018.
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah.
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif.
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok. Lebih merdu dari alunan azan mu.
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya
Melalui puisinya Sukmawati membenturkan secara vulgar antara ciri budaya keislaman dengan ciri kebudayaan tradisional Indonesia.
Puisinya jelas-jelas sebentuk provokasi kebencian.
Padahal kedua kebudayaan itu (dan kebudayaan-kebudayaan lainnya seperti kebudayaan "barat" semisal jeans dan jas) secara umum sudah hidup di Indonesia dengan selaras selama sekian ratus tahun.
Satu sama lain tidak ada saling memaksakan, 'kan?
[irp posts="13661" name="Mempertanyakan Puisi Ibu Indonesia" Sukmawati Soekarnoputri"]Mungkin di antara kita ada yang tidak tahu atau lupa, bahwa prinsip Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika-lah yang memberikan peranan yang sangat signifikan dalam keselarasan itu. Jadi, secara tidak langsung beliau telah melecehkan Pancasila. Ironis, ketika beliau dahulu pernah melaporkan seseorang kepada pihak kepolisian atas tuduhan telah melecehkan Pancasila.
Jika memang benar-benar berjiwa Pancasila, memiliki sikap kedewasaan yang bijaksana, sudah selayaknya Ibu Sukmawati Sukarnoputri menyatakan permintaan maaf di depan khalayak atas kekhilafannya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews