PDIP punya Bung Karno, Bu Mega, Bu Risma, dan Pak Jokowi sebagai kebanggaan kepemimpinan politik.
Golkar udah pasti ke Pak Harto dan juga punya Pak Habibie, juga bangga punya Pak Jusuf Kalla.
Demokrat jelas kebanggaannya SBY dan sekarang sedang memoles AHY.
PPP punya Hamzah Haz sebagai patokan politiknya.
PBB Yusril pasti kebanggaannya Natsir.
Hanura kebanggaannya Pak Wiranto.
Masak Gerindra bangga-banggain Vladimir Putin, bukannya bangga-banggaim Prabowo sebagai kepemimpinan politik.
Narasi Putin sebagai kebanggaan politik jelas sebuah blunder karena harus diingat karakter politik orang Indonesia itu apapun selalu senang dengan bangsa sendiri. Inilah kesalahan Agitasi dan Propaganda (Agitprop) Gerindra yang tidak terstruktur!
Sebagai corong Partai Gerindra, Fadli Zon harus bersikap objektif terhadap alam pikirnya yang memang sangat kental sastra Rusia-nya.
Prabowo jelas dirugikan dengan branding ini, kecuali memang ada agenda agenda tersembunyi seperti gelagat dukungan Putin terhadap Prabowo dalam konstelasi politik di Indonesia dan Asia Tenggara.
Begitu juga PKS yang selalu terang-terangan mendukung pihak luar sebagai kebanggaan politik. PKS selalu mengidentifikasikan kepemimpinan sempurna pada Erdogan, padahal jalan politik Erdogan jauh sekali dengan idealisme politik PKS.
Banyak juga dari pihak lain yang membangga-banggakan pemimpin luar negeri sebagai bagian idola politik, seperti dulu jaman Hugo Chavez, banyak yang euforia dari pemimpin Venezuela itu.
[irp posts="13596" name="Bung Fadli Zon, Siapa yang Sesungguhnya Antek Asing Itu?"]
Sejarah politik Indonesia dibentuk oleh situasi otentik kepemimpinan yang tumbuh organik dan menggerakkan massa, sebuah Partai Politik akan besar bila kemudian memiliki stok kepemimpinan yang tumbuh dalam dirinya dan jadi kebanggaan publik. Pada detik ini, Jokowi mempunya situasi otentik, begitu juga dengan Ahok. Dua nama ini menempati urutan teratas kebanggaan sebagai pemimpin yang otentik.
Selama kebanggaan kepemimpinan politik itu luar negeri maka sudah menjadi sebuah hukum sejarah di Indonesia, tidak akan berlangsung lama.
Politik idola ini bisa jadi patokan kemenangan politik di Indonesia, selama sebuah kumpulan politik tidak memiliki figur yang tumbuh dalam situasi dialektis perkembangan partai maka situasi politik tidak akan berkembang dinamis.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews