Unik, Gerindra Malah Membanggakan Putin, Bukannya Prabowo!

Senin, 2 April 2018 | 13:12 WIB
0
848
Unik, Gerindra Malah Membanggakan Putin, Bukannya Prabowo!

PDIP punya Bung Karno, Bu Mega, Bu Risma, dan Pak Jokowi sebagai kebanggaan kepemimpinan politik.

Golkar udah pasti ke Pak Harto dan juga punya Pak Habibie, juga bangga punya Pak Jusuf Kalla.

Demokrat jelas kebanggaannya SBY dan sekarang sedang memoles AHY.

 PPP punya Hamzah Haz sebagai patokan politiknya.

PBB Yusril pasti kebanggaannya Natsir.

Hanura kebanggaannya Pak Wiranto.

Masak Gerindra bangga-banggain Vladimir Putin, bukannya bangga-banggaim Prabowo sebagai kepemimpinan politik.

Narasi Putin sebagai kebanggaan politik jelas sebuah blunder karena harus diingat karakter politik orang Indonesia itu apapun selalu senang dengan bangsa sendiri. Inilah kesalahan Agitasi dan Propaganda (Agitprop) Gerindra yang tidak terstruktur!

Sebagai corong Partai Gerindra, Fadli Zon harus bersikap objektif terhadap alam pikirnya yang memang sangat kental sastra Rusia-nya.

Prabowo jelas dirugikan dengan branding ini, kecuali memang ada agenda agenda tersembunyi seperti gelagat dukungan Putin terhadap Prabowo dalam konstelasi politik di Indonesia dan Asia Tenggara.

Begitu juga PKS yang selalu terang-terangan mendukung pihak luar sebagai kebanggaan politik. PKS selalu mengidentifikasikan kepemimpinan sempurna pada Erdogan, padahal jalan politik Erdogan jauh sekali dengan idealisme politik PKS.

Banyak juga dari pihak lain yang membangga-banggakan pemimpin luar negeri sebagai bagian idola politik, seperti dulu jaman Hugo Chavez, banyak yang euforia dari pemimpin Venezuela itu.

[irp posts="13596" name="Bung Fadli Zon, Siapa yang Sesungguhnya Antek Asing Itu?"]

Sejarah politik Indonesia dibentuk oleh situasi otentik kepemimpinan yang tumbuh organik dan menggerakkan massa, sebuah Partai Politik akan besar bila kemudian memiliki stok kepemimpinan yang tumbuh dalam dirinya dan jadi kebanggaan publik. Pada detik ini, Jokowi mempunya situasi otentik, begitu juga dengan Ahok. Dua nama ini menempati urutan teratas kebanggaan sebagai pemimpin yang otentik.

Selama kebanggaan kepemimpinan politik itu luar negeri maka sudah menjadi sebuah hukum sejarah di Indonesia, tidak akan berlangsung lama.

Politik idola ini bisa jadi patokan kemenangan politik di Indonesia, selama sebuah kumpulan politik tidak memiliki figur yang tumbuh dalam situasi dialektis perkembangan partai maka situasi politik tidak akan berkembang dinamis.

***

Editor: Pepih Nugraha