Irak Melawan Korupsi dan Membutuhkan Dana untuk Membangun

Selasa, 27 Maret 2018 | 18:52 WIB
0
467
Irak Melawan Korupsi dan Membutuhkan Dana untuk Membangun

Suriah kini masih berada dalam perang berkepanjangan. Tidak seorang pun bisa memprediksi, kapan perang akan berakhir.

Situasi bertambah rumit dengan masuknya pasukan Turki yang ikut menghalau pasukan Kurdi di perbatasan antara Suriah dan Turki.

Sekarang media Arab melaporkan, kelompok gerilyawan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) telah pula mengatur kembali dan meluncurkan serangan baru terhadap tentara pemerintah Suriah dalam upaya untuk merebut kembali bekas basisnya di al-Mayadeen dan abu-Kamal.

Hal itu dilakukan di dalam zona deeskalasi yang berada di bawah kontrol koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat (AS).

Kantor berita berbahasa Arab, al-Manar, mengutip sumber yang berafiliasi dengan oposisi bersenjata pemerintah Suriah melaporkan bahwa ISIS telah kembali melatih anak-anak untuk operasi mematikan di Provinsi Deir al-Zor. Kelompok ini diduga mendapat perlindungan oleh AS dan Pasukan Demokrat Suriah (SDF).

ISIS dilaporkan bersiap untuk menyerang tentara Suriah setelah SDF yang didukung AS menyatakan mengakhiri operasi terhadap kelompok teroris, dan setelah militer AS memperluas kehadirannya di wilayah tersebut.

Seperti dikutip Sputnik dari media Arab, Jumat,  23 Maret 2018,  ISIS diduga telah mendirikan pangkalan militer untuk melatih apa yang digambarkan sebagai Calon Singa Khalifah di Deir al-Zor, Suriah.

Pusat pelatihan untuk tentara anak-anak diduga didirikan di bawah pengawasan mantan komandan pangkalan ISIS di Raqqa, Abu Mohammed al-Fransi. Kelompok ini dikatakan telah merekrut sejumlah besar anak-anak Suriah dan asing untuk melakukan operasi bunuh diri.

[irp posts="10770" name="Benar, ISIS Itu Memang Ciptaan Amerika Serikat dan Israel"]

Baru-baru ini, pemerintah Suriah menuduh Washington memberikan dukungan untuk ISIS dan kelompok teroris lainnya di negara itu, termasuk intelijen yang memungkinkan para militan untuk menyerang posisi tentara Suriah.

Media pemerintah Suriah, seperti kantor berita SANA, juga berulang kali melaporkan bahwa helikopter AS mengevakuasi kelompok ISIS sebagaimana foto "Reuters," di atas, dari beberapa daerah di seberang Deir al-Zor, dengan militan yang terluka diduga dikirim untuk menerima bantuan medis dari dokter Medecins Sans Frontieres.

Menurut Damaskus, kekuatan udara AS konon telah digunakan dalam berbagai kesempatan untuk menyelamatkan para pemimpin teroris dari pembunuhan di tangan tentara pemerintah. AS bahkan melancarkan serangan "tak sengaja" terhadap pasukan Suriah ketika mereka menyerang para teroris.

Koalisi anti ISIS pimpinan AS memulai kampanye di Suriah pada tahun 2014 tanpa mandat PBB atau persetujuan pemerintah negara itu. Damaskus telah berulang kali mengecam serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatannya. Damaskus menegaskan kembali bahwa Washington dan sekutunya tidak pernah diundang ke negara itu oleh pemerintah yang diakui secara internasional Presiden Bashar al-Assad. Hanya Rusia yang diundang Suriah.

Situasi di negara ini semakin memburuk setelah para penduduk Suriah melakukan pengungsian ke berbagai wilayah tetangga. Apalagi di antara kelompok yang bertikai di Suriah telah menggunakan senjata kimia.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***