Ketika ketegangan meningkat antara Rusia dan Inggris hari Rabu lalu atas peracunan mantan intelijen Rusia, Presiden Vladimir Putin malah tidak menghiraukannya untuk sementara. Ia lebih mementingkan agenda Pemilihan Presiden Rusia, hari Minggu, tanggal 18 Maret 2018 lalu dengan mengunjungi Crimea.
Bagi Putin, mengambil alih Crimea merupakan keberhasikannya sebagai seorang Presiden Rusia selama ini, yang sekaligus memperingati tahun keempat, pasukan Rusia mengambil alih Crimea dari tangan Ukraina, yang dulunya adalah negara bahagian Uni Soviet. Sewaktu Mikhail Gorbachev menerapkan pembaruannya di Uni Soviet, Ukraina yang mencakup sebuah kepualuan terpisah (Crimea) lepas dari Uni Soviet.
Setelah melihat situasi tidak menentu di bekas negara bahagiannya, Ukraina dengan jatuhnya Presiden Ukraina Victor Yanukovych yang tidak mau menandatangani Perjanjian Asosiasi Ukraina dengan Uni Eropa, sehingga berakibat penggulingan dirinya pada 22 Februari 2014, Putin merasa perlu masuk kembali ke bekas negara bahagiannya dengan menganeksasi Semenanjung Crimea dari Ukraina. Sejak itu pula Uni Eropa, Amerika Serikat dan negara-negara Barat menjatuhkan berbagai sanksi kepada Rusia.
Putin menganggap, keberhasilannya menganeksasi Semenanjung Crimea adalah keberhasilannya selama menjadi Presiden Rusia. Untuk itulah jelang Pilpres Rusia lalu, ia menyempatkan diri ke Crimea. Apalagi Putin akan menjadikan Crimea sebagai tuan rumah musabaqah tilawatil Al-Qur'an pada awal Juni 2018.
Penduduk Rusia, banyak juga beragama Islam. Apalagi pemimpin Rusia tidak mempermasalahkannya. Pemimpin militer yang menganeksasi Crimea banyak berasal dari penduduk Muslim Rusia.
Untuk memberi gambaran ini, ketika Presiden Soekarno berkunjung ke Rusia, ia meminta syarat agar ada masjid yang terbuka untuk penduduk Muslim Rusia atau warga negara Indonesia yang sedang di Rusia mekakukan kewajiban lima waktunya.
Pada hari Minggu itu merupakan peringatan empat tahun aneksasi Crimea oleh Rusia. Putin tidak surut sejengkal pun mundur dari niatnya menganeksasi Semenanjung Crime.
[irp posts="12711" name="Pilpres di Rusia dan Dampak Pengusiran 23 Diplomat Rusia dari Inggris"]
Bahkan di Crimea, Putin terlihat berbicara dengan para insinyur Rusia untuk membuat jalan dari Crimea ke Rusia. Putin terlihat sedang memeriksa jembatan kereta api sepanjang 19 km di atas Selat Karch yang nantinya menghubungkan Crimea-Rusia. Rencananya akan selesai pada 9 Mei 2018 bertepatan dengan hari kemenangan Uni Soviet melawan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Niat Putin ini sudah tentu mendapat kritikan dari Presiden Ukraina sekarang, Petro Poroshenko yang mengatakan kunjungan Putin ke Crimea sebuah provokasi.
Di dalam pernyataannya kepada wartawan, Poroshenko meminta rekannya di Eropa dan dunia agar menentang tindakan aneksasi Crimea ini. Bagaimana pun juga Rusia bukanlah negara liberal. Jika ada calon presiden Rusia yang lain, biasanya tidak berpengaruh. Apalagi Putin banyak menampilkan kekuatan militer Rusia di Suriah sebagai kekuatan penyeimbang dari Amerika Serikat dan sekutunya. Cukup Irak saja yang hancur lebur oleh kekuatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pada waktu di Irak ini Rusia masih berbenah diri dan belum siap membantu Presiden Irak Saddam Hussein. Gagasan Gorbachev waktu lalu telah membuat Uni Soviet terpecah-pecah.
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews