Pilpres di Rusia dan Dampak Pengusiran 23 Diplomat Rusia dari Inggris

Sabtu, 17 Maret 2018 | 23:23 WIB
0
676
Pilpres di Rusia dan Dampak Pengusiran 23 Diplomat Rusia dari Inggris

Rusia akan menyelenggarakan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada hari Minggu, 18 Maret 2018. Apakah presiden sekarang, Vladimir Putin masih dipercaya rakyat untuk menjabat lagi atau tidak, kesemuanya akan ditentukan dalam pemilihan tersebut.

Boleh jadi pula Pilpres di Rusia ditunda atau tetap berlangsung sesuai jadual yang sudah ditetapkan, karena sudah terjadi sengketa dengan Inggris yang menuduh intelijen Rusia akan membunuh mantan agen intelijennya Sergei Skripal berusia 66 tahun bersama putrinya Yulia, berusia 33 tahun seperti diperlihatkan di foto atas.

Bahkan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan bahwa Rusia berada di balik usaha pembunuhan tersebut. Untuk itu Inggris memberi waktu satu minggu agar 23 diplomat Rusia meninggalkan Inggris.

Pengusiran diplomat terbesar sejak Perang Dunia II.

Tidak hanya itu, Perdana Menteri Inggris Theresa May juga mengatakan, Inggris membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov ke negaranya. Di samping Inggris tidak akan hadir di "World Cup 2018," di Rusia.

Sergei Skripal, adalah mantan anggota CRU Rusia, yaitu sebuah unit intelijen militer Rusia. Ia bersama putrinya Yulia ditemukan terbaring di bangku dalam keadaan tidak sadarkan diri di luar pusat perbelanjaan  di Salisbury, kota di Inggris Selatan pada hari Minggu, 4 Maret 2018. Keduanya kini berada di rumah sakit.

[irp posts="11756" name="Rusia Luncurkan Senjata Baru. Perlombaan Senjata Dimulai Lagi?"]Pengadilan militer Moskwa memang pernah  menjatuhi hukuman kepada  Seregei Skripal pada 9 Agustus 2006. Ia dihukum 13 tahun atas dugaan penghianatan. Tetapi pada tahun 2010 memperoleh pengampunan dari Presiden Rusia Dmitry Medvedev  sebagai bagian pertukaran mata-mata untuk membawa 10 agen rahasia yang ditahan di Amerika Serikat untuk kembali ke Moskow.

Selasa malam adalah batas waktu yang diberikan Inggris agar Rusia menjelaskan hal ini. Sepertinya hubungan kedua negara semakin panas meski Inggris setengah mengancam, karena hal ini sudah memasuki wilayah intelijen Rusia. Tetapi ada pula pengamat yang menduga bahwa masalah intelijen sulit dipecahkan, karena setiap negara memiliki intelijennya sendiri di berbagai perwakilan di manca negara.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***