Menyaksikan Kontes Nasionalis Religius dari Sekarang

Kamis, 15 Maret 2018 | 17:03 WIB
0
723
Menyaksikan Kontes Nasionalis Religius dari Sekarang

Semalam di acara Mata Najwa, Cak Imin bilang, kalau Pak Jokowi salah milih Cawapres Pak Jokowi bakal kalah di Pilpres 2019. Cak Imin menawarkan dirinya sebagai cawapres yang punya modal suara 11 juta. Bukan cuma suara, label nasionalis relegius yang melekat pada Cak Imin bisa melengkapi Pak Jokowi.

Nggak jelas apakah ini ancaman atau prediksi, tapi memang rada masuk akal. Sebagai “wakil” dari ormas Islam terbesar Cak Imin bisa menyumbang suara cukup besar buat Pak Jokowi. Beda kalau Misalnya Pak Jokowi dengan Ahok. Ahok nggak nyumbang suara buat Pak Jokowi karena pendukung Pak Jokowi sudah pasti pendukung Koh Ahok.

Keterusterangan atau lebih tepat kengebetan Cak Imin mau jadi Cawapres Pak Jokowi itu ujung dari wacana wakil santri untuk Jokowi. Buat melawan kubu sebelah yang sudah pasti kental aroma agamanya, calon wakil Jokowi harus dari santri yang nasionalis. Istilahnya, nasionalis religius.

Kalau misalnya saya Jokower, wacana cawapres nasioanalis relegius buat pendamping Pak Jokowi, menyinggung perasaan saya. Kan sama saja menganggap Pak Jokowi nggak relegius. Sama saja dengan mengatakan, Pak Jokowi itu nasionalis leberalis, makanya perlu pendamping yang nasionalis relegius.

Kalau misalnya saya Jokower saya akan bilang begini, memangnya kurang cukup Pak Jokowi selama ini berusaha mencitrakan dirinya sebagai nasionalis relegius?

Kurang apa coba kedekatan Pak Jokowi dengan umat Islam? Berapa kali mengundang para ulama ke Istana? Sering kali menghadiri acara tabligh Akbar, bergandengan tangan --dalam pengertian yang sesungguhnya-- dengan para ulama. Mana ada presiden sebelumnya yang berjalan bergandengan tangan mesra dengan ulama. Walaupun ulama yang didatangi adalah ulama yang mendukungnya atau diduga akan mendukungnya pada pencapresan 2019, yang penting kan judulnya ulama.

Pak Jokowi beberapa kali dipotret dan divideokan menjadi imam shalat. Bukan cuma di Indonesia, tapi juga di Afghanistan. Mana ada Presiden sebelumnya kaya gitu. Walaupun saat sholat bacaan zahar nampak sekali tajwidnya kacau, tapi coba saya mau tanya, presiden mana selain Gus Dur yang bacaan tajwidnya bener?

[irp posts="12631" name="Cak Imin Jauh Lebih Berani Dibanding Romy, Zulkifli atau Sohibul"]

Ya, barangkali saja ada, mungkin BJ Habibie, tapi kan rakyat belum pernah mendengar bacaannya. Presiden sebelumnya pernah jadi imam shalat? Walaupun terkesan maksa, tapi kan yang penting pernah jadi imam shalat. Kurang relegius gimana, coba?

Sudah dibela-belain memakai sarung ke sana kemari supaya nampak sebagai presiden yang relegius, eh gara-gara ada yang ngebet menjadi cawapres malah melunturkan citra kerelegiusannya. Wacana cawapres Jokowi harus nasionalis relegius 'kan sama saja mengatakan, Pak Jokowi tidak relegius. Emangnya kalian sangka beraktivitas mengenakan sarung nggak repot apa?

Untung saya bukan Jokower.

Saya Abjer ( baca: abejer).

***

Editor: Pepih Nugraha