IMF dan Krisis Moneter 1998, Apa Yang Akan Terjadi di Bali Nanti?

Kamis, 15 Maret 2018 | 10:40 WIB
0
874
IMF dan Krisis Moneter 1998, Apa Yang Akan Terjadi di Bali Nanti?

Steve Hanke adalah salah satu saksi penting atas sepak terjang IMF dalam memperburuk krisis yang terjadi di Indonesia dua puluh tahun silam. Sejak pekan lalu, melalui sejumlah cuitannya di Twitter, ia mengulang kembali sejumlah kesaksiannya. Dengan jelas ia menyebut bahwa pemerintahan Clinton dan IMF ikut memperburuk perekonomian Indonesia pada waktu itu. Tujuannya tak lain adalah untuk menggulingkan Soeharto dari kekuasaannya.

Itu sebabnya pemerintah AS sangat tidak suka saat Indonesia akan menerapkan sistem CBS (Currency Board System) untuk mengatasi krisis mata uang yang terjadi pada waktu itu. Nilai tukar Rupiah rencananya akan dikaitkan dengan dollar AS pada angka Rp5.000/USD.

 

Mereka tidak suka karena tahu persis sistem itu akan berhasil, sebagaimana yang belakangan terbukti di Malaysia. Dan jika sistem itu berhasil mengatasi krisis mata uang, maka itu sama artinya Soeharto akan terus berkuasa.

Clinton, menurut Hanke, memiliki peran dalam proses penjatuhan Soeharto tersebut. Ia mengarahkan agar IMF berusaha menciptakan ketidakstabilan ekonomi, agar Soeharto segera jatuh.

Menurut Hanke, Soeharto cukup jelas mengetahui semua rencana tersebut. Itu sebabnya di luar nota kesepahaman (LoI) yang kadung diteken dengan IMF, Soeharto juga memanggil Hanke untuk mengadopsikan gagasan CBS di Indonesia. Soeharto berusaha membungkus formula penanganan krisis itu sebagai "IMF Plus". Maksudnya tentu saja adalah "IMF plus CBS".

Mengetahui hal itu, pemerintah AS dan IMF tentu saja tak tinggal diam. Sistem CBS yang hampir berlaku tadi, melalui sejumlah ancaman yang dilontarkan dari kiri kanan, termasuk oleh sejumlah ekonom yang menjadi kaki tangan lembaga para meneer itu, akhirnya urung diberlakukan Soeharto.

CBS batal, IMF melenggang. Kita tahu apa yang terjadi sesudahnya.

Tentu saja kita tak sedang menyesali kejatuhan Soeharto. Yang perlu disesali adalah kita pernah mempercayai IMF saat menangani krisis 1998 dulu. Rusaknya tata niaga pangan, proteksi terhadap perekonomian domestik, agenda pencabutan berbagai subsidi untuk rakyat, penyerahan nilai tukar Rupiah sepenuhnya kepada mekanisme pasar, serta liberalisasi sektor-sektor strategis, dimulai sejak waktu itu.

Ironisnya, dua puluh tahun sesudah malpraktik kebijakan itu merusak perekonomian Indonesia, akhir tahun ini pemerintah malah akan menjadi event organizer bagi kenduri lembaga para meneer itu di Bali.

 

 

 

***