Berbagai Cara Mengalahkan Prabowo Sebelum Bel Tanding Dibunyikan

Selasa, 13 Maret 2018 | 07:41 WIB
0
712
Berbagai Cara Mengalahkan Prabowo Sebelum Bel Tanding Dibunyikan

Berbagai cara untuk mengalahkan Prabowo Subianto sebelum bel tanding dibunyikan. Mulai dari meloloskan aturan syarat pencapresan menggunakan hasil Pemilu Legislatif 2014 (walaupun itu konyol), "membajak" parpol anggota koalisi pendukungnya, memainkan penutup mata dewi hukum, sejauh ini belum ada yang berhasil.

Dengan aturan (konyol) yang diloloskan itu sekali pun, kekuatan politik tersisa pengusung Prabowo ternyata masih memenuhi syarat pencapresan.

Maka wacana "Calon Tunggal" digulirkan. Wacana ini pun, perlahan redup. Meski dibawa ke publik dengan bumbu "lebih hemat", "agar makro ekonomi terjaga baik", bahkan sampai menggaungkan "Jokowi tak ada lawan", wacana ini tak laku.

Mudah bagi publik: era Jokowi terasa susah. Belum kalau bicara "Calon Tunggal" itu tak sehat bagi demokrasi. Apatah lagi pe"Nunggal"an calon itu didahului aksi bungkam sini, bolehin sana. Ancam sini, lindungi sana.

Redupnya wacana "Calon Tunggal" segera ditutupi dengan wacana baru: Poros Ketiga.

Lima poros sekali pun, dalam amatan saya, tidak sanggup memeloroti keterpilihan Prabowo. Paling tidak, Jokowi sebagai petahana akan turun sebagai penonton. Tak akan melenggang ke putaran kedua. Dan kalau Prabowo mau ngotot, Pilpres akan berlangsung hanya 1 putaran. Mengapa?

Apa yang pernah Prabowo tawarkan pada kampanye sebelumnya ternyata benar itulah KEBUTUHAN rakyat Indonesia.

[irp posts="11840" name="Pak Prabowo, Bisa Nyenyakkah Tidurmu Malam Ini?"]

Sebaliknya, apa yang pernah Jokowi tawarkan pada kampanye lalu, ternyata satu demi satu tak sesuai kenyataan apa yang dia lakukan selama menjabat. Selain yang sudah kelihatan tak sesuai, sejumlah lainnya menuju ke kondisi akan tidak sesuai.

Yang perlu Prabowo lakukan sekarang adalah: menyatakan diri bersedia maju.

Tantangan untuk mengelola Negara dan Bangsa ini sudah jauh lebih berat dibanding sebelum Jokowi berkuasa. Prabowo Subianto harus maju mengambil tantangan itu. Demi bangsa dan negaramu, Jenderal!

Jangan Jokowi lagi. Cukup sudah.

***

Editor: Pepih Nugraha