Moga Cak Imin Tak Patah Hati Hanya Karena Ucapan Said Aqil Siradj Ini

Minggu, 11 Maret 2018 | 13:21 WIB
0
737
Moga Cak Imin Tak Patah Hati Hanya Karena Ucapan Said Aqil Siradj Ini

Bursa calon wakil presiden semakin ramai dan dinamis, tetapi yang ramai dalam perebutan calon wakil presiden, yaitu calon wakil presiden untuk mendampingi Joko Widodo sebagai calon presiden atau petahana. Ini wajar, karena tentu cawapres ingin merapat ke calon presiden yang berpotensi atau berpeluang menang.

Rumusnya, sekalipun calon petahana belum pasti menang. Dalam banyak kasus pilkada, petahana malah sering kalah. Sekalipun juga tidak bisa disamakan antara pemilihan presiden dan pilkada atau pemilihan kepala daerah.

Dan banyak calon wakil presiden dari partai pendukung pemerintah atau Joko Widodo yang mangajukan kadernya atau ketua umumnya untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi sebagai calon presiden. Belum lagi cawapres dari luar partai atau calon bukan dari partai.

Mungkin salah satau bakal calon wakil presiden yang begitu ingin menjadi pendamping Jokowi adalah Cak Imin alias Muhaimin Iskandat, boss Partai Kebangkitan Bangsa, partai politik yang dirikan mendiang Gus Dur.

Boleh jadi Cak Imin berkaca pada "kesaktian" pamannya itu saat menjadi Presiden RI, di mana PKB yang "cekak" memperoleh kursi DPR saat itu bisa menempatkan ketua umumnya sebagai Presiden RI, sedangkan Megawati Soekarnoputri yang menjadikan PDIP juara "hanya" kebagian kursi RI-2. Sakti tenan Gus Dur iki!

[irp posts="11335" name="Cak Imin Yang Kepengen Jadi Calon Wakil Presiden"]

Kira-kira kondisinya hampir sama dengan tahun 1999 lalu itu di mana PKB yang dalam Pemulu 2014 tidak terlalu banyak menangguk kursi DPR, ingin mengulang kesaktian lama meski dengan menurunkan derajat menjadi sekadar berebut kursi RI-2. Tetapi yang harus diingat Cak Imin, dia bukanlah Gus Dur yang cerdiknya ga kepalang tanggung itu.

Dengan bermodalkan foto diri dalam bentuk baliho raksasa dan poster-poster papan reklame gaban yang terpasang di sudut dan tengah-tengah kota, belumlah cukup mendongkrak elektabilitasnya, wong orang yang melihat poster itu dalam hati bilang, "Sopo sih nih wong?".  Kalaupun mereka tahu itu poster Cak Imin, komentar mereka lucu-lucu, "Usahe ni yeeee....".

Ya apa salahnya usaha. Setidaknya ada portfolio untuk berargumen atas ribuan poster yang telah disebar itu kalau-kalau Jokowi ga memilihnya. Cak Imin tentu sudah mengantisipasi poster-poster dirinya disalahartikan sebagai iklan perokok yang sudah insyaf dari Kementrian Kesehatan karena foto-fotonya menunjukkan Cak Imin lagi tersenyum cerah, cerdas, soleh karena sedang baca kitab suci, sejahtera, sehat, tanpa beban dan tanpa asap rokok tentunya.

Tidak salah juga Cak Imin tetap optimis. Toh ia sepekan lalu masih percaya diri dan tetap optimis yang berarti masih penuh harap bahwa dirinyalah yang bakal keluar sebagai "konvensi" dalam perebuatan cawapresnya Jokowi.

Kalaupun ada yang iseng menanggapi usaha Cak Imin itu, dialah Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj: yang mengatakan bahwa Joko Widodo memiliki hak prerogatif untuk menentukan sendiri posisi calon wakil presidennya.

Bahkan Said Aqil Siradj menambahkan, ”Didorong pun kalau Jokowi tidak menghendaki, enggak bisa dong. Artinya percuma saja kalau kyai sudah ngasih saran, tapi pak Jokowi tidak memilih, mau gimana?" Said Aqil Siradj berbicara demikian di Kompleks Parlemen,Senayan, Jumat 9 Maret 2019.

Tanggapan atas rasa percaya diri atau optimisme Cak Imin oleh Said Aqil Siradj ini ada benarnya, jangan sampai nanti malah bikin kecewa kerena tidak terpilih, bisa jadi sakit hati atau loro ati, lantas mutung. Gawat iki, Cak!

[irp posts="10330" name=" Positioning" Cak Imin Segaris dengan John Naro di Zaman Soeharto"]

Sekadar informasi, pengurus dan fungsionaris PKB rata-rata warga Nahdliyin, bahkan ada yang juga pengurus NU yang jadi anggota partai PKB. NU sebagai lembaga atau ormas kemasyarakatan terbesar berbeda dengan partai PKB.

Jadi tidak otomatis keputusan partai PKB akan diaminin atau didukung oleh pimpinan NU dalam hal ini Said Aqil Siradj. Karena warga Nahdliyin juga banyak yang jadi pengurus atau anggota partai, selain partai PKB.

Belum lama Said Aqil Siradj memberikan komentar atau tanggapan, eee... sekarang muncul usulan dari organisasi dibawah NU, yaitu Pemuda Aswaja yang malah mengusulkan Said Aqil Siradj-lah yang menjadi cawapres Joko Widodo karena mayoritas warga Nahdliyin menginginkan agar ketua umum PBNU itulah yang maju dalam pilpres 2019 sebagai cawapres.

“Mayoritas warga Nahdliyin menghendaki Kyai Said menjadi pendamping Jokowi di pilpres 2019,” kata Koordinator Pemuda Aswaja, Nur Khalim, Minggu 11 Maret 2018.

Waah-waaaaah gawat iki, Cak, bisa terancam peluang sampeyan untuk menjadi calon wakil presiden Joko Widodo.

Tapi tenanglah, Cak, peganglah prinsip sebelum janur kuning melengkung masih bisa bersaing dan berebut cawapres, kalau janur kuningnya sudah melengkung, yaaaaa lurusin lagi aja kan bisa, Cak, masih banyak jalan menuju Istana.

Menurut Pemuda Aswaja Nur Khalim, kedudukan Said Aqil akan memperkuat posisi Jokowi di pilpres 2019. Pasangan Jokowi-Said dianggap sebagai pasangan yang lahir dari kalangan nasionalis dan santri.

Bahkan, Direktur Said Aqil Siradj Institute, M Imdadun Rahmat juga mengatakan, "Said Aqil adalah salah satu tokoh Islam yang memiliki rekam jejak yang sangat baik. Said Aqil dianggap sebagai tokoh pemersatu kekuatan Islam moderat dan pembaharu gerakan Islam di Indonesia." Begitu penjelasannya.

Nah,ternyata bursa calon wakil presiden sangat dinamis, bukan hanya calon dari kader partai atau ketua umumnya, tetapi calon dari luar partai pun seakan menjadi ancaman atau kompetitor dalam bursa calon wakil presiden.

Pada pilpres tahun 2014, ketua PBNU Said Aqil secara pribadi, bukan kelembagaan, mendukung calon presiden Prabowo Subianto. Rupanya pada pilpres 2019, Said Aqil secara pribadi akan memberikan dukungan kepada Joko Widodo sebagai calon presiden. Ini wajar atau biasa dalam politik.

Lha terus piye iki, Cak, kok ngono yo jalan critane?

Tidak ada cara lain, sebagai anak muda, selain maju terus sampai ada kejelasan atau kepastian siapa yang akan dipinang oleh Joko Widodo sebagai calon wakil presiden. Toh waktu penentuannya masih Agustus 2018, masih sangat lama. Kalaupun ga tahan dengan penantian ini, pindah haluan dan berlabuh ke calon presiden lain juga ga buruk, siapa tahu bisa jadi calon wakil presiden selaon calon presiden petahana meski harapan menang memang sangat tipis.

Wis ngono wae pesene Simbah, wong urip kudu waspada, ojo grusa-grusu. Ojo digawe mumet.

***

Editor: Pepih Nugraha