Dituduh PKI, Presiden Jokowi: Masak Ada Anak Balita Sudah Masuk PKI?

Rabu, 7 Maret 2018 | 13:51 WIB
0
788
Dituduh PKI, Presiden Jokowi: Masak Ada Anak Balita Sudah Masuk PKI?

Presiden Joko Widodo benar-benar geram terhadap  hoaks atau berita bohong yang masih saja dibuat dan disebarkan melalui media sosial. Salah satunya soal isu yang menyebutkan bahwa dirinya terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sudah dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang itu.

"Padahal saya lahir tahun 1961 dan PKI sudah dibubarkan 1965. Masak ada (anak) balita sudah masuk PKI," kata Jokowi saat berpidato dalam penyerahan 15.000 sertifikat warga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa 3 Maret 2018, sebagaimana diwartakan Harian Kompas hari ini.

Presiden kemudian meminta Kepolisian Negara RI untuk menuntaskan penyidikan atau langkah penegakan hukum terhadap pembuat hoaks dan ujaran kebencian. Alasannya, meski terkesen sepele, tetapi hoaks bisa mengancam persatuan bangsa.

Jokowi berusaha mengingatkan kembali bahwa banyak informasi tidak masuk akal berbentuk berita, tetapi tetap diproduksi untuk kepentingan tertentu. Ujung-ujungnya kepentingan politik. Jokowi kemudian mengajak semua pihak menjaga kerukunan meski harus memilih kandidat berbeda baik dalam ajang Pilkada maupun Pilpres.

Beberapa pekan sebelum apa yang disebut Family Moslem Cyber Army (MCA) dibekuk, isu mengenai PKI sempat muncul kembali, ditambah dengan penyerangan terhadap sejumlah ustad. Setelah dua kelompok itu dibekuk, isu PKI dan penyerangan ulama oleh orang gila lenyap dengan sendirinya.

Berdasarkan catatan Polri, selama Februari 2018 Polri mencatat 45 peristiwa penyerangan ulama atau pengurus masjid yang menjadi viral di media sosial. Namun demikian, dari 45 "peristiwa" itu hanya ada 3 yang benar-benar terjadi.

"Jangan setengah-setengah!" pinta Jokowi dalam kesempatan itu. Menurut Presiden, hoaks bisa menciptakan disintegrasi bangsa dan kalau diteruskan bisa terjadi perpecahan. "Saya sudah perintahkan Kapolri kalau ada pelanggaran tindak tegas."

Sebelum Family MCA ditekuk, jauh sebelumnya Polri juga sudah membekuk pentolan Saracen yang kerjanya hampir sama dengan MCA, yaitu menyebarkan berita hoaks. Baik Saracen maupun MCA kini menghadapi proses hukum dan tatkala Joko Widodo meminta Polri tegas menindak mereka, artinya pemerintah tidak main-main dengan kelompok-kelompok ini.

[irp posts="11469" name=" Cacing Kremi" Mencipta PKI"]

Presiden Joko Widodo berkaca pada Pilpres 2014 lalu di mana elektabilitasnya yang semula berada di "langit" tiba-tiba terkejar perlahan tapi pasti akibat gencarnya berita fitnah lewat majalah "Obor Rakyat" yang sengaja diproduksi untuk kepentingan tertentu. Bahkan saking efektifnya "Obor Rakyat", sejumlah pengamat menperkirakan, jika pelaksanan Pilpres 2014 diundur satu minggu, tidak tertutup kemungkinan elektabilitas Jokowi tersalip dan pada gilirannya akan mengalami kekalahan.

Berkaca dari peristiwa itulah Jokowi meminta Polri, dalam hal ini Kapolri Jenderal Tito Karnavian, untuk menindak tegas para pembuat dan penyebar hoaks. Sederhana saja, kalau teroris bisa dilumpuhkan dengan mudah oleh Jenderal Tito, masak ia kalah sama pasukan gelap yang bergentayangan di media sosial yang sejatinya bisa ditelusur bahkan sampai siapa yang pertama menayangkan dan menyebarkan sebuah hoaks di medai sosial.

***