Tengku Zulkarnaen protes karena harga Pertamax naik. Kenaikanya hanya Rp300 perliter. Padahal dari dulu harga bensin non subsidi fluktuasi harganya mengikuti pasaran. Jadi mau naik atau turun, gak diumumkan. Paling-paling hanya papan informasi di depan SPBU aja yang berubah.
Ini berbeda dengan harga Premium atau Pertalite. BBM jenis ini masih ada subsidi pemerintah. Dari mana duit buat subsidi? Dari pajak yang diambil dari seluruh rakyat.
Tukang ojeg bayar pajak. Mbok sayur bayar pajak. Pengusaha dan karyawan juga bayar pajak. Semua rakyat bayar pajak. Masa sih, duit rakyat kecil mau digunakan untuk mensubsidi mobil mewah si Tengku. Gak fair kan?
Kalau bisa beli mobil mewah, bensinya jangan minta subsidi dong. Itu namanya celamitan. Udah kaya, masih aja serakah.
Eh, gara-gara Pertamax naik dia malah teriak-teriak menyalahkan pemerintah karena Pertamax naik. Yang bloon, ada mahasiswa di Bogor yang demo kenaikan harga Pertamax. Jadi maunya mereka rakyat kecil harus mensubsidi orang-orang kaya yang memakai mobil mewah gitu?
Padahal rakyat di Papua selama ini tidak banyak mulut membeli bensin seharga Rp 60.000 seliter. Untung saja Jokowi adil. Dibuatlah kebijakan BBM satu harga. Meskipun untuk mendistribusikannya ke pelosok, ongkos transportasinya disubsidi.
Jadi subsidi itu memang buat orang miskin. Bukan buat orang yang semriwing naik mobil mewah di Jakarta. Itulah keadilan.
Gini ya. Kenaikan harga Pertamax hanya Rp 300 seliter. Ente tahu gunanya uang tiga ratus rupiah itu? Sini saya kasih tahu.
Ambil dua keping uang logam Rp100, satukan di tangan kanan. Jepit di antara sela jari. Nah, sekarang bisa digunakan buat mencabut jenggot. Coba deh.
Sisanya logaman seratus bisa ditabungin. Buat DP mobil baru...
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews