Koruptor dan Pelanggar UU ITE, Siapa yang Lebih Berbahaya?

Senin, 5 Maret 2018 | 14:28 WIB
0
704
Koruptor dan Pelanggar UU ITE, Siapa yang Lebih Berbahaya?

Barusan saya lihat di TV One, KPK melakukan OTT kasus Korupsi dan Penyuapan terhadap Walikota Kendari.

Saya melihat para tersangka yang digiring masuk kekantor KPK sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke kamera para wartawan.

Sialan, tidak terlihat sedikitpun rasa malu apalagi penyesalan di wajah para tersangka. Sungguh prilaku yang sangat menjijikan dan membuatku marah.

Saya coba membandingkan dengan para emak-emak dan rakyat biasa yang ditangkap Polisi dikasus UU ITE , wajah mereka dipakaikan topeng dan kamera media mengambil foto mereka dari sudut yang pas dan membuat mereka seakan manusia terhina atau kriminal berbahaya.

Tentu saya sangat paham dan tidak akan menyalahkan aparat Kepolisian kita yang sekarang banyak menangkapi rakyat terutama emak-emak akibat pasal ujaran kebencian.

Aparat kepolisian kita memang wajib bertindak sesuai hukum dan aturan Undang-undang yang berlaku di negeri ini, dan penyusun aturan perundang-undangan dan produk hukum lainnya ada di tangan Dewan Perwakilan Rakyat dan pemerintah yang berkuasa.

Tapi maaf, sampai sekarang saya tidak pernah sepakat dengan UU ITE yang menurutku rentan disalahgunakan oleh penguasa untuk membungkam kritik dari rakyat atau oposisi yang berlawanan.

Saya berharap DPR RI di masa mendatang bisa menghapus pasal-pasal penghinaan dan penyebaran konten ujaran kebencian di media sosial dan segala macam hal yang menurutku sudah sangat ketinggalan jaman.

Harusnya segala macam buah pikiran dari aktivitas media sosial diberlakukan sama dengan produk pers dan mendapat perlindungan seperti wartawan. Bagi yang tidak setuju silahkan buat somasi atau sanggahan, bukan malah lapor polisi dan ditahan.

Saya berulangkali dimaki dan dilecehkan sampai ada yang mengambil foto-foto keluargaku akibat aktivitas menulisku, tapi saya anggap cuma reaksi kekanak-kanakan dan angin lalu yang bahkan badai saja pasti berlalu.

Rezekiku tidak akan berkurang kalau di maki sebagai Kader Sapi, ketampananku tidak akan berkurang kalau disebut sialan dan bahkan saya tidak masalah dianggap sebagai unta.

Sama saja dengan penguasa dan para pejabat yang dikritik rakyat lewat tulisan di media sosial, mereka tidak akan rugi apa-apa kecuali rasa nyaman dan harga diri yang terusik karena merasa jadi raja.

Tapi yang pasti, negara tidak akan pernah dirugikan dengan kritikan. Justru kritikan dari rakyat akan akan menjadi penyeimbang dari kekuasaan dikala oposisi sakit gigi.

Kalau kita sepakat, korupsi adalah kejahatan extraordinary dan musuh bersama yang harus dibasmi, mari kita permalukan para koruptor beramai-ramai sampai mereka merasa malu untuk hidup lagi.

Lupakan MCA atau Mak-mak Cerewet Antibadai dan para penggerutu seperti saya, karena kami hanya bersuara untuk ketidakadilan, wahai Dilan...

***

Editor: Pepih Nugraha