Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu makin akrab saja. Sejauh ini, meski awalnya Uni Soviet (sekarang Rusia) yang membantu dan mendukung penuh kemerdekaan Israel, tetapi sekarang keakraban itu beralih ke AS. Secara bersamaan dua negara ini dilanda krisis politik yang suatu waktu akan menyeret kedua pemimpin AS dan Israel ke kepercayaan rakyatnya sendiri terhadap pemimpin mereka.
Di AS, 13 warga Rusia sedang didakwa terlibat ikut campur dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016 di Amerika Serikat. Kelompok ini diduga berasosiasi membantu kampanye Donald Trump, itulah menurut keterangan Jaksa Khusus Robert Mueller, pada Jumat, 16 Februari 2018.
Bukan tidak mungkin, nama Trump ikut terseret di dalamnya, sesuai pernyataan Hillary Clinton (Capres yang kalah), bahwa kemenangan Trump didukung oleh Rusia.
Sejauh ini, perkembangan penyelidikan FBI, tiga di antara warga Rusia tersebut telah dituduh berkonspirasi untuk melakukan penipuan finansial via telekomunikasi dan lima orang telah dituduh melakukan pencurian identitas.
Itu menurut penyelidikan AS, yang ingin menuding Rusia melakukan sebuah kesalahan. Tetapi rakyat AS sudah tentu memakluminya dan mempetanyakan, bukankah anak Trump pernah menulis sesuatu kepada Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum Trump berhasil jadi presiden?
Sangatlah wajar di dalam politik, Mueller menuduh operasi Rusia ini mengupayakan untuk “berkomunikasi secara tak sengaja dengan individu yang berasosiasi dengan kampanye Trump”. Anehnya, dakwaan ini tak menyinggung pertanyaan apakah ada keterlibatan dari tim kampanye Trump yang diduga turut terlibat?
Selain itu, tiga perusahaan Rusia juga disebutkan dalam surat dakwaan setebal 37 halaman tersebut.
Salah satu perusahaan yang disebutkan dalam surat dakwaan adalah Internet Research Agency. Perusahaan yang berbasis di St Petersburg itu dituding "memiliki tujuan strategis untuk menyebarkan perpecahan dalam sistem politik AS, termasuk pemilihan presiden AS 2016".
Menurut keterangan Wakil Jaksa Agung AS, Rod Rosenstein, tidak ada tuduhan bahwa orang Amerika terlibat dalam “aktivitas ilegal ini” yang berakibat pada berubahnya hasil pemilihan presiden pada 2016 tersebut. Rosenstein menegaskan dakwaan ini tak berarti bahwa aktivitas operasi Rusia ini memiliki efek untuk mengubah hasil pemilu.
Memang hasil pemilihan Presiden AS waktu itu, kita lihat mengarah kepada kemenangan Capres Hillary Clinton, tetapi berubah secepat mengarah ke kemenangan Trump. Waktu itu muncul tuduhan bahwa Rusia ikut intervensi memboikot internet Hillary.
Juga dijelaskan dalam dakwaan tersebut bahwa sekelompok warga Rusia menyamar sebagai warga AS dan membuka rekening atas nama mereka. Dakwaan ini juga menyebutkan mereka menghabiskan ribuan dolar AS dalam waktu satu bulan untuk membeli iklan politik.
Kelompok ini juga dituduh telah membeli ruang server AS demi menyembunyikan afiliasi mereka terhadap Rusia. Aktivitas mereka mengorganisasikan sejumlah aksi politik di AS termasuk mengirim pesan politik di akun media sosial layaknya warga AS.
[irp posts="5388" name="Setelah Amerika Serikat Akui Jerusalem Sebagai Ibukota Israel"]
Bentuk keterlibatan lain kelompok ini ditengarai mempromosikan kampanye yang menjelek-jelekkan Hillary Clinton sebagai kandidat presiden saat itu.
Selain itu, dalam surat dakwaan dikatakan mereka yang terlibat secara sistematis mengukur seberapa efektif unggahan internet itu untuk disesuaikan dengan strategi mereka.
Trump dan Gedung Putih membantah tudingan Rosenstein dan menegaskan bahwa tidak ada praktik kolusi dalam kampanyenya dan hal itu tak mempengaruhi hasil Pilpres.
Pihak Rusia telah berulang kali menolak tuduhan mencampuri pemilihan presiden AS.
Mungkin karena masalah ini masuk ke dalam wilayah politik di AS, sebaiknya hasil pertarungan Trump dengan lawan politik dari Demokrat, kita tunggu saja.
Tidak jauh berbeda dengan di AS, di Israel terjadi pula krisis politik yang melibatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan isterinya Sara Netanyahu.
Banyak tuduhan yang dilontarkan kepada Netanyahu, di antaranya kasus yang disebut "Kasus 2000." Dalam hal ini Netanyahu dituduh memberi perlakuan khusus kepada editor surat kabar terlaris dan terkenal di Israel, "Israel Yediot Aharonot."
Selintas saya berpikir, di dunia internet sekarang ini, media cetak masih berpengaruh. Netanyahu meminta agar surat kabar itu memuat hal-hal positip tentang dirinya.
Sebagai imbalannya, Netanyahu akan menggunakan pengaruh kekuasaannya untuk melemahkan surat kabar saingannya, yaitu "Israel Hayom," melalui berbagai cara, boleh jadi aturan-aturan yang dikeluarkan.
Itu baru satu kasus. Ada lagi yang dinamakan "Kasus 1000," di mana Benjamin menerima hadiah mewah dari Miliarder Israel dan Produser Hollywood.
Tentang isteri Benjamin Netanyahu, Sara Netanyahu. Di Israel itu ada anggaran senilai 359.000 shekel (mata uang Israel), kira-kira Rp.1,3 miliar untuk pejabat yang tidak memiliki asisten rumah tangga. Isteri Netanyahu mengambil dana ini, sementara ia sudah tentu sebagai isteri perdana menteri memiliki asisten rumah tangga.
Dalam minggu ke depan kedua kasus di dalam negeri AS dengan mengangkat kasus AS-Rusia dan di Israel dengan tuduhan korupsi, kita ikuti bersama-sama bagaimana akhirnya.
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews