Prabowo Subianto Yang Kini Sedang Galau

Jumat, 2 Maret 2018 | 09:03 WIB
0
292
Prabowo Subianto Yang Kini Sedang Galau

Galau itu milik semua orang, tidak terkecuali Prabowo Subianto. Bedanya, kalau galau orang-orang pada umumnya bagaimana bisa menjaga kelangsungan hidup, bagaimana bisa naik jabatan atau pangkat, bagaimana bisa mendapat jodoh sesegera mungkin, galaunya Prabowo lain. Ini galau tingkat tinggi yang ga sembarang orang mengalaminya.

Galau pertama, sampai saat ini Prabowo Subianto belum juga mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden penantang petahana Joko Widodo. Para kader, simpatisan dan pendukung fanatiknya sudah tak sabar ingin mendorongnya segera naik "octagon", tempat gulat dan gelutnya petarung mix martial art yang ada di tivi-tivi itu di mana di atas jaring pembantaian itu sudah menunggu Jokowi yang sedang melakukan pemanasan shadow boxing.

Di bawah "octagon" Prabowo bahkan belum memelorotkan pakaian dan celananya untuk diganti dengan seragam petarung. Ia masih berpakaian lengkap, berpakaian safari putih gaya Soekarno dulu. Penonton sudah berteriak-teriak agar Prabowo segera naik jaring, masuk ke kerangkeng "octagon" untuk langsung duel dengan Jokowi.

Tetapi itu tadi, Prabowo masih galau. Banyak pertimbangan.

[irp posts="11257" name="Percayalah, Elektabilitas Prabowo Subianto Akan Semakin Turun"]

Iya kalau pasti menang, galau pasti menghilang. Galau ini terjadi karena kemungkinan menang masih sangat jauh. Ukurannya adalah elektabilitas Jokowi yang masih mencuat sendirian dan jika Pilpres dilakukan sekarang, siapapun lawannya, ia bakal jadi juara lagi. Bagi Prabowo, jika kalah lagi, ini adalah kekalahan keduanya yang pasti lebih menyakitkan!

Itu dari kekalahan terhadap Jokowi, kalau dihitung kegagalan, pasti lebih banyak lagi. Setidak-tidaknya ia pada tahun 2004 pernah ikut konvensi Partai Golkar dan tahun 2019 mencoba peruntungan sebagai cawapresnya Megawati Soekarnoputri. Kedua usahanya gagalJ. adi, jika kalah lagi, ini kekalahan kedua dari Jokowi sekaligus kegagalan keempat dalam usahanya menuju Istana.

Galau kedua, tidak lain usulan dari para politikus papan atas seperti boss Golkar Bambang Soesatyo dan mungkin juga dari Istana kepadanya agar bersedia jadi cawapresnya Jokowi saja. Inilah galau terhebat yang dirasakannya. Mengapa demikian?

Jelas kalau Prabowo merem saja dan menerima usulan itu, dalam arti Prabowo berjodoh dengan Jokowi, jabatan wapres yang pada tahun 2009 diidam-idamkannya akan segera terwujud. Jabatan wapres itu selangkah lagi Presiden loh.

Konstitusi mengatur, jabatan Presiden maksimal dua kali atau 10 tahun. Nah, pada tahun 2024 nanti Jokowi tak mungkin mencalonkan lagi. Sedangkan Prabowo, kalau masih ada usia dan masih kuat, bisa langsung leading saat jadi capres di Pilpres 2024. Belum lagi jika Presiden mangkat atau bertindak kriminal selama menjabat, Wapreslah yang menggantikan kedudukannya, betul?

Menerima tawaran berjodoh dengan Jokowi, bisa berarti juga mengecewakan dan menyakitkan pendukung fanatiknya yang disebut "Kampret" itu (asal kata KMP, koalisi Prabowo dkk pada Pilpres 2014 lalu). Padahal seharusnya para pendukungnya sadar, inilah kesempatan terbaik bagi "Kampret" untuk menunjukkan diri mereka lebih baik dan terhormat dari sekadar "Kecebong", yaitu para pendukung fanatik Jokowi, benar?

[irp posts="11390" name="Kecuali Spongebob, Jokowi Maupun Prabowo Butuh Pencitraan"]

Tetapi, menerima tawaran bisa berarti "mendegradasi" dirinya sendiri. Masak dari Capres turun pangkat jadi sekadar Cawapres tanpa ada kesalahan apapun yang diperbuat? Kalau dipecat 'kan malah lebih terhormat.

Alhasil apa yang bisa diperbuat Prabowo untuk meredam dua kegaluan yang luar biasa menekannya selama ini, tidak lain dari sebuah pernyataan yang diharapkan dapat mendinginkan suasana sekaligus mengademkan hatinya. Setidak-tidaknya meminta kesabaran para kader partai dan pendukung fanatiknya bahwa suatu saat ia akan menentukan sikap juga.

"Saya sebetulnya 'kan, mandataris partai saya. Saya akan mendengarkan suara partai, suara rakyat, suara sahabat-sahabat, suara mitra," ujar Prabowo saat ditemui di rumah pribadinya, Jalan Kertanegara, Kebayoran, Jakarta Selatan, Kamis, 1 Maret 2018, sebagaimana ditulis Kompas.com. "Kami akan mengutamakan kepentingan nasional. Itu yang saya bisa janji kepada kalian. Apapun keputusan, saya selalu mengutamakan kepentingan nasional dan rakyat, yang terbaik untuk rakyat. Itu yang kami akan lakukan."

Iya deh, Pak.

***