Bukti Sudah Saling Sikutnya Sesama Parpol Pendukung Jokowi

Rabu, 28 Februari 2018 | 07:48 WIB
0
192
Bukti Sudah Saling Sikutnya Sesama Parpol Pendukung Jokowi

Soal kuat dan tidak kuat tidak selamanya dari jumlah parpol pendukung. Kemenangan Jokowi–Ahok dan Anies-Sandi pada Pilkada DKI bisa jadi contoh. Satu hal yang menarik bukan pencapresan, itu mah bukan berita. Mencari cawapres Jokowi yang bakal rumit dan bukan mustahil akan mengubah peta koalisi.

PKB belum terang-terangan mencapreskan Jokowi. Malah membuat baliho “Cak Imin Cawapres” segede gaban di sejumlah daerah. Mudah ditebak, di samping buat memacu elektabilitas, juga agar tawaran cawapresnya punya nilai tawar tinggi.

Kalau parpol yang kadung sudah bikin kebulatan tekad daya tawar pencawapresan kadernya sudah pasti lebih rendah. Nggak dikasih jatah cawapres, mau ngapain? Mau cabut dukungan? Coba saja kalau mau diketawain orang se-NKRI.

PKB akan mengumumkan dukungan Capres dijadwalkan pada bulan Juni. Siapa yang akan didukung? Bisa jadi tergantung penawaran pencawapresan Cak Imin. Partai Demokrat akan mengumumkan pada bulan Maret ini. Kepada siapa? Tergantung tawar menawar AHY. Kalau nggak jadi cawapres, minimal akan jadi menteri apa gitu kalau menang nanti.

Kalau Cawapres di luar parpol pendukung pemerintah yang selama ini beredar mah cuma becandaan yang nggak lucu. Lha buat milih cawapres dari parpol pendukung saja salah perhitungan bisa berabe, masa mau nekad mencari dari luar?

Intrik walau masih malu-malu sudah dilancarkan. Beberapa waktu lalu Editorial Media Indonesia Metro TV kasih clue, jangan pilih cawapres yang punya masa lalu pernah berurusan dengan korupsi, walaupun akhirnya tidak terbukti.

[irp posts="11335" name="Cak Imin Yang Kepengen Jadi Calon Wakil Presiden"]

Tahulah siapa yang dimaksud. Metro TV malah bilang, kalau nanti ada cawapres yang dibuka masa lalunya soal pernah kesenggol kasus korupsi saat jadi menteri, atau jadi gubernur, atau lurah ( gubernur dan lurah bahasa penyamaran Metro TV, padahal dia cuma mau bulang menteri sambil dalam hati, Menakertrans) jangan marah-marah.

Klarifikasi saja. Sebagai corong Nasdem tentu editorial ini politis dan secara tidak langsung menggambarkan bagaimana suasana kebatinan koalisi pendukung Jokowi jelang penentuan cawapresnya Jokowi.

Bagaimana dengan Prabowo?

Tenang, Belanda masih jauh…

***

Editor: Pepih Nugraha