Dunia dikejutkan jatuhnya sebuah pesawat penumpang Iran milik maskapai Aseman Airlines. Terkejut, karena pesawat itu tak layak terbang, tetapi tetap saja dipakai oleh Pemerintah Iran. Sehingga masyarakat internasional mengetahuinya, betapa sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berpengaruh terhadap keadaan dalam negeri Iran.
Dilaporkan bahwa pesawat tersebut menabrak gunung Zagros di Semirom, Iran, sekitar 620 km dari Teheran, pada hari Minggu, 18 Februari 2018.
Dilansir dari AFP, direktur humas Aseman Airlines Mohammad Tabatabai menyatakan, seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 66 orang tewas.
Pesawat melakukan perjalanan dari Teheran ke kota kecil Yasuj, di provinsi Isfahan.
Iran Front News mewartakan pesawat ATR tersebut berusia 20 tahun, dan telah hilang dari radar sekitar 50 menit setelah lepas landas dari Bandara Mehrabad. Sangat jelas bahwa pesawat itu sudah tidak layak terbang.
Sebelumnya, kepala komisi keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Iran Aladin Borujerdi mengatakan, pesawat ATR milik Aseman Airlines dengan 60 penumpang dan sekitar 6 awak pesawat menghilang dari radar pada Minggu pagi waktu setempat.
Juru bicara layanan darurat nasional Mojtaba Khaledi manyatakan kepada kantor berita ISNA, sebuah helikopter telah dikirim ke daerah tersebut.
"Mengingat fakta mengenai wilayah tersebut yang bergunung-gunung, tidak mungkin mengirim ambulans," ucapnya.
The Washington Post melaporkan cuaca cukup berkabut saat kecelakaan terjadi. Pihak berwenang akan menyelidiki insiden ini.
Di bawah sanksi internasional selama beberapa dekade, armada pesawat penumpang komersial Iran telah menua dengan adanya kecelakaan udara dalam beberapa tahun terakhir.
Memang sudah ada niat Aseman Airlines untuk membeli pesawat baru, tetapi jika Amerika Serikat (AS) menerapkan sanksi baru, rencana pembelian pesawat baru ini akan batal.
Bagaimanapun perkembangan nuklir Iran mencemaskan AS dan Israel. Sejauh ini, Presiden AS Donald Trump memang tidak muncul ke permukaan, sebagaimana presiden AS sebelumnya. Misalnya pertentangan dengan Iran yang dipakai adalah Israel. Iran dan Israel sudah saling menggertak akan menyerang Iran.
[irp posts="10098" name="Revolusi Islam Iran Yang Bangkitkan Ghirah" Islam di Indonesia"]
Iran belakangan ini dihadapkan dengan berbagai permasalahan. Kita masih ingat peristiwa menentang pemerintah Iran sebelum hari lahir Revolusi Iran. Aksi unjuk rasa menentang pemerintah Iran karena naiknya harga-harga. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan membuat aksi unjuk rasa tandingan mendukung Penerintah Iran.
Sedangkan di Suriah, adalah sekutu AS, Jerman telah mengingatkan Pemerintahan Suriah, Bashar al-Assad dukungan Rusia dan Iran, bahwa jika pemerintah Suriah terbukti menggunakan senjata kimia, maka Jerman akan ikut menyerang Suriah.
Pasukan Iran sekarang sudah menetap di Suriah untuk membantu pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Bahkan ada ancaman tidak tertulis, menggulingkan pemerintahan Suriah, sama halnya dengan berhadap-hadapan dengan Iran.
Rusia pun demikian, sejauh ini selalu berpihak kepada Suriah dan Iran. Oleh karena itu usaha Jerman untuk menyelidiki apakah Suriah memiliki senjata kimia, jika terbukti akan menyerang Suriah mengingatkan kita kepada tuduhan AS kepada Presiden Irak Saddam Hussein, bahwa penyerangan AS dan sekutunya dianggap legal, karena Irak memiliki senjata pemusnah massal.
Ternyata di Irak tidak ditemukan bukti bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Apakah hal itu akan terjadi juga di Suriah, bahwa yang memakai senjata kimia bukan Suriah tetapi gerilyawan Negara Islam di Suriah yang dibentuk AS sendiri ?
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews