Sulih Suara Yang Ribet untuk Film Asing di Norwegia

Sabtu, 10 Februari 2018 | 06:47 WIB
0
355
Sulih Suara Yang Ribet untuk Film Asing di Norwegia

Ini salah satu contoh bahwa nggak selamanya Norwegia sebagai negara maju selalu terdepan dalam segala hal.

Saat bioskop di negara-negara di Amerika, Asia, dan mungkin negara Eropa lainnya sudah tamat menayangkan film "Coco", orang Norwegia baru bisa menontonnya di bioskop awal Februari nanti!

Pasti ada pertimbangan-pertimbangan khusus kenapa jadwal tayang film yang masuk nominasi Academy Awards untuk film animasi terbaik ini.

Dugaan saya, salah satu alasan utamanya adalah karena film anak-anak seperti Coco (yang dapat sertifikat "Usia 6 tahun" dari Badan Sensor Norwegia) harus melewati proses sulih suara alias dubbing yang ribet.

Bukan saja pada keseluruhan dialog, tapi juga keseluruhan film, termasuk semua lagu-lagunya.

Bayangkan film musikal anak seperti Beauty And The Beast, Troll, Sing, Moana, dan Frozen, semua lagunya diterjemahkan dalam bahasa Norwegia. Dinyanyikan pula dalam bahasa Norwegia. Lucu jadinya. Aneh lebih tepatnya, menurut saya.

Beberapa film bahkan harus diganti judulnya ke dalam bahasa Norwegia. Frost (Frozen), Syng (Sing), Vaiana (Moana), dan Skjonnheten Og Udyret (Beauty And The Beast) adalah sebagian di antaranya.

Kenapa repot banget sampai harus membuat film Hollywood rasa Norwegia? Padahal dengan begitu mereka harus menyewa para aktor lokal untuk jadi pengisi dialog sekaligus penyanyi. Bukannya lebih gampang membuat teks terjemahan seperti praktik umum di manapun?

Lagi-lagi ini menurut pendapat saya. Penonton dari kalangan anak-anak, apalagi mereka yang belum / tidak lancar membaca, kemungkinan besar akan sulit memahami jalan cerita film. Apalagi kalau harus disuruh membagi perhatian antara adegan film dan teks terjemahan.

Jadi jalan paling bijak (meski belum tentu lebih praktis dan ekonomis) adalah dengan membuat film Hollywood seolah-olah jadi produk lokal Norwegia.

Mungkin ini cara pemerintah Norwegia memahami sisi psikologis penonton anak sesuai usia mereka.

**

Topik sulih suara ini mengingatkan saya pada ribuan episode telenovela Latin, serial Mahabharata dan sejenisnya, drama Korea dan Jepang, serta roman Turki yang akhir-akhir ini kabarnya ngehits banget di Indonesia.

Meski banyak dialog yang jadi kurang masuk akal setelah mengalami proses penerjemahan, tapi sepertinya penonton nggak terlalu ambil pusing. Jalan cerita masih sangat bisa dipahami. Bahkan kalau sampai ketinggalan nonton satu episode saja bisa bikin pusing.

Bagaimanapun anehnya hasil sulih suara versi Indonesia, menurut saya ada yang jauh lebih absurd.

Ketika kami berlibur ke Polandia tempohari, kami sempat menonton TV di kamar hotel. Gonta-ganti channel, kebanyakan siaran TV lokal. Ketika akhirnya kami menemukan serial CSI dan film , kami coba menonton. Ternyata disulihsuarakan. Tapi ini bukan sembarang sulih suara.

Kami masih bisa mendengar dengan jelas dialog para aktor asli, yang kemudian "ditimpa" secara paralel oleh suara dubber dalam bahasa Polandia. Jadi kami seperti menonton film bilingual. Atau seperti mendengar gema yang berulang.

Dan sangat mengganggu.

Bayangkan suara aktris Hollywood ditimpa oleh suara dubber pria Polandia. Absurd sekaligus lucu.

Cuma siaran live seperti berita di CNN dan BBC saja yang tidak disulihsuarakan. Kalau sampai iya juga, ya sungguh ter...la...lu...

Gitu aja sih cerita dari saya.

Kalau kamu, ada cerita apa hari ini?

(boleh dijawab, boleh tidak)

***

Editor: Pepih Nugraha