Amien Rais selaku pendiri Partai Amanat Nasional sudah bertekad tidak ingin Joko Widodo yang saat ini menjabat sebagai Presiden RI terpilih lagi pada Pilpres 2019. Untuk mewujudkan tekadnya itu ia mewanti-wanti PAN agar tidak mengusung mantan walikota Solo dan gubernur DKI Jakarta itu.
Publik berpikir, kalau bukan Joko Widodo, pastilah ia mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang selama ini selalu diperhadapkan dengan Jokowi secara diametral. Akan tetapi, jawaban yang terlontar dari mantan Ketua MPR yang sering bicara nyinyir kepada Jokowi itu cukup mengejutkan, "Belum tentu!"
Jawaban dua kata itu terlontar saat Amien berada di kantor DPP PAN, Jakarta, Rabu 7 Februari 2018. Awak media bertanya apakah PAN akan mengusung Prabowo Subianto seperti pada Pilpres 2014 lalu, sambil buru-buru masuk ke mobilnya Amien hanya menjawab singkat, "Belum tentu.
Sebelumnya Amien menjelaskan, PAN harus bersikap realistis dengan mengusung calon dari luar parpol karena mengusung calonnya sendiri tidak memungkinkan. Namun demikia, ia mengaku belum mengetahui siapa calon kuat yang layak diusung sebagai capres.
Menjadi pertanyaan, kalau bukan Jokowi dan Prabowo, siapa calon presiden dambaan Amien Rais? Apakah dirinya sendiri, anaknya, Hanafi Rais atau Ketua PAN Zulkifli Hasan. Sejauh ini Zulkifli cukup tahu diri dengan hanya menargetkan menjadi bakal calon wakil presiden saja, sebagaimana Muhaimin Iskandar dari PKB.
Permintaan Amien disampaikan agar PAN tidak mengusung Presiden Joko Widodo dalam pemilu presiden 2019 mendatang itu, meskipun PAN adalah partai koalisi pemerintah. Sebagai koalisi pemerintah, PAN hanya mendapat jatah satu kursi menteri. Jatah kursi yang seuprit inilah yang tidak memuaskan para petinggi PAN.
Sikap ketidakpuasan tercermin dari sejumlah kebijakan yang tidak mendukung koalisi pemerintah. Ibarat satu kaki di koalisi pemerintah, satu kaki lagi ingin selalu lebih erat bergabung dengan koalisi reuni "Trio Kwek Kwek" PKS-PAN-Gerindra. Amien beranggapan, akan lebih baik jika partainya mencari alternatif selain petahana Joko Widodo dan juga Prabowo Subianto.
"Pak Jokowi hanya satu tahun lagi lebih sedikit, itu sudah gagal," kata Amien.
Nawacita yang dijanjikan Jokowi semasa kampanye 2014 lalu menurut Amien sudah terbukti hanya sebatas wacana. Ia justru menilai Jokowi telah gagal menyejahterakan rakyat karena ekonomi yang dibangun hanya menguntungkan golongan kaya raya dan asing.
"Jokowinomic itu yang diuntungkan yang sudah kaya, rakyat dipinggirkan," kata Amien seraya mencontohkan proyek Meikarta dan reklamasi teluk Jakarta di mana properti yang dihasilkan dari dua proyek tersebut juga tidak mungkin bisa dibeli oleh rakyat kebanyakan.
"Saya terus terang saja, saya tidak ada takutnya. Ini sebaiknya memang dicari alternatif," kata Amien.
Bagaimana dengan perolehan kursi PAN yang cekak hasil Pemilu 0214 lalu?
[irp posts="9313" name="Amien-Hanafi, Politikus Bapak dan Anak Yang Sama Kritisnya"]
Amien tahu diri. Ia bukan tidak menyadari bahwa PAN sekarang sudah menjadi parpol kecil kalau tidak mau disebut "gurem" yang tidak mungkin mengusung kadernya sendiri di Pilpres berhubung hanya mengantongi 7,59 persen dari minimal 25 persen suara yang dibutuhkan untuk mengusung calon presiden dan wakilnya. Dengan posisi ini PAN harus berkoalisi dengan partai politik lain.
Sekali lagi publik bertanya, kalau koalisi dengan partai lain ini suatu kewajiban, dengan siapa lagi PAN berkoalisi di saat koalisi partai pemerintah sudah pasti mendukung Jokowi dan Gerindra-PAN-PKS sudah pasti mendukung Prabowo. Melabuhkan diri ke Partai Demokrat, juga tidak akan sanggup. Lagi pula, selaku Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mana mau.
Atau ada hitung-hitungan politik pribadi Amien Rais, misalnya ia menggertak Prabowo Subianto yang kalau tanpa PAN, duet PKS-Gerindra tidak akan bisa berbuat banyak. Memang benar yang kena gertak Jokowi, tetapi yang kena tembak sebenarnya Prabowo.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews