Moeldoko kepada Milenial, "Jangan Lelah Produksi Konten Positif!"

Rabu, 7 Februari 2018 | 07:48 WIB
0
359
Moeldoko kepada Milenial, "Jangan Lelah Produksi Konten Positif!"

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengapresiasi anak-anak milenial yang sangat aktif memproduksi konten-konten positif, baik melalui media sosial maupun melakukannya dalam kehidupan yang nyata. Hal itu disampaikannya saat bertemu dengan puluhan anak-anak muda yang selama ini sudah berkiprah dan memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan ide-ide dan gagasannya, di Gedung Bina Graha, Jakarta, 6 Februari 2018.

Beberapa aktivis media sosial hadir dalam acara ini antara lain Eka Gustiwana, Jesica Milla, Yasa Singgih, Ayla Dimitri, Danny Syah Aryaputra, Vanesha Prescilla, Anggika Bolsterli, Melody Nurramdhani Laksani, Vikra Ijas, serta kakak beradik Andovi da Lopez dan Jovial da Lopez, dan beberapa nama lain yang sangat populer sebagai influencer, endorser, maupun aktivis media sosial dan pengusaha muda.

“Tantangan dunia  ke depan begitu cepat berubah. Berbagai jenis pekerjaan akan menghilang,mulai dari perbankan sampai dengan manufaktur,” Kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden (KSP)

Teknologi informasi dan komunikasi  yang dihadirkan oleh Revolusi Industri 4.0 akan mengubah cara manusia berproduksi dan menghasilkan sesuatu. Siapa lagi yang akan menghadapinya kelak, tentu saja generasi  muda saat ini yang “ngetrend” disebut generasi milenial.

“Generasi seperti kalian-kalian ini, akan merasakan bagaimana teknologi akan menghimpit seluruh kehidupan manusia,” begitu kata Moeldoko mengingatkan

Siapa yang akan bertahan dan mampu meghadapi perubahan itu? Tentu saja mereka  yang berhasil berhasil membangun dirinya. Tidak cukup hanya itu, kata Moeldoko, mereka yang berhasil adalah mereka yang berhasil membangun dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dengan melakukan hal-hal yang produktif.

[irp posts="8590" name="Mungkinkah Moeldoko Yang Akan Ambil Alih Hanura dari Tangan OSO?"]

Selain itu, Moeldoko yang juga mantan Panglima TNI ini menegaskan, “Tantangan nasionalisme bagi anak-anak muda ke depan bukan lagi mengangkat senjata, melainkan bagaimana ikut menyejahterakan masyarakat luas melalui inovasi dan produksi-produksi hal positif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.”

Kuncinya adalah bagaimana mendistribusikan apa yang kita punyai, apa yang kita mampu, untuk mewujudkan keadilan sosial di tengah-tengah masyarakat.

Mengenai kekhawatiran dan keengganan anak-anak muda untuk terlibat dalam bidang politik, Moeldoko menjawab, “Dalam politik, kita seringkali hanya berfokus pada risiko. Padahal, dalam politik juga terdapat peluang-peluang. Oleh karena itu, yang paling penting adalah tetap berpikiran positif dan berbuat sesuatu, sekecil apapun, untuk membuat keadaan lebih baik.”

Respons milenial

Ayla Dimitri, salah satu peserta diskusi dan juga tengah meneliti generasi milenial mengajak rekan-rekannya untuk  berkolaborasi  mengomunikasikan dan memberi motivasi kepada anak-anak muda, tentang kesiapan mereka untuk menghadapi kompetisi, kesiapan mental, supaya tidak gampang depresi. Karena banyak org tua kurang menyadari akan masalah itu.

Sementara itu, Vanesha Prescilla, pemeran Milea dalam film Dilan 1990 yang sedang populer menceritakan bagaimana film yang ikut dibintanginya dapat menjadi pintu masuk untuk mengajak anak-anak muda lebih kritis dan terbuka. “Sosok Dilan dalam film sekarang menjadi tokoh publik yang diidam-idamkan generasi milenial. Dilan tidak hanya ditampilkan dengan menonjolkan karakter dan sifat yang terkesan negatif dengan kenakalan-kenakalannya,” katanya.

Semangat bela negara, kepercayaan diri yang tinggi, yang muncul dalam sosok Dilan, menurut Vanesha dapat ditampilkan dengan cara kekinian yang disukai anak muda.

Dany menambahkan, “Jika anak-anak muda dari berbagai kelompok dan komunitas sudah saling kenal, ketika tonggak kepemimpinan sudah beralih ke tangan anak-anak muda, kita sudah seperti kawan seperjuangan. Sudah saling kenal. Sudah nggak melihat seperti musuh.”

Sementara itu Siwi, seorang remaja berlatar belakang keluarga Nahdlatul Ulama melihat, tantangan anak-anak muda hari ini justru lebih berat, karena dihadapkan dengan berbagai macam perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar. “Saya belum bisa membayangkan bagaimana nantinya saya sebagai ibu harus membesarkan dan memberikan pengertian kepada anak-anak saya,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia memilih untuk berkiprah dan berperan lebih aktif dalam berbagai literasi tentang bahaya radikalisme, ekstremisme, dan semacamnya.

Dovi dan Jo da Lopez, kakak beradik yang juga Youtubers mengingatkan, berdasarkan temuan mereka, konten negatif itu menyebar empat kali lebih banyak dibandingkan konten positif. Oleh karena itu, mereka berdua mengingatkan untuk tak lelah-lelah membuat konten positif, persis seperti harapan Moeldoko kepada anak-anak muda tersebut.

***

Editor: Pepih Nugraha