Air dan Idiot

Rabu, 7 Februari 2018 | 09:55 WIB
0
361
Air dan Idiot

Melihat video Anies Baswedan bicara sunnatullah bahwa air hujan harus dialirkan ke dalam tanah dengan membuat resapan-resapan sementara dalam video yang lain dia menyampaikan kesiapan pompa-pompa yang jumlahnya 400-an untuk memompa air ke laut dalam mengatasi banjir di Jakarta, ini kalau bukan "manusia gila" sudah harakiri dia, kelas Gubernur rasa malunya dijual ke tukang loak.

Seorang profesor, ex Mendikbud, ngomong kayak orang idiot, celaka 12 kita. Ibukota sebuah negara dengan penduduk 250 juta jiwa dipimpinnya. Pencitraan murah, dalam foto-foto yang diunggah, ada 4 foto dalam pose yang berbeda tapi jamnya bisa sama, ini kalau tidak diedit dia telah melakukan penipuan publik dan bisa dituntut pasal kebohongan.

Kasian masjid yang sudah diajak berjuang, warga Jakarta 58% dapat dp 0%, bonus banjir serta topeng monyet yang salah gaya, naik sepeda sambil angkat kepala, pohon di depan ditabraknya.

Rakyat Indonesia menerima pembodohan selama ada peradaban di dunia tentang air. Laut dianggap cuma kolam pancing, air hujan dia pikir datang dari menguapnya panci rebusan kuah soto betawi. Dia ini dulu belajar fisika yang dibaca komik Kho Ping Ho, otaknya loncat kesana sini pedangnya lepas nancep di kepala sendiri.

Saya tidak kebayang, statementnya bukan saja mempermalukan dirinya tapi warga Jakarta yang telah memilihnya, apa kata dunia, warga Jakarta telah melakukan halusinasi dalam memilih.

Musibah nasional ini sekaligus mempermalukan JK, PS, dan orang-orang cerdas yang mengusungnya, serta partai yang mendukungnya. Mereka menjadi satu paket dalam bingkai kebodohan yang dipaksakan agar kita mengakui bahwa Anies adalah pilihan menjadi pemimpin masa depan.

Boro-boro memimpin, sifat air saja dia tak paham, apalagi soal kebangsaan. Dulu dia bicara merajut kebangsaan ternyata dia menciutkan peradaban. Dia bicara resapan dan pompa raksasa, harusnya sebelum menerima resapan atau memompa air, ada baiknya memompa isi kepalanya yang isinya air yang telah membuatnya sulit berpikir.

Bagaimana dia bisa bereskan banjir, kalau otaknya krisis berpikir. Sana Ndro berenang di dalam resapan ntar keluarnya dihisap pakai pompa.

***

Editor: Pepih Nugraha