Tidak ada yang kita terima yang tiba-tiba datang dari langit, semua berproses dan dimulai entah itu dari siapa. Perdebatan panjang dan pemaksaan yang sejatinya baik mau dianggap buruk atau sebaliknya adalah pekerjaan tercela dari orang-orang yang rendah akal, karena mereka akan merubah bentuk dari sebuah proses yang telah jadi. Ibarat empek-empek mau dijadikan ikan belidah.
Fokus kita kepada Jokowi yang terpilih jadi presiden sejak 2014, bagi sebagian kalangan tetap tidak diakui atau yang lebih keren mereka tidak pernah move on. Bagaimana mereka mau membalik fakta bahwa Jokowi masih dianggap walikota, padahal hasil kerjanya, cara memimpinnya, sikapnya, kebaikannya, semua dikerjakan hanya semata-mata untuk bangsa dan negaranya, tidak untuk dirinya karena dia telah mengubur nafsu dunianya.
Dia fokus kepada amanah yang diemban, bukan serakah menjarah, semua diembat mumpung bisa disikat. Dia Presiden, Ndro, meleklah, Jokowi itu Presiden terpilih secara sah dan konstitusional, bukna menang sujud duluan ternyata dimentahkan oleh hitungan yang dipalsukan.
Orang-orang cuti nalar ini mendudukkan dirinya seperti kera yang cuma mengerti pisang dan kacang, mata hatinya digelapkan oleh nafsu picisan. Imam shalat dipergunjingkan, imam besar melenguh dikandang kambing diagung-agungkan, gila kok dibanggakan, katanya ahli surga ternyata sur-suran untuk raga yang dahaga.
Output adalah hasil dari proses, yang pasti ada sumbernya. Kebaikan pemimpin karena bersumber dari didikan, sekolahan, pergaulan, pemahaman, semua itu tidak didapat cuma dari pinggir jalan.
Sumber yang baik memberi yang baik, keruhnya air di hilir karena rusaknya kondisi di hulu. Sumber air yang membawa racun pasti mematikan bila diminum, jadi tugas kita menjaga sumber yang baik dan menutup sumber yang jelek.
Kondisi sekarang ada banyak orang gila memaksa kita menerima yang jelas-jelas tak bisa apa-apa, minta diterima bak raja dan katanya rakyat yang menginginkannya, rakyat yang mana kita juga tak pernah merasa, mau dijadikan Presiden katanya, ah padahal kita sedang mesra-mesranya dengan pilihan kita, Jokowi gak mungkin kita tinggal sendiri, dia begitu membuat adem hati, bukan karena dia pendiam dan rendah hati, lebih dari itu dia mengerti kami.
Mulutnya terkunci untuk sebuah caci maki, langkahnya pasti untuk kebaikan negeri, seolah tak berisi tapi sarat nyali, diam tapi tak mudah ditekan. Mana mungkin kami menerima pengganti yang datang dari proses yang salah, bukan mengecilkan kehadirannya, tapi kita tau rekam jejaknya, jadi maaf nanti saja saat kami menderita amnesia atau kami telah lupa bahwa dia siapa.
[irp posts="5797" name="Prabowo Subianto Semakin Meneguhkan Dirinya sebagai Kingmaker""]
Kawan saya ada yang pro sana mati-matian membela, saya cuma berkata bahwa pilihan kita berbeda. Dengan yakin dia berkata; kalau Tuhan menghendaki tidak ada yang bisa menolaknya.
Saya setuju karena Tuhan punya hak prerogatif yang "maha", hanya sebelum diputuskan, ada jutaan suara batin yang berkata kepadaNya, Tuhan kalaupun Jokowi mau Engkau ganti, mungkin Cak Lontong lebih baik buat kami, walau dia bukan penunggang kuda tapi candanya bisa membuat kami ketawa.
Terima kasih Tuhan pagi ini kami bisa tertawa, karena telah Engkau jawab via WA bahwa dia tak masuk dalam catatan yang bisa Engkau terima.
Innama amruhuu ijjaarodhasaiaa aiyaqullalahu kunmfayakun.
#Episode HP melayang ke jidat FZ.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews