Jika Menolak Jokowi, Rakyat Sesungguhnya Menghendaki Siapa?

Jumat, 2 Februari 2018 | 22:37 WIB
0
250
Jika Menolak Jokowi, Rakyat Sesungguhnya Menghendaki Siapa?

Tidak ada yang kita terima yang tiba-tiba datang dari langit, semua berproses dan dimulai entah itu dari siapa. Perdebatan panjang dan pemaksaan yang sejatinya baik mau dianggap buruk atau sebaliknya adalah pekerjaan tercela dari orang-orang yang rendah akal, karena mereka akan merubah bentuk dari sebuah proses yang telah jadi. Ibarat empek-empek mau dijadikan ikan belidah.

Fokus kita kepada Jokowi yang terpilih jadi presiden sejak 2014, bagi sebagian kalangan tetap tidak diakui atau yang lebih keren mereka tidak pernah move on. Bagaimana mereka mau membalik fakta bahwa Jokowi masih dianggap walikota, padahal hasil kerjanya, cara memimpinnya, sikapnya, kebaikannya, semua dikerjakan hanya semata-mata untuk bangsa dan negaranya, tidak untuk dirinya karena dia telah mengubur nafsu dunianya.

Dia fokus kepada amanah yang diemban, bukan serakah menjarah, semua diembat mumpung bisa disikat. Dia Presiden, Ndro, meleklah, Jokowi itu Presiden terpilih secara sah dan konstitusional, bukna menang sujud duluan ternyata dimentahkan oleh hitungan yang dipalsukan.

Orang-orang cuti nalar ini mendudukkan dirinya seperti kera yang cuma mengerti pisang dan kacang, mata hatinya digelapkan oleh nafsu picisan. Imam shalat dipergunjingkan, imam besar melenguh dikandang kambing diagung-agungkan, gila kok dibanggakan, katanya ahli surga ternyata sur-suran untuk raga yang dahaga.

Output adalah hasil dari proses, yang pasti ada sumbernya. Kebaikan pemimpin karena bersumber dari didikan, sekolahan, pergaulan, pemahaman, semua itu tidak didapat cuma dari pinggir jalan.

Sumber yang baik memberi yang baik, keruhnya air di hilir karena rusaknya kondisi di hulu. Sumber air yang membawa racun pasti mematikan bila diminum, jadi tugas kita menjaga sumber yang baik dan menutup sumber yang jelek.

Kondisi sekarang ada banyak orang gila memaksa kita menerima yang jelas-jelas tak bisa apa-apa, minta diterima bak raja dan katanya rakyat yang menginginkannya, rakyat yang mana kita juga tak pernah merasa, mau dijadikan Presiden katanya, ah padahal kita sedang mesra-mesranya dengan pilihan kita, Jokowi gak mungkin kita tinggal sendiri, dia begitu membuat adem hati, bukan karena dia pendiam dan rendah hati, lebih dari itu dia mengerti kami.

Mulutnya terkunci untuk sebuah caci maki, langkahnya pasti untuk kebaikan negeri, seolah tak berisi tapi sarat nyali, diam tapi tak mudah ditekan. Mana mungkin kami menerima pengganti yang datang dari proses yang salah, bukan mengecilkan kehadirannya, tapi kita tau rekam jejaknya, jadi maaf nanti saja saat kami menderita amnesia atau kami telah lupa bahwa dia siapa.

[irp posts="5797" name="Prabowo Subianto Semakin Meneguhkan Dirinya sebagai Kingmaker""]

Kawan saya ada yang pro sana mati-matian membela, saya cuma berkata bahwa pilihan kita berbeda. Dengan yakin dia berkata; kalau Tuhan menghendaki tidak ada yang bisa menolaknya.

Saya setuju karena Tuhan punya hak prerogatif yang "maha", hanya sebelum diputuskan, ada jutaan suara batin yang berkata kepadaNya, Tuhan kalaupun Jokowi mau Engkau ganti, mungkin Cak Lontong lebih baik buat kami, walau dia bukan penunggang kuda tapi candanya bisa membuat kami ketawa.

Terima kasih Tuhan pagi ini kami bisa tertawa, karena telah Engkau jawab via WA bahwa dia tak masuk dalam catatan yang bisa Engkau terima.

Innama amruhuu ijjaarodhasaiaa aiyaqullalahu kunmfayakun.

#Episode HP melayang ke jidat FZ.

***

Editor: Pepih Nugraha