Kalau statement itu benar adanya dari Presiden RI Joko Widodo atas komentar-komentar FZ tentang utang Indonesia, maka kita makin disadarkan bahwa makin tidak ada gunanya keberadaan lembaga DPR dan DPRD ini.
Predikat lembaga terkorup tahun 2016 mungkin masih juga pada 2017 adalah cermin buruk lembaga yang cuma memalak uang negara, padahal rakyat membayar pajak dari mulai makan diwarung sampai retribusi jual sayur di pasar-pasar becek di pinggir desa.
Mulut nyinyir tak bermutu yang selalu keluar dari dua kelelawar FZ dan FH di Senayan seperti orang sakit ayan. Benar kata Presiden bahwa ratusan triliun uang menguap cuma ngasi makan manusia-manusia murah bak sampah. Kita tidak ada ukuran yang pasti dari output mereka yang cuma tebar pesona tanpa bisa kerja. Semua pekerjaan pemerintah tidak pernah baik di mata mereka.
[irp posts="1837" name="Selfie Bersama Trump, Terbukti Penciuman Politik Fadli dan Setya Tajam"]
Politikus yang dekat dengan PS ini sangat setia kepada majikannya, semua perilaku tuannya selalu baik di pelupuk matanya, dan semua karya orang lain selalu jelek di sudut pandangnya, sama dengan jeleknya perasaan hatinya.
Bagaimana dia menjual tuannya mau mengambil simpati orang-orang seperti kita kalau setiap hari cuma rasa iri dan benci yang mereka produksi.
Bagaimana negara mau diurus kelas manusia celaka seperti mereka kalau sebagai manusia saja tidak menunjukkan sedikit saja akal budinya, Indonesia bisa celaka.
Statement Presiden ini harus direspon rakyat bahwa ada lembaga negara yang menghisap ratusan triliun uang negara cuma dipakai poya-poya, apakah kita masih perlu mereka ada di sana, sepertinya tidak ada gunanya.
Pemilih cerdas atau tidak sulit bisa mendapatkan pilihan yang berguna karena mereka nyaris sama semua. Kerjanya mencela, kebanyakan gaya padahal akhlaknya tidak baik.
Indonesia ngasi makan orang celaka dan tak berguna.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews