Inilah Tempat-tempat Yang Dihindari Abang Becak di Jakarta!

Senin, 29 Januari 2018 | 17:01 WIB
0
501
Inilah Tempat-tempat Yang  Dihindari Abang Becak di Jakarta!

Sebetulnya membicarakan tentang becak pada saat ini tidaklah terlalu penting, tapi kalau sekedar iseng dan melupakan kesuntukan kerja ya bolehlah. Apalagi memang ngerumpi membicarakan terobosan Pak Gubernur dan Wakil gubernur Jakarta itu seru.

Saya sebetulnya sudah lupa kekhasan becak Jakarta itu seperti apa, pernah lihat sih di museum transportasi  yang terletak di Taman Mini Indonesia Indah. Berbagai corak becak ada, tapi itu kan transportasi nostalgia zaman dulu masa sih becak yang sudah disingkirkan sejak pemerintahan Ali Sadikin mau dihidupkan lagi?

Bukankah becak itu jalannya tidak bisa cepat lebih lebar daripada motor dan tentu saja membuat jalanan semakin sempit saja. Ini dari segi negatifnya. Becak sudah kuno untuk ukuran kecepatan. Padahal sudah tahu kan Jakarta itu orangnya  hidup dalam keterburu-buruan. Naik motor buru-buru, naik ojek penumpangnya menggoda tukang ojek untuk ngebut supaya cepat sampai tujuan, bahkan kadang kadang mikir persoalan bangsa juga terburu-buru sehingga logika dikalahkan oleh emosi sesaat.

Jangan-jangan saking terburu-burunya  pemimpin daerahpun hanya berpikir bagaimana bisa cepat mendapat simpati rakyat, bagaimana bisa mengembalikan modal secepatnya tanpa mikir apa sih dampak kebijaksanaan yang dia terapkan terhadap masyarakat.

Oh, mungkin tebakan penulis menjawab mengapa perlu didatangkan becak adalah supaya keterburu-buruan masyarakat bisa diredam oleh adanya becak yang mempunyai prinsip alon-alon waton tekan (pelan-pelan asal sampai). Tapi bisa jadi Sang Gubernur dan Wakil Gubernur benar-benar tidak tega pada Abang Becak yang tersia-sia sering dikejar-kejar Satpol PP, mereka han sedang demam populisme, bagaimana bisa berpihak pada rakyat jelata dan mendapat simpati.

“Ya sudah kalian kami beri kesempatan untuk mengayuh becak tapi jangan di jalan-jalan protokol, ya!”

[irp posts="9209" name="Sebab Becak Setitik Rusak Jakarta Sebelanga"]

Tentu saja Abang Becak agak sedikit dongkol. Jika daerah operasional becak-hanya di perkampungan, di kompleks perumahan siapa yang mau numpang? Tahu sendiri kan jika di perkampungan Jakarta, hampir setiap meter ada polisi tidur, ada portal, ada anak-anak kecil yang seenak wudel (pusar) main sepak bola tanpa melihat kiri kanan. Lalu jika mereka ketabrak siapa yang disalahkan. Jika memakan korban siapa yang disalahkan? Aku tho, kan blaik ya tho.

Justru lebih nyaman mengayuh di jalan protokol jalannya datar, aspalnya bagus, tenagapun bisa diirit. Nih perlu kalian ketahui ya jalan-jalan yang amat dihindari oleh abang-abang becak:

Tanjakan

Ini salah satu jalan yang amat dibenci tukang becak. Bayangkan sudah membawa barang berat, atau membawa ibu-ibu yang mlenuk ginak-ginuk, belum lagi mulutnya yang terus nyerocos seperti sepur kluthuk (Kereta api jaman dulu yang bahan bakarnya batubara) melewati tanjakan adalah kesengsaraan tiada tara, sudah nafasnya ngos-ngosan bayarannya pun tidak sepadan dengan tenaga yang dikeluarkan. Makanya amat langka jika ada Abang Becak yang mangkal di sekitar Bintaro, Tanah Kusir dan Kemang, coba saja do cek kalau ada si Abang Becak itu tentu mempunyai tenaga ekstra seperti Samson.

Gang Sempit

Jika ada becak beroperasi di gang sempit  seperti di Penjaringan, Pedongkelan, Petogogan dan kampung-kampung sempit lainnya sungguh akan sengsara dua tiga kali lipat. Bayangkan saja sudah jalannya penuh polisi tidur, motor-motor yang parkir tlalangan(sembarangan tidak teratur), belum lagi omelan ibu ibu yang terganggu ngrumpinya gara-gara becak melintas, apesnya lagi jika masuk gang yang ternyata gang buntu. Jika motor masih bisa di angkat dan diputar, lalu bagaimana dengan becak.

Sengsaranya sudah keringat membanjir, masih mengangkat roda belakang dan memutar kembali masih harus mendengar ocehan orang-orang yang nggerundel terhalang jalannya gara-gara becak yang tidak bisa cepat bergerak. Luas jalannya tidak ada semester ditambah dengan munculnya becak yang lumayan lebar. Celaka dua belaslah. Padahal sekali angkut paling banter 10 ribu sampai duapuluh ribu… Coba pasang tarif 50 ribu bisa-bisa tidak narik seharian.

Jalan berlobang

Berat nian jika harus melewati jalan berlobang, tentu becak harus zig-zag menghindari lobang. Kalau dulu masih bebas melakukan manuver dengan berjalan meliuk-liuk sekarang jika nekat meliuk-liuk maka korbannya adalah motor, mobil. Maaf, yang paling menjengkelkan jika menyenggol motor. Masih untung ketemu pemotor yang sabar, coba saja ketemu pengendara motor yang emosian, tersenggol sedikit mata melotot dan kemudian menantang duel. Kalau menang  tidak ada yang memuji dan malah mencibir. “Lha betisnya saja segede tales Bogor, ototnya  pating nggranceng (ototnya menonjol di mana-mana) ya  maklum kalau menang, kalau kalah, sudah babak belur ditertawai pula.

Makam

Siapa yang mau melewati makam malam-malam dengan menumpang becak. Sudah jalannya pelan, tidak ada lampu lagi. Masih mending pakai motor bisa ngebut  dan cepat-cepat keluar  kompleks pemakaman, bagi yang penakut cilaka dua belas karena  selain tidak bisa ngebut, bisa saja malah duduknya asyik ditemani  seseorang yang tiba–tiba nongol, orangnya cantik tapi mukanya pucat. Hiiii seram!

[irp posts="9183" name="Kekuasaan Sang Gubernur Pribumi"]

Nah ini saran untuk Abang Gubernur dan Wakilnya.

 

 

  • Tolong dong jangan tempatkan kami para tukang becak di tempat yang kami sebut di atas, ya kalau anda memang perhatian pada nasib kami ya… sarankan saja pada Pak Polisi jalur khusus becak, mungkin bisa digambar disamping motor.

 

 

  • Beri asuransi pada anggota tubuh kami yang amat vital terutama di betis dan paha. Sebab jika betis dan paha cedera atau cacat ya tentu saja tamat sudah aktivitas kami. Masak kami harus mengayuh dengan tangan.

 

 

  • Untuk pelatihan pada kami tentang bagaimana mengemudi dan mengoperasikan dengan baik dan benar perlu ditinjau kembali. Tahukah keahlian menggenjot itu adalah intuisi, terlatih dengan sendirinya jika jam terbang kami sudah tinggi.

 

 

  • Nah syarat berat lainnya adalah tukang becak itu warga Jakarta dan ber KTP ibu kota. Oke Buat PR saja. Silakan apa ada penduduk asli yang mau susah payah menggenjot becak. Itu kan pekerjaan orang pinggiran alias  pendatang yang minim ketrampilan dan kebanyakan bapak-bapat tua yang kebanyakan tidak punya keahlian lain selain menggenjot becak.

 

 

  • Jika becak dilegalkan, jangan biarkan kami kucing-kucingan lagi menghindar pada satpol PP yang dengan seramnya mengusir kami saat mengais rezeki. Jalan rejeki itu tidak bisa dibatasi harus di kompleks ini, di daerah ini, tidak boleh nyelonong di jalan protokol.Itu kan hak asasi tukang becak, lha wong ojek online saja yang sering motong jalan dan melanggar rambu lalu lintas kenapa kami di bedakan, biarkan kami juga mengembangkan layanan becak online, bebas melewati jalan protokol. Adil, kan?

 

 

Ah sebetulnya  artikel ini tidak penting-penting amat sih tapi ya… apa salahnya di baca….

Hehehe. Salam.

***

Editor: Pepih Nugraha