Iman Seharusnya seperti "Blue Chip" dalam Saham

Sabtu, 27 Januari 2018 | 18:15 WIB
0
362
Iman Seharusnya seperti "Blue Chip" dalam Saham

Saham bisa naik dan turun, iman juga bisa naik dan turun,

Saham bisa naik mendadak atu tiba-tiba, iman juga bisa naik secara tiba-tiba,

Pagi hari atau siang hari saham bisa naik dan sore hari juga bisa turun,

Beriman di pagi hari dan siang, sore dan malam bisa tidak beriman.

Itulah gambaran atau persamaan antara “Saham dan Iman”. Banyak yang tahu atau trading saham tetapi tidak "ngeh atau tahu”, ada yang bisa diambil hikmah atau pelajaran dalam perdagangan saham berkaitan dengan gambaran iman seseorang yang bisa naik dan turun seperti naik dan turunnya saham.

SAHAM

Dalam saham ada dua alasan untuk menilai saham itu bagus dan tidak yaitu alasan Fundamental dan Teknikal.

Alasan Fundamental yaitu meliputi bagaimana kondisi keuangan dari suatu perusahaan, bagaimana tingkat pertumbuhannya, bagaimana labanya, utang untuk memperluas usaha atau utang untuk membayar utang, apakah tiap tahun membagikan deviden.

Alasan Teknikal yaitu dengan melihat grafik dari waktu ke waktu atau rekam jejak naik dan turunnya suatu saham.

Dua alasan fundamental dan teknikal ini sangat penting untuk seorang investor yang akan membeli saham tertentu. Tidak bisa membeli saham hanya sekedar ikut-ikutan atau yang lagi ramai. Salah-salah akan terjerumus dalam kerugian.

Dalam saham juga dikenal istilah saham “Blue Chip”, yaitu saham-saham yang mempunyai nilai kapitalisasi yang besar atau saham unggulan, bukan saham abal-abal. Kapitalisasi adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan harga saham saat ini.

Suatu saham bisa dikatakan Blue Chip apabila memiliki pendapatan atau aset yang stabil atau meningkat, tiap tahun selalu memperoleh laba dan meningkat, tiap tahun selalu membagikan deviden, lini bisnis juga meningkat atau tumbuh.

Tetapi dalam saham juga ada istilah “saham gorengan”, bukan nasi goreng lho yaa, saham gorengan yaitu saham yang secara fundemental tidak baik dan tidak bagus, tetapi bisa naik secara mendadak atau tiba-tiba. Jenis saham ini susah diprediksi karena volumenya sedikit sehingga mudah digoreng oleh bandar-bandar saham.

Saham gorengan ini memang bisa menguntungkan tetapi lebih banyak merugikan investor-investor kecil karena saham ini digerakkan oleh bandar-bandar besar untuk memperoleh untung dan yang jadi korbar investor kecil, penginnya untung malah buntung.

Tetapi sering kali saham gorengan ini laris manis oleh investor kecil, mungkin karena harganya murah dan terjangkau duitnya atau modalnya. Untung sekali dua kali tetapi selebihnya banyak ruginya dan sahamnya juga nyungsep masuk rumah keong alias harga sahamnya tinggal Rp50 dan saham seperti ini bisa dikatakan “hidup segan matipun tidak mau” dan yang jadi korban adalah investor kecil atau masyarakat.

Dalam saham juga bisa melihat rekam jejak suatu harga saham dari hari ke hari dan selalu up date, misal ada perusahaan yang sudah Listing di Bursa, terus kita pengin lihat grafik pergerakan saham dari hari ke hari, terus ke minggu, terus ke bulan dan tahun, semua bisa dilihat rekam jejak masa lalunya. Bahkan perusahaan yang sudah lima belas tahun tercatat di bursa, kita juga bisa tahu rekam jejak di tahun pertama atau tahun berikutnya. Jadi tidak bisa menyembunyikan rekam jejak masa lalunya.

Sekarang kita masuk masalah iman,y ang hampir mirip naik dan turunya seperti saham.

IMAN

Iman dalam agama digambarkan atau dilukiskan juga bisa naik dan turun, bahkan dalam agama Islam digambarkan seseorang di pagi hari sampai sore beriman tetapi di malam hari tidak beiman atau menjadi kafir. Atau sebaliknya di pagi hari tidak beriman atau kafir tetapi di malam hari menjadi beriman.

Ini juga seperti saham, di pagi hari naik tinggi dan di sore hari turun drastis atau di pagi hari turun dan di sore hari bisa kembali naik.

Kalau dalam saham ada alasan fundamental, di dalam agama juga ada alasan fundamental supaya iman seseorang kokoh dan kuat tidak terpengaruh oleh sesuatu yang bisa memperlemah iman.

Kalau dalam saham rekan jejak masa lalunya bisa dilihat lewat grafik, apakah naik dan turun atau stagnan cenderung datar-datar saja.

Sebenarnya setiap orang atau individu juga bisa menggambarkan kadar imannya masing-masing dari akhil baligh sampai sekarang sebelum ajal menghampiri. Masing-masing orang bisa tahu imannya, apakah tiap hari naik atau malah turun, kalau naik berarti untung, kalau turun berarti rugi. Makanya ada istilah hari ini harus lebik baik daripada hari kemarin. Atau dalam satu bulan malah imannya turun dan cenderung datar-datar saja seperti datarnya grafik layar monitor jantung.

Hanya masing-masing orang kadang alergi atau menutup mata masa lalu atau rekam jejak yang mungkin dirasa kurang mengenakkan, akhirnya malas mengevaluasi diri sendiri.

Dan seseorang tidak bisa menghakimi orang lain atau menilai iman orang lain, apakah orang lain itu imannya naik atau turun, karena iman sifatnya yang tersembunyi, orang sering menilai atau menghakimi pihak lain padahal ia hanya tahu sedikit.

Kalau dalam saham, ada saham Blue Chip yang selalu meningkat pendapatannya tiap tahun, laba yang meningkat dan sering membagikan deviden. Bagaimana dengan iman kita, apakah Iman kiat juga selalu meningkat dan dari iman yang meningkat itu apakah bisa bermanfaat bagi orang banyak atau di sekitarnya. Ataukah malah kita sibuk ngurusi iman seseorang dan menyesat-sesatkan orang lain.

[irp posts="2277" name="Saham Sari Roti, Humor, dan Religi yang Jatuh"]

Supaya iman bisa meningkat dan tidak turun seperti turunya saham gorengan, pilihlah guru-guru agama, Kyai atau Ustad yang benar-benar ahli di bidangnya dan bisa menjadi teladan. Bukan sekedar teori saja tetapi bisa jadi rujukan. Yang berat adalah menjadi teladan karena antara ucapan dan perbuatan harus seiring sejalan, tidak seperti mulut makelar “esuk tahu, sore tempe” atau tidak sama antara ucapan dan perbuatan.

Jangan memilih penceramah abal-abal yang pandai menggoreng emosi, seperti pintarnya bandar saham dalam menggoreng saham, yang bisa naik signifikan atau naik tinggi secara tiba-tiba, tetapi juga bisa turun secara tiba-tiba dan dititik paling bawah.

Iman jenis ini bisa naik, karena terpukau oleh gaya penceramahnya dan dibakar semangatnya dengan memainkan retorika-retorika semu. Anehnya iman jenis ini banyak di sukai dan digemari bahkan banyak peminatnya, mirip dalam saham gorengan, banyak digemari atau disenangi oleh investor-investor kecil yang bikin jantung berdebar-debar kalau beli saham gorengan.

Seseorang imannya bisa naik secara tiba-tiba padahal kalau melihat rekam jejak masa lalunya mungkin akan terkaget-gaket, tetapi bisa juga turun drastis, jadi belum stabil karena pengaruh-pengaruh gorengan tadi.

Mari koreksi iman diri kita masing-masing atau keluarga, tidak usah mengoreksi iman orang lain, jangan suka menghakimi sesuatu yang hanya nampak dari luarnya.

Apakah Iman kita termasuk saham gorengan,yang masih mudah naik dan turun seperti saham gorengan atau iman kita termasuk saham Blue Chip yang selalu stabil alias meningkat dan membawa kebaikan atau bermanfaat bagi orang lain atau sekitarnya.

***

Editor: Pepih Nugraha