Malasnya Wakil Rakyat bukan Sekadar Penyakit Kambuhan

Kamis, 25 Januari 2018 | 11:09 WIB
0
479
Malasnya Wakil Rakyat bukan Sekadar Penyakit Kambuhan

Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal karena guyonannya yang cerdas dan mengejutkan. Ia nisalnya pernah melontarkan guyonan adanya tiga jenis Setan:

 

 

  • Setan jenis pertama dari golongan Jin. Setan jenis ini kalau dibacakan ayat-ayat suci/ayat kursi atau di ruqiyah akan kabur dan lari terbirit-birit.

 

 

  • Setan jenis kedua kurang lebih sama, kalau mendengar lantunan ayat-ayat suci akan kabur dan lari.

 

 

  • Setan jenis ketiga ini agak bandel dan ngeyel, kalau dibacakan ayat-ayat suci, matanya malah mendelik dan nantang seakan tidak takut, di ruqiyah juga tidak mempan, di lempar kursi,malah jadi rebutan. Setan jenis ini menghuni Gedung DPR.

 

 

Kemarin Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengadakan rapat dengan komisi V DPR. Dari 50 anggota DPR di komisi lima, hanya 24 yang hadir dengan bukti absen tanda tangan kehadiran. Namun dalam kenyataannnya dari 24 absen kehadiran, hanya 19 wakil rakyat yang secara fisik hadir dan duduk di kursi mengikuti rapat.

Sisanya adalah hantu yang bisa tanda tangan absen. Gus Dur boleh jadi lupa ada jenis Setan di DPR yang tanda tangannya ada, tapi ujudnya tidak ada.

Tugas anggota DPR yaitu membuat Undang-Undang bersama-sama pemerintah, menyusun dan mengesahkan anggaran APBN, dan tugas/wewenang lainnya.

Untuk menjadi anggota DPR itu tidak mudah dengan sistem terbuka seperti sekarang ini. Artinya sesama calon legislatif satu partai-pun harus berebut suara pemilih, bahkan kadang melakukan kanibal suara sesama calon legislatif.

Dan dengan sistem terbuka ini mendorong calon-calon wakil rakyat ini melakukan politik uang untuk memperoleh dukungan atau pemilih. Tanpa itu mustahil masyarakat mau memilih calon wakil rakyat itu. Mereka membentuk korlap-korlap untuk mendapatkan simpatisan dan pemilih.

Dan untuk menjadi anggota DPR memerlukan dana atau uang yang tidak sedikit di mana untuk DPR bisa mencapai di atas 3 milyar.

[irp posts="8594" name="Ketua DPR dan Wakilnya Diperoleh dari Hasil Memperkosa" UU MD3"]

Tetapi anehnya setelah terpilih menjadi anggota DPR, masyarakat menitipkan amanah kepada wakil rakyatnya, anggota-anggota DPR ini menjadi malas untuk datang ke gedung DPR. Jarang menghadiri rapat-rapat untuk membuat undang-undang atau mengesahkan undang-undang dan tugas lainya.

Bagaimana mau membuat undang-undang mencapai target kalau wakil-wakil rakyat ini malas untuk bersidang atau membahas undang-undang. Tingkat kehadiran wakil-wakil rakyat ini sangat rendah, bahkan banyak kursi yang kosong, entah kemana wakil rakyat ini bersidang. Ah, jangan-jangan sebenarnya kursi itu tidak kosong, tetapi diisi para Setan yang tidak keliatan.

Sering kali wakil-wakil rakyat ini absen-nya hadir tetapi fisiknya atau orangnya tidak ada, mirip seperti anak kuliahan yang suka titip absen. Bahkan wakil-wakil rakyat ini tidak mau absen Scan Finger malah suka absen manual karena bisa titip absen.

Gaji wakil rakyat dan segala fasilitas cukup besar, tetapi tidak berbanding lurus dengan kinerja-nya. Wakil-wakil rakyat ini suka plesiran ke luar negeri dengan istilah kunjungan, kalau soal ini wakil-wakil rakyat pada senang dan pasti ikut. Alasanya macam-macam, untuk study banding, studi kasus kasus atau demi mempererat hubungan.

Anggaran untuk kunjungan ke luar negeri ini sangat besar mulai dari fasilitas hotel, uang saku dan tetek-bengek. Tetapi habis pulang kunjungan dari luar negeri, wakil-wakil rakyat ini jarang sekali menyampaikan hasil-hasil dari kunjungan itu.

Rata-rata wakil-wakil rakyat kita ini adalah orang-orang yang sudah mapan secara ekonomi, karena rata-rata seorang pengusaha. Bisa jadi jadi wakil rakyat motivasinya untuk mencari jejaring bisnis mereka, bukan untuk menjadi wakil rakyat yang sesungguhnya.

[caption id="attachment_8973" align="alignleft" width="305"] Anggota DPR tidur (Foto: Wordpress)[/caption]

Lihatlah yang sering ditangkap oleh KPK sering berkaitan pembahasan anggaran, baik DPRD atau DPR,kalau tidak disetujui oleh mereka, anggaran tidak bisa disahkan, akhirnya tawar menawar berkaitan dengan anggaran itu dan berakhir dengan korupsi.

Dalam sidang-sidang Paripurna, wakil-wakil rakyat ini juga malas bersidang, padahal kehadiran dalam sidang Paripurna itu sangat perlu atas kehadiranya, karena kalau tidak quorum sidang bisa tidak sah.

Dan dalam aturan, apabila dalam tiga kali berturut-turut tidak ikut sidang Paripurna maka anggota DPR bisa dapat sangsi. Nah aturan ini akhirnya sering diakali oleh wakil-wakil rakyat, yaitu dengan cara dua kali tidak ikut sidang paripurna dan yang ketiga hadir dalam sidang. Seperti dalam Islam, kewajiban laki-laki untuk sholat Jumat, kalau meninggalkan tiga kali berturut-turut dianggap kafir.

Rendahnya tingkat kehadiran wakil rakyat ini berimbas terkatung-katungnya pembahasan undang-undang padahal kalau serius undang-undang itu mudah untuk diselesaikan. Seperti undang-undang teroris sampai sekarang belum beres dan tidak tahu sampai kapan. Kalau terjadi aksi teroris dengan gampangnya wakil-wakil rakyat ini menyalahkan aparat.

Kadang dalam sidang-sidang,wakil-wakil rakyat ini minta dihormati seperti minta dipanggil "yang terhormat" dan sering kali memakai alibi hak imunitas. Sering kali dalam sidang atau rapat dengan pemerintah, bahasa wakil-wakil rakyat ini terlalu kasar dan cenderung menyerang atau interogasi.

Jadilah wakil rakyat yang sesungguhnya, jangan jadi Setan yang mewakili rakyat!

***