Biar Disebut "Gubernur Kagetan", Yang Penting Hasil Nyata

Kamis, 25 Januari 2018 | 17:01 WIB
0
465
Biar Disebut "Gubernur Kagetan", Yang Penting Hasil Nyata

Ojo kagetan = jangan gampang terkejut/kaget

Ojo gumunan = jangan mudah terheran-heran atau takjub

Ojo dumeh = jangan mentang-mentang

Kita ketahui bersama pasangan gubernur Anies Baswedan dan Sandiaga Uno adalah gubernur dan wakil gubernur yang banyak ngasih janji-janji kepada masyarakat Jakarta. Untuk memenuhi janji-janji itu tentu tidak mudah dan tidak dipatok program 100 hari kerja. Karena kita ketahui bersama mereka juga manusia biasa yang tidak bisa meminta bantuan jin untuk memenuhi janjinya.

Dalam cerita Bandung Bondowoso, untuk mendirikan seribu candi dalam satu malam sebelum ayam Jago kluruk (berkokok), Bandung Bondowoso mengerahkan ribuan jin untuk membuat candi.

Pasangan gubernur dan wakil gubernur ini mulai merealisasikan janji-janji kampanye seperti penantaan PKL, Oke Oce, rumah DP nol rupiah dan lain-lain.

Tetapi acap-kali kebijakan-kebijakannya suka menabrak aturan atau bombastis, seperti DP nol rupiah, padahal dalam DP nol rupiah harus mematuhi aturan Bank Indonesia sebagai regulator. Tidak bisa seenaknya bikin aturan atau kebijakan sendiri.

[irp posts="8938" name="Sudah Tepat Anies Batalkan Pembuatan Lift di Rumah Dinasnya"]

Bahwa memberi pedagang lahan untuk dagang adalah program yang sangat bagus dan harus didukung, tetapi jangan melanggar aturan seperti jalan umum untuk menempatkan pedagang atau PKL.Karena sifat masyarakat atau pedagang adalah akan menuntut juga ditempat lain, kenapa kalau di tempat A boleh tetapi di tempat B tidak boleh. Hal-hal seperti ini harus dipertimbangkan.

Mengatur Ibu Kota memang tidak mudah, banyak hal yang harus jadi pertimbangan dan perhatian. Pasangan Gubernur dan wakil gubernur ini pun seolah saling bahu-membahu atau saling mengisi demi kemajuan Jakarta. Kadang masyarakat sulit membedakan mana yang gubernur dan wakilnya karena dua-duanya saling suka bikin pernyataan berkaitan dengan kebijakan. Wakil gubernur adalah pembantu gubernur, ia tidak boleh gampang mengumbar pernyataan-pernyataan.

Secara de jure atau hukum, Sandi adalah wakil gubernur, tetapi dalam praktik lapangan bisa dikatakan Sandi juga seorang gubernur yang suka terjun ke lapangan berkaitan dengan tugas-tugasnya.

Rupanya gubernur Anies Baswedan ini termasuk "gubernur kagetan", maksudnya mudah kaget atau ter-kaget-kaget kalau melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat.

Melihat jembatan gantung atau goyang di wilayah Depok, ia kaget kok masih ada jembatan model seperti ini ada di wilayah sekitar Jakarta. Melihat "padi" di wilayah Jakarta juga terkaget-kaget, kok masih ada lahan padi di tengah Ibu Kota. Melihat ada anggaran pasang "Lift" di rumah dinas sebesar 750 juta, juga kaget yang akhirnya anggaran itu minta dihapus, padahal sering bicara akan menyisir anggaran-anggaran yang dirasa sebagai pemborosan atau tidak bermanfaat untuk masyarakat banyak.

Wakilnya pun pernah kaget juga dan di luar perkiraan yang bersangkutan soal "laporan keuangan DKI", sebelum jadi wakil gubernur ia menganggap laporan keuangan DKI harus "wajar tanpa pengecualian", setelah ia jadi wakil gubernur dan melihat langsung laporan keuangan DKI, "Ternyata laporan keuangan DKI tidak sesederhana yang ia bayangkan dan kaget begitu rumitnya." Demikian katanya.

Mudah-mudahan di bawah pemerintahan gubernur Anies dan Sandi, Jakarta akan lebih baik lagi dari gubernur sebelumnya, Jalan masih panjang dan terjal, semoga menjadi pasangan pejabat yang amanah.

Tapi inget ya, ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh... dan yang lebih penting.... ojo nesu!

***

Editor: Pepih Nugraha