Sejak 2014 di mana Jokowi memenangi Pilpres dan memasuki tahun ke 4 menjalankan amanah besar itu, rakyat Indonesia dibingungkan dengan makin maraknya mulut kasar dan hati terbakar dari orang-orang berakal dangkal. Otak kita diajak main olang aling, jungkir balik diminta menerima keburukan untuk menabrak kebaikan, menolak keadilan menumbuhkan kebrutalan, memecah kebersamaan mengagungkan keseragaman, pikiran sungsang ini ditumbuhkembangkan seperti ternak ayam, mereka mau mengambil telurnya di tengah tai ayam.
Keberutalan dan cara menjijikkan dikemas dalam balutan agama, orang-orang bersorban berteriak memekakkan telinga seolah merekalah pemilik kebenaran mutlak, yang lain dimarjinalkan bak kucing kurap dipinggir jalan, namun dalam kasat mata mereka lebih hina.
[irp posts="7928" name="Negeri Yang Teramat Sensi", Melucu Pun Dianggap Menista Agama!"]
Orang-orang jahat melakukan kejahatan tanpa Tuhan, karena begitu transendennya sang Maha penyebab itu dimata mereka, menyebut namaNya saja mereka malu karena masih berkubang dalam pekerjaan yang dilarang Tuhan, sampai kelak mereka tersungkur sujud dalam pertaubatan yang dalam, tobat nasuha.
Sebaliknya manusia-manusia kosong tanpa isi kepala berpenampilan meminjam cara pakaian yang bukan miliknya, seolah dengan pakaian itu sudah menjamin masuk surga walau mulut terus menganga memaki-maki siapa saja yang tidak sama dengan mereka, bergerombol menyebut nama Tuhan sekaligus mempermalukan Tuhan, sumber kebenaran mutlak itu dijadikan keset politik tanpa akhlak yang sangat minim sekalipun.
Pada bulan-bulan ini Tuhan "disibukkan" keluar masuknya doa, isinya minta dimenangkan dalam Pilkada. Tuhan terdiam memandang isi doanya, dikabulkan akan berpotensi dikhianati, tak dikabulkan menyalahi kasih sayangNya, terus harus bagaimana? Biarkan Tuhan yang memutuskannya.
Dalam kurun waktu belakangan ini suara riuh terdengar dilangit ke 7, mungkin Indonesialah wilayah yang dipadati umat manusia paling banyak gaya khususnya salah gaya dalam beragama, dipelajari kulitnya, dilupakan isinya, menyebut-nyebut namaNya sekaligus dijadikan alat praga seolah dekat denganNya tak taunya dialah pengkhianat paling bejad kepada Tuhannya, dia ajak Tuhan main petak umpet sesuai kelakuan dan kepentingannya. Mereka kaya gaya, miskin rasa.
Ah...semoga Tuhan berbaik hati agar orang-orang salah mengerti tentang bakti dan makna berbudi masih bisa kembali kepada yang hakiki agar Indonesia bisa lebih bermakna sebagai sebuah negara bukan cuma tempat untuk menjadi kaya tapi miskin budi pekerti. Semoga agama kembali berfungsi sebagaimana mestinya dan kelak mereka bisa membedakan antara jalan ke surga dan neraka, karena salah pikiran bisa salah jalan.
Terima kasih Tuhan telah memberi kami Indonesia.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews