Inilah Penyebab Amerika Serikat Semakin Gusar terhadap Tiongkok

Minggu, 21 Januari 2018 | 06:51 WIB
0
474
Inilah Penyebab Amerika Serikat Semakin Gusar terhadap Tiongkok

Minggu terakhir ini beredar foto dua pemimpin negara Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping dalam berbagai versi, hanya untuk mengungkapkan,  betapa pertemuan itu sepertinya penuh dengan berbagai konflik kedua negara belakangan ini. Mulai dari masalah politik hingga tuduhan AS bahwa RRT telah melakukan pencurian kekayaan intelektual.

Sebenarnya pencurian hak intelektual oleh RRC ini sudah lama terjadi dan sering diberitakan berbagai media massa. Bahkan untuk itu, warga negara RRC ini tidak segan-segan mengeluarkan dana jutaan dollar agar pihak AS mau membuka rahasia teknologinya.

Tetapi di masa Trump inilah, AS terang-terangan meminta denda kepada RRT. Boleh jadi sebagai seorang pengusaha, masalah untung rugi sangat menjadi perhatian Trump.

Terlepas dari cara RRT memindahkan teknologi dari AS, RRT semakin unggul dan memiliki berbagai penemuan baru yang mengejutkan dunia di bidang teknologi.

Baru-baru ini, RRT sudah memiliki dua kapal induk, pesawat dan memiliki Stasiun Ruang Angkasa.

[irp posts="6103" name="Peta Koalisi Perang Dunia III Bisa Dimulai oleh Tindakan Trump"]

Dunia juga terkejut ketika Lenovo yang dikomandani para alumni China Academic of Science (CAS) mengambil alih raksasa komputer dari AS, IBM. Dunia pun semakin terkejut, ketika Tiongkok mampu menciptakan processor lebih hebat dari Intel, sehingga Tiongkok  mandiri menghasilkan produk berkelas dunia. Semua ini lahir dari dapur China Academic of Science.

Sejauh ini, Tiongkok memiliki 17 juta mahasiswa yang mayoritas  mengambil bidang sains dan teknik. Setiap tahun Tiongkok menghasilkan tidak kurang dari 325.000 insinyur. Setiap tahun, Tiongkok membelanjakan 60 miliar dollar AS untuk penelitian dan pengembangan.

Untuk saat sekarang, penekanan dalam laboratorium-laboratorium Tiongkok diarahkan secara besar-besaran mendukung inovasi kaum usahawan menghasilkan produk yang berkualitas dan murah. Hal ini mengubah peradaban lebih baik bagi bangsanya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, Republik Rakyat Tiongkok memproklamirkan kemerdekaannya pada 1 Oktober 1949. Usia negaranya lebih muda dari Indonesia. Tetapi kemajuan yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terbendung. Lihatlah misalnya di bidang teknologi ruang angkasa. Tiongkok segera memiliki stasiun ruang angkasa sendiri. Mulai dibangun tahun 2018.

Jika Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) pensiun pada tahun 2024, maka Tiongkok akan menjadi satu-satunya pihak yang mengoperasikan ruang angksa.

Di majalah "Diplomat Indonesia," edisi 5 Oktober 2009 halaman 168-179, saya sudah menulis keunggulan Tiongkok di bidang ilmu pengetahuan dan teknoligi. Ketika saya menulis profil Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia waktu itu,  yang kebetulan seorang perempuan, Yang Mulia Zhang Qiyue, saya mengutip  pernyataan Deng Xiaoping pada tahun 1978. Ia mengatakan, bila Tiongkok ingin memodernisasi pertanian, industri, dan pertahanan, yang harus dimodernisasi lebih dahulu adalah sains dan teknologi, serta menjadikannya kekuatan produktif.

Deng Xiaping adalah pemimpin tertinggi Republik Rakyat Tiongkok generasi kedua setelah Mao Zedong. Deng meninggal dunia pada 19 Februari 1997 di usia 92 tahun. Di bawah arahannya, Tiongkok menjadi salah satu negara dengan laju pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.

Di masa Deng, Tiongkok sangat akrab dengan ilmu pengerahuan dan teknologi. Guru dan kaum profesional sangat dihargai, bahkan di tahun 1985, Deng mempertegas pentingnya pendidikan karakter. Orientasi hafalan hanya akan membunuh karakter anak.

[irp posts="3245" name="Memahami Tiongkok dari Dalam, Masihkah Ia Negara Komunis?"]

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi Tiongkok ini diumumkan Deng ketika memperingati hari nasional ke-60 pada 1 Oktober 2009. Prestasi yang dicapai waktu itu, selesainya peta seluruh permukaan bulan tiga dimensi (3-D) bersolusi tinggi. Juga Tiongkok bertekad akan terus mengembangkan program luar angkasa guna mengurangi kesenjangan dengan negara-negara Barat. Dengan demikian, Tiongkok sudah sejajar dengan Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan India yang juga melakukan pemetaan bulan.

Tidak hanya itu, setelah mengirimkan orang pertama ke luar angkasa pada tahun 2003, Tiongkok berambisi pula meluncurkan penjelajah tanpa awak ke permukaan bulan pada tahun 2012 dan misi berawak ke bulan sekitar tahun 2020.

Di Indonesia, teknologi Tiongkok banyak dimanfaatkan. Di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Tiongkok membangun jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) yang sudag diresmikan pemakaiannya.Selain di Suramadu, para investor Tiongkok membangun Proyek Asahan l dan Proyek  PLTA Asahan lll di Sumatera Utara.

Semua ini menunjukkan kemajuan Tiongkok. Suatu ketika saya merenung, di manakah posisi Indonesia di tengah-tengah dunia semakin memajukan teknologinya.

***

Editor: Pepih Nugraha