Novel Re: dibuka dengan adegan tabrak lari yang korbannya adalah seorang pelacur. Bukan tabrak lari biasa karena kondisi korbannya yang sangat mengenaskan dengan kepala yang hampir hancur. Namun tidak ada urusan bertele-tele di kantor polisi atau visum di rumah sakit. Tabrakan terjadi pukul 2 dini hari dan pukul 10 pagi jenazah korban sudah dimakamkan.
Pada bab 2, saat pemakaman Sinta, pelacur korban tabrak lari tersebut, seorang kawannya berkata, “Aku tau kamu dibunuh. Semoga kamu tenang di sini.”
Aku kemudian membuka halaman-halaman novel ini dengan penuh antusias. Dalam bayanganku akan ada adegan pencarian pelaku, pencarian barang bukti pembunuhan, kejar-kejaran dan adegan lainnya yang sering kita baca di novel detektif. Namun sampai menutup halaman terakhir, aku tidak menemukan adegan itu. Novel malah ditutup oleh berita seorang pelacur bernama Rere tewas tersalib di tiang listrik dengan tubuh penuh sayatan.
Aku menutup novel itu dengan penuh pertanyaan. Jadi yang membunuh Sinta dan Rere adalah orang yang sama? Terus, si Rere gimana bisa tersalib di sana? Terus motif pembunuhannya apa?
Oke, ini memang bukan novel detektif. Kisah dalam novel ini adalah cuplikan kisah Sang Penulis saat mengerjakan skripsinya dan mengharuskannya memasuki dunia pelacuran. Herman, seorang mahasiswa kriminologi yang menjadi tokoh ‘aku’ di novel ini, menawarkan diri menjadi supir Re: seorang pelacur lesbian, untuk bisa memasuki dunia pelacuran demi mendapatkan data-data penelitian skripsinya. Jadi ya, sepertinya novel ini ditulis sesuai dengan apa yang diketahui oleh penulisnya. Tidak ditambah-tambahi.
Kalau boleh dikatakan, Re: adalah korban perdagangan manusia. Dia melacur untuk membayar utangnya pada Mami Lani, seorang mucikari. Nampaknya, ini yang ingin diangkat oleh penulis. Tentang pemerasan dalam pelacuran. Ada orang yang memandang pelacur sebelah mata dan mengatainya tuna susila. Padahal di antara mereka ada saja yang memang terpaksa melacur. Pesan moralnya, kita tidak boleh berprasangka buruk pada seseorang hanya dengan melihat pekerjaannya.
Novel ini selain menyajikan cerita, juga menyajikan pengetahuan tentang kriminologi. Pada bab yang berjudul ‘Penelusuran’, penulis menjelaskan klasifikasi kepelacuran. Ada yang berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan permintaan, berdasarkan lokasi, dan berdasarkan frekuensi. Di bab yang lain, penulis menjelaskan tentang viktimologi, ilmu yang mempelajari rentang korban kejahatan.
Pada akhir cerita, Maman Suherman, Sang Penulis, memberi catatan tentang novel ini. Beliau berkata bahwa dunia pelacuran pada tahun 1987 dengan yang sekarang tidak banyak berubah. Hanya bentuk dan kemasannya yang menyesuaikan perkembangan zaman. Tahun 2012, penulis bertemu dengan mahasiswa yang melacur untuk membantu saudaranya. Pelacuran terorganisasi dan perdagangan manusia pada tahun 1987, setting dalam novel ini, masih terjadi hingga sekarang.
Masih teramat banyak perempuan yang terluka dan teraniaya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews