Menempatkan nama Anies Baswedan dalam daftar 3 besar Capres terpopuler setelah Jokowi dan Prabowo.
Kalau melihat manuver manuver Pak Anies selama memimpin Jakarta saat ini, ada kesan beliau sudah siap tarung 2019.
Kekuatan Pak Anies tidak bisa dianggap enteng, Anies memenuhi semua syarat capres potensial (jaringan, penerimaan, politik primordial, rakyat sentris) dan lain-lain. Apalagi jika hanya dibandingkan sama Jokowi yang cuma modal TV.
Dalam politik Islam, tidak ada masalah jika Pak Anies meninggalkan Jakarta untuk nyapres dalam rangka memperbaiki Indonesia akibat salah urus rezim saat ini.
Ini masalah kebutuhan umat dan tingkat darurat, tidak bisa disebut tidak amanah (fikih politik).
Jika Jokowi meninggalkan Jakarta dan mengurus Indonesia ugal-ugalan maka itu haram, lalu Anies tinggalkan Jakarta untuk memperbaiki negara akibat rezim gagal saat ini, maka itu halal (fikih politik).
Semua tentu menginginkan yang ideal, tapi dunia politik bukan dunia ideal, Jokowi dulu juga loncat dari Solo ke Jakarta dan loncat lagi dari Jakarta ke Istana, ini soal momentum, umat jangan polos dan lelet mikirnya!
Blok Islam di negeri ini dalam politik yang dinahkodai Gerindra-PKS cs bukanlah penganut politik liberal.
Tapi karena blok non Islam dalam artian politik sekuler di negeri ini yang dinahkodai PDIP cs adalah penganut isme machievelis, maka umat Islam wajib beradaptasi (fikih politik).
Di sinilah butuh kajian dan ilmu yang mendalam tentang fikih politik agar mampu melakukan ijtihad yang tepat dan benar.
Agar baper nya kita bisa diminimalisir (baperless) dalam menghadapi tahun tahun politik yang super panas khususnya 2018 sampai dengan Pilpres 2019.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews