“Perhatian” di 2018

Selasa, 2 Januari 2018 | 18:08 WIB
0
166
“Perhatian” di 2018

Perhatian sudah menjadi barang langka sekarang ini. Begitu banyak gangguan menghantam pikiran kita setiap detiknya.

Serial film di televisi yang kita nantikan. Musik baru yang sedang hits. Gosip artis terbaru. Ini semua ditambah dengan beragamnya tawaran hiburan yang ditawarkan internet dan sosial media yang ada.

Itu semua dari luar. Ada juga gangguan dari dalam diri kita sendiri. Mereka adalah emosi, ketakutan, kecemasan, amarah, dendam, ambisi buta, kerakusan, iri hati dan sebagainya. Pikiran kita pun seringkali menipu kita dengan beragam cerita yang tak sesuai kenyataan.

Semua ini membuat kita kehilangan perhatian. Pikiran dan emosi kita hanyut ke berbagai arah, dan menciptakan banyak penderitaan yang tak perlu.

Walaupun sudah menjadi barang langka, perhatian tak akan pernah musnah. Ia selalu ada, karena ia merupakan unsur terdalam dari diri manusia.

Apa yang kita sebagai “diri” (self) biasanya hanya merupakan kumpulan identitas sosial, seperti agama, ras, bangsa, negara, jenis kelamin, profesi, status pernikahan dan sebagainya. Itu semua hanyalah tempelan sosial yang bisa diganti dengan sangat mudah, jika kita membutuhkannya.

Jika itu semua dilepas, apa yang tersisa? Jawabannya gampang, yakni perhatian.

Selama kita hidup, perhatian akan terus ada. Perhatian itu pula yang membuat anda bisa membaca tulisan ini sekarang.

Resolusi 2018

Saya punya saran sederhana. Daripada kita membuat resolusi macam-macam di 2018, yang kemungkinan akan segera diabaikan, lebih baik kita membuat satu resolusi kecil, yakni lebih perhatian.

Perhatian pada apa? Perhatian kepada sekitar kita. Perhatian pada apa yang terjadi di panca indera kita. Perhatian pada napas yang kita lakukan setiap saat.

Seluruh hidup kita berubah, jika kita lebih perhatian. Usahakan untuk setiap saat memperhatikan panca indera kita atau napas kita. Merekalah yang membuat kita hidup.

Perhatian terhadap apa yang terjadi di dalam diri kita akan menghasilkan kedamaian dan kejernihan. Jika kita damai dan jernih, otomatis kita juga bisa damai dan jernih terhadap sekitar kita, lalu juga terhadap masyarakat dan alam sekitar kita.

Gampang, kan?

***